Proses Uji Organoleptik Teknik Analisa Data Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Aroma

3.8. Proses Uji Organoleptik

Cara uji organoleptik terhadap donat kacang merah adalah sebagai berikut : 1. Para panelis disediakan air putih sebagai penetral rasa pada mulut sebelum dan sesudah mencicipi sampel. 2. Setiap sampel donat kacang merah diberi kode masing-masing dalam wadah piring kecil yang bersih agar sampel mudah dinilai oleh panelis. 3. Setiap panelis disajikan sampel dan formulir uji organoleptik yang disediakan sebagai alat penilaian untuk diisi sesuai pendapat masing-masing panelis. Dalam pengujian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa suka atau tidak sukanya terhadap donat kacang merah hasil eksperimen. Pada pengujian organoleptik ini menggunakan skala hedonik dengan lima 5 kriteria kesukaan dan diberi skor sebagai berikut : Tabel 3.2. Pemberian Skor Pada Skala Hedonik Skala Hedonik Skala Numerik Total Skor Sangat Suka Suka Cukