Baitul Maal Wattamwil PENUTUP , Kesimpulan dan Saran.

C. Baitul Maal Wattamwil

1. Pengertian BMT Baitul maal wattamwil BMT terdiri dari dua istilah yaitu baitul mall dan baitul wattamwil. Baitul mall lebih mengarah pada usah-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Sedangkan baitul wattamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. 8 Adapula BMT itu adalah kependekan kata dari Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal Wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro LKM yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 9 Dalam sejarah perekonomian umat muslim, sebenarnya ada salah satu instansi yang telah memperhatikan aspek kebajikan pada kehidupan masyarakat, yaitu bait al maal yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam menyeimbangkan perekonomian umat Islam pada masa itu dengan memberikan dana subsidi kepada umat Islam yang membutuhkan yang dalam Islam disebut sebagai mustahik. Adapun sumber dana dari baitul maal tersebut adalah dari dana zakat, infak, pajak dan beberapa kebijakan yang telah ditentukan oleh khalifah pemimpin umat Islam pada waktu itu. BMT itu sendiri yaitu bakal usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan 8 Sudarsono Heri. BANK dan Lembaga Keuangan Syariah deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia 2008, h.103 9 Soemitra Andri, M.A. BANK dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana 2009 h. 443 usaha-usaha produktifitas dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. BMT membantu para pengusaha-pengusaha kecil mulai dari pedagang kaki lima sampai pedagang yang memiliki kiostoko sendiri dalam hal menabung dan memberikan pinjaman modal untuk membuka usaha baru atau menambahkan modal bagi usaha lama untuk berkembang lebih baik lagi. Dalam hal ini BMT sudah membantu masyarakat dalam masalah pemberdayaan kepada masyarakat itu sendiri untuk berusaha dalam mengerjakan suatu pekerjaannya baik itu mulai dari pendampingan dari BMT maupun tata cara untuk membuka usaha baru bagi yang memiliki skill dalam berwirausaha dari segi modalnya dan cara transaksi yang baik sesuai dengan cara Islami. Secara dinamis BMT lebih dikelola oleh beberapa individu dan menjangkau sektor mikro dari perekonomian rakyat, terlepas dari fungsi baitul maal itu sendiri ada satu fungsi lagi dari lembaga itu yaitu baituttamwil atau lembaga pendanaan, sehingga selain mempunyai dana untuk kegiatan konsumtif dari para mustahik ada juga instrumen pendanaan untuk kebutuhan produktif bagi UMK yang tentunya sesuai dengan prinsip yang ditentukan oleh Islam atau sering disebut dalam tulisan ini nantinya dengan prinsip syariah, sehingga pada akhirnya diharapkan BMT ini diharapkan dapat menjadi penyokong UMK dan menggantikan praktek rentenir bank plecit yang dianggap mencekik UMK dalam jeratan hutang yang berkepanjangan itu dan pada akhirnya menyeimbangkan pasaran Indonesia secara umum. Prosedur Pendirian BMT dapat didirikan damn dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap. Awalnya dapat dimulai sebagi kelompok swadaya masysrakat dengan mendapatkan sertifikat operasikemitraan dari PINBUK dan jika telah mencapai nilai aset tertentu segera menyiapkan diri ke dalam badan hukum koperasi. 10 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendirikan BMT yaitu mengenai lokasi atau tempat usaha BMT, sebaiknya berlokasi ditempat kegiatan-kegiatan ekonomi para anggotanya berlangsung, baik anggota penyimpanan dana maupun pengembang usaha atau pengguna dana. Tahapan pendirian BMT dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Jika rata-rata satu BMT dapat membiayai 2.000 orang anggota pengusaha kecil maka jumlah BMT yang harus didirikan untuk membiayai 40, 5 juta pengusaha kecil di seluruh Indonesia adalah sebanyak 20.250 BMT atau dengan kata lain kita masih kekurangan 17.250 BMT. b. Jika rata-rata satu BMT dapat membiayai 2.000 orang anggota pengusaha kecil maka jumlah BMT yang harus didirikan untuk membiayai 40, 5 juta pengusaha kecil di seluruh Indonesia adalah 10 Soemitra Andri, M.A. BANK dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana 2009 h. 452-453 sebanyak 20.250 BMT atau dengan kata lain kita masih kekurangan 17.250 BMT. c. Perlu ada pemerkasa, motivator yang telah mengetahui BMT. d. Di antara pemrakarsa membentuk panitia penyiapan pendirian BMT P3B di lokasi jamaah masjid, pesantren, desa miskin, kelurahan kecamatan atau lainnya. e. P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp 10.000.000-Rp 30.000.000 agar BMT memulai operasi dengan syarat modal itu. f. P3B bisa juga mencari modal-modal pendiri simpanan pokok khusus SPK semacam saham dari sekitar 20-44 orang dikawasan tersebut untuk mendapatkan dana urunan. g. Jika calon pemodal pendiri telah ada, maka dipilih pengurus yang ramping 3-5 orang yang akan mewakili pendiri dalam mengarahkan kebijakan BMT. h. P3B atau pengurus jika telah ada mencari dan memilih calon pengelola BMT. i. Mempersiapkan legalitas hukum untuk usaha sebagai: KSM LKM dengan mengirim surat ke PINBUK, KSPKSU unit syariah dengan menghubungi kepala kantordinas badan koperasi dan pembinaan pengusaha kecil di ibu kota kabupaten. j. Melatih calon pengelola sebaiknya juga diikuti oleh satu orang pengurus dengan menghubungi kantor PINBUK terdekat. k. Melaksanakan persiapan-persiapan sarana kantor dan berkas administrasi yang diperlukan. l. Melaksanakan bisnis operasi BMT Dalam masalah dana BMT untuk menambahkannya para anggota biasa menyimpan simpanan pokok, simpanan wajib, jika ada kemudahan juga simpanan sukarela yang semuanya itu akan mendapatkan bagi hasil dari keuntungan BMT. Ada pula dalam kegiatan pembiayaan atau kredit usaha kecil bawah mikro dan kecil, antara lain dapat berbentuk: a. Pembiayaan Mudharabah, yaitu pembiayaan total dengan menggunakan mekanisme bagi hasil. b. Pembiayaan Musyarakah, yaitu pembiayaan bersama dengan menggunakan mekanisme bagi hasil. c. Pembiayaan Murabahah, yaitu pemilikan suatu barang tertentu yang dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pembiayaan Bay’bi saman ajil, yaitu pemilikan suatu barang tertentu dengan mekanisme pembiayaan cicilan. e. Pembiayaan Qard al hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan pengembalian kecuali sebatas biaya administrasi. 2. Visi dan Misi BMT Visi BMT: “Menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang kualitas ibadah anggotanya meningkat sedemikian rupa sehingga mampu berperan menjadi wakil pengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat manusia pada umumnya” Misi BMT: “Mewujudkan gerakan pembebasan anggota dan masyarakat dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi, gerakan pemberdayaan meningkatkan kapasitas dalam kegiatan ekonomi rill dan kelembagannya menuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju dan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil dan bermakmuran berkemajuan, serta makmur maju berkeadilan berlandaskan syariah dan rida Allah” 3. Badan Hukum BMT BMT dapat didirikan dalam bentuk Kelomppok Swadaya Masyarakat atau Koperasi: a. KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat surat Keterangan Operasional dan PINBUK Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil. b. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah, c. Koperai simpan pinjam syariah KSP-S. 4. Prinsip Operasinal BMT Prinsip-prinsip BMT a. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT, dengan mengimplementasi prinsip-prinsip syariah dan muamlah Islam ke dalam kehidupan nyata, b. Keterpaduaan Kaffah dimana nilai-nilai spiritual berfungsi mengarahkan dan menggerakkan etika dan moral yang dinamis, proaktif, progresif, adil, dan berakhlak mulia, c. Kekeluargaan, d. Kebersamaan, e. Kemandirian, f. Profesionalisme, dan g. Istiqomah 5. Strategi Pengembangan BMT Semakin berkembangnya masalah ekonomi masyarakat, maka berbagai kendala mungkin dilepaskan dari keberadaan BMT. Oleh karena itu, perlu strategi yang jitu guna mempertahankan eksistensi BMT tersebut. Strategi tersebut diantaranya: a. Sumberdaya manusia yang kurang memadai kebanyakan berkorelasi dari tingkat pendidikan dan pengetahuan. b. Strategi pemasaran yang local oriented berdampak pada lemahnya upaya BMT untuk mensosialisasikan produk-produk BMT diluar masyarakat dimana BMT itu berada. c. Perlunya Inovasi, produk yang ditawarkan kepada masyarakat relative tetap, dan kadangkala BMT tidak mampu menangkap gejala-gejala ekonomi dan bisnis yang ada di masyarakat. Hal ini timbul dari berbagai sebab: 1 Timbulnya kekhawatiran tidak sesuai dengan syariah, 2 Memahami produk BMT hanya seperti yang ada. d. Untuk meningkatkan kualitas layanan BMT diperlukan pengetahuan strategi dalam bisnis business strategy. e. Pengembangan aspek paradigmatic, diperlukan pengetahuan mengenai Aspek bisnis islami sekaligus meningkatkan muatan-muatan islam dalam setiap perilaku pengelola dan karyawan BMT dengan masyarakat pada umumnya dan nasabah pada khususnya. f. Sesama BMT sebagai partner dalam rangka mengentaskan ekonomi masyarakat, demikian antar BMT dengan BPR syariah atau pun Bank Syariah merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan antara yang satu dengan yang lainnya memiliki tujuan untuk menegakkan syariat islam di dalam bidang ekonomi. g. Perlu adanya evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif. 33 BAB III GAMBARAN UMUM BMT KHAIRUL UMMAH DAN PROFIL NASABAH BMT KHAIRUL UMMAH

