16
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdaayaan Masyarakat
Menurut Suharto pemberdayaan itu adalah sebuah proses dan tujuan. Disebut sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinannya. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau
hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
1
Pemberdayaan Ekonomi dipahami sebagai suatu proses dimana lembaga atau organisasi masyarakat dan masyrakatnya sebagai objek
pemberdayaan mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah
atau lembaga masyarakat untuk menciptakan suatu kesejahteraan dan
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Reflika Aditama. 2005 h. 52
merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi
suatu kelompok
masyarakat.
2
Menurut Suharto pemberdayaan ekonomi sebagai suatu proses yaitu mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pengembangan
kegiatan-kegiatan produktif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan jasa yang baik dan pengembangan lembaga-lembaga
usaha baru. 2.
Konsep Pemberdayaan Dilihat dari lapangan ada tiga konsep pemberdayaan anatara lain:
3
a. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting” atau
pemberdayaan konformis. Karena struktur sosial, dan struktur ekonomi sudah dianggap Given. Maka pemberdayaan adalah usaha bagaiamana
masyarakat tunadaya harus menyesuaikan dengan yang sudah memberi given tersebut. Bentuk aksi dari konsep ini merubah sikap mental
masyarakat tunadaya dan pemebrian santunan, seperti misalnya pemberian modal, pembangunan prasarana pendidikan, dan lain-lain.
Konsep ini sering disebut sebagai magical paradigm. b.
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang” pemberdayaan reformis, maksudnya secara umum tatanan sosial, ekonomi, politik
dan budaya sudah tidak ada lagi masalah. Oleh sebab itu pemberdayaan model ini adalah mengubah dari top down menjadi
bottom up, sambnil mengembangkan sumber daya manusianya,
2
www. Policy. husuhartomodul_2pemberdayaan ekonomi masyarakat_uks_12 htm
3
Projono, O. S dan Pranarka, A. M.W. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: CSIS. 1996 h. 269
menguatkan kelembagaannya, dan sejenisnya. Konsep ini disebut sebagai naive paradigm.
c. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “akar” atau pemberdayaan
struktural. 3.
Tahap-tahap Pemberdayaan Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara
langsung atau tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yaitu:
a. Tahap Persiapan
Tahapan ini
meliputi penyiapan
petugas community
Development, dimana tujuan utama ini adalah menyamakan persepsi antara anggota agen perubah agent of change mengenai pendekatan
apa yag akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahap penyiapan lapangan petugas melakukan studi
kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran. Pada tahap
inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran.
b. Tahap Assesssment
Proses Assesssment yang dilakukan disini adlah dengan mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan dan juga sumbe
daya yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, dan
ancaman.
c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini agen perubah secara partisiatif mencoba melibatkan warga untuk mencoba berfikir tentang masalah yang
mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
d. Tahap Pemformulasikan Rencana Aksi
Pada tahap ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan
mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. e.
Tahap Pelaksanaan Program Tahap pelaksanaan ini merupakan bagian yang krusial penting
dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan
dilapangan bila tidak ada kerjasama antarwarga. f.
Tahap Evaluasi Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas
terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.
g. Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan
karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus dihentikan karena sudah melebihi
jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah
selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.
4. Strategi dan intervensi pemberdayaan
Strategi pada dasarnya memiliki tiga arah yakni:
4
a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat,
b. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan
pembangunan didaerah yang mengembangkan peranserta masyarakat, c.
Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran
masyarakat lokal. Pengembangan masyarakat lokal menurut Rothman sebagaimana
diulas oleh Suharto, 2005:42 adalah pengembangan masyarakat yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi
masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang
bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
5
Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Meskipun pada gilirannnya strategi ini pun tetap
berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan
4
Sumodiningrat Gunawan, Pemberdayaan masyarakat jaring Pengaman Sosial Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999, h. 130
5
Ismail Usman Asep ed dan Ismet Firdaus, Dkk. Pengalaman Al Qur’an “ Tentang
Pemberdayaan Dhua’fa” Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dakwah Press, 2008 cet. 1, h. 73
sumber atau sistem diluar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial pemberdayaan sosial dapat dilakukan melalui:
a. Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien
secara individu melalui bimbingan, konseling, stess management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih
klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas task centered
approach. b.
Intervensi Mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakuakn terhadap sekelompok klien. Pemberdayaaan dilakukan dengan menggunakan
kelompok sebagai media intervesi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam kesadaran,
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permaslahan yang dihadapinya.
c. Intervensi Makro, pendekatan ini disebut sebagia strategi sistem besar
large-system strategi karena sasaran perubahan diarahkn pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaa sosial,
kampanye, aksi sosial lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak.
6
Intervensi makro mencakup berbagai metode profesional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu,
kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal, regional maupun nasional secara utuh.
7
B. Pengertian Simpan Pinjam