kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak.
6
Intervensi makro mencakup berbagai metode profesional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu,
kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh.
7
B. Pengertian Simpan Pinjam
Simpan pinjam atau Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada yang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusak
zatnya, agar dapat dikembalikan lagi zat barang tersebut. Setiap yang mungkin dikembalikan manfaatnya dengan tidak merusak zat barang itu, boleh
dipinjam atau dipinjamkan. 1.
Hukum Pinjaman Asal hukum meminjamkan adalah sunat, seperti tolong menolong
dengan orang lain, kadang-kadang menjadi wajib, seperti meminjamkan kain kepada orang yang terpaksa dan meminjamkan pisau untuk
menyembelih binatang yang hampir mati. Juga kadang-kadang haram, kalau yang dipinjam itu akan berguna untuk yang haram.
Kaidah: “Jalan menuju sesuatu hukumnya sama dengan hukum yang dituju.” Misalnya, seseorang yang menunjukan jalan kepada pencuri,
maka keadaannya sama dengan melakukan pencurian itu.
6
Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h. 66
7
Adi Rukminto Isbandi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Jakarta: FEUI Press, 2003, h. 57
2. Rukun Pinjaman
a. Yang meminjamkan syaratnya:
1 Ahli berhak berbuat baik sekehendaknya: anak kecil dan orang
yang dipaksa, tidak sah meminjamkannya. 2
Manfaat barang yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan, walau dengan jalan wakaf atau menyewa sekalipun, karena
meminjam hanya
bersangkutan dengan
manfaat, bukan
bersangkutan dengan zat. Oleh karenanya yang meminjamkan tidak boleh meminjamkan barang yang dipinjamnya karena
manfaat barang yang dipinjam bukan miliknya. Hanya dia dizinkan mengambilnya, tetapi membagikan manfaat yang boleh
diambilnya kepada yang lain, tidak berlarangan, seperti dia meminjam rumah selama satu bulan ditinggalinya hanya 15 hari,
sisinya 15 hari lagi boleh diberikannya kepada orang lain. b.
Yang Meminjam: Hendaklah dia orang yang ahli berhak menerima kebajikan.
Anak kecil dan orang gila tidak sah meminjam sesuatu karena ia tidak ahli tidak berhak menerima kebajikan.
c. Barang yang dipinjam syaratnya:
1 Barang yang tentu ada manfaatnya
2 Sewaktu diambil manfaatnya, zatnya tetap tidak rusak, oleh
karenanya makanan dengan sifat untuk dimakan, tidak sah dipinjamkan,
3 Lafadz: kata setengah orang, sah dengan tidak berlafadz
4 Mengambil Manfaat Barang Yang Dipinjam Yang meminjam boleh
mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya hanya sekedar menurut izin dari yang punya, atau kurang dari yang diizinkan.
Umpamanya dia meminjam tanah untuk menanam padi, dia dibolehkan menanam padi dan yang sama umurnya dengan padi,
atau yang kurang seperti Kacang. Tidak boleh dipergunakan untuk tanaman yang lebih lama dari padi kecuali ditentukan masanya,
maka dia boleh bertanammenurut kehendaknya. 5
Hilangnya barang yang dipinjam atau rusak sebab pemakaian yang dizinkan, dan ada kesepakatan sebelumnya maka itu ada rasa saling
percaya dan mempercayai. Tetapi kalau sebab lain wajib untuk menggantinya. Menurut pendapat yang lebih kuat, kerusakan yang
hanya sedikit karena dipakai yang dizinkan tidaklah patut diganti, karena terjadinya disebabkan oleh pemakaian yang dizinkan
kaidah: Ridho pada sesuatu, berarti ridho pula pada akibatnya. 6
Mengembalikan yang dipinjam kalau mengembalikan barang yang dipinjam tadi berhajat pada ongkos maka ongkos itu hendaknya
dipikul oleh yang meminjam.
C. Baitul Maal Wattamwil