51
3 Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan hanya dapat dilakukan satu kali
saja.
D. Upaya hukum peninjauan kembali PK Herziening dalam Undang-Undang Pokok
Kehakiman
Upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening sebagai upaya hukum terakhir yang dapat dilakukan terhadap suatu perkara, merupakan tombak atau senjata terakhir yang
dapat digunakan dalam pencarian pemenuhan rasa keadilan. Upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening yang menurut Pasal 263 ayat 1 merupakan tombak terakhir bagi
para terpidana kini mulai direbut oleh jaksa. Pasal 21 Undang-Undang Pokok Kehakiman yang lama yaitu Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 memuat ketentuan yang ditafsirkan
bahwa didalam perkara pidana selalu terdapat dua pihak yang berkepentingan yaitu terdakwa dan jaksa sebagai wakil dari korban dalam berhukum acara pidana, maupun jaksa sebagai
pihak yang mewakili kepentingan umum Negara. Berdasarkan ketentuan tersebut jaksa tentu memiliki kewenangan untuk mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening.
Pasal 23 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan kehakiman, telah membuka peluang bagi Jaksa untuk dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali
PKHerziening. Dalam beberapa putusan Mahkamah Agung yang menerimamengabulkan upaya hukum
peninjauan kembali PKHerziening yang diajukan oleh jaksa, terdapat Pasal 23 Undang- undang No. 4 Tahun 2004 sebagai salah satu dasar pertimbangan Hakim Agung dala
menjatuhkan putusan. Menurut Hakim Agung, frase “ pihak-pihak yang bersangkutan” dalam Pasal 23 tersebut menunjukkan bahwa jaksa diperkenankan untuk melakukan peninjauan
kembali karena jaksa adalah salah satu dari pihak yang bersangkutan dalam suatu perkara
Universitas Sumatera Utara
52
pidana selain dari pada terpidana. Jaksa dipandang berhak untuk mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening karena jaksa mewakili kepentingan Negara dan korban.
Maka sudah sepantasnya jaksa diperkenankan untuk mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening.
Pasal 23 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 disebutkan sebagai berikut : Ayat 1 :
Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan
peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang.
Ayat 2 : Terhadap putusan peninjauan kembali tidak dapat dilakukan
peninjauan kembali. Pasal 23 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 bukan hanya mengatur mengenai
diperbolehkan jaksa mengajukan upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening, tetapi dalam Pasal tersebut juga diatur bahwa tidak dapat diajukan peninjauan kembali atas putusan
peninjauan kembali. Oleh karena itu, apabila jaksa telah mengajukam upaya hukum peninjauan kembali PKHerziening maka terpidana tidak diperkenankan lagi untuk
mengajukan peninjauan kembali. Diskusi tentang PK yang diadakan oleh Lembaga Advokasi Hukum dan Demokrasi untuk Pembaruan LANDEP pada tanggal 23 Juni 2009
menghadirkan Anton Suyata, Soekotjo Soeparto dan Benyamin mangkudilaga. Anton Suyata memaparkan PK hanya dapat diajukan satu kali dan tidak ada PK diatas PK. Soekotjo
menyampaikan bahwa PK diatas PK akan merusak bangunan system hukum di Indonesia.
44
44
Elza Faiz, Diskusi Tentang PK, Peninjauan Kembali PK Dalam Tata Hukum Indonesia, artikel dimuat dalam Bulletin Komisi Yudisial vol. IV No. 1 Agustus 2009, Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2009,
hlm.9.
Universitas Sumatera Utara
53
Hal ini tentu sangat merugikan pihak terpidana, padahal dalam Pasal 263 ayat 1 KUHAP jelas dinyatakan bahwa yang dapat mengajukan upaya hukum peninjauan kembali
PKHerziening adalah terpidana atau ahli warisnya. Muhammad Assegaf yang merupakan pengacara terpidana Pollycarpus dalam kasus pembunuhan aktivis HAM Munir menyatakan
bahwa ia dan kliennya tidak bisa mengajukan PK karena tidak ada diatur dalam KUHAP mengenai PK diatas PK, artinya tidak ada PK diatas putusan PK.
45
E. Pengaturan Mengenai Upaya hukum peninjauan kembali PK Herziening dari