A. Gambaran Umum BMT Khairul Ummah

Dokumen yang terkait

Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

8 81 118

Fungsi Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Danau Toba (Studi Deskriptif: Koperasi Simpan Pinjam Sada Tahi di Desa Hutalontung, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

2 89 106

Fungsi Lembaga Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dalam Meningkatkan Ekonomi Rumah Tangga di Nagari Tanjuang Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar

1 65 117

Studi Komparatif Peran Koperasi Simpan Pinjam Bina Bersama dan BMT Insani Dalam Pengembangan UMK di Kota Padangsidimpuan

1 49 107

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam BMT Terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Padangsidimpuan.

9 105 81

Analisis Peranan Koperasi Simpan Pinjam Terhadap Pengembangan usaha Mikro dan Kecil di Kota Padangsidimpuan.

30 148 79

Analisis Perbandingan Koperasi Simpan Pinjam (KOPDIT) Dengan Koperasi Unit Desa (KUD) Di Kabupaten Karo( Studi Kasus : Kopdit Unam Dan Kud Sada Kata )

7 160 53

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Pada Koperasi Menurut PP No.9 Tahun 1995 (Studi Pada Koperasi Pegawai Negeri Guru SD Kec, Binjai Barat Di Kota Binjai)

0 30 154

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

5 58 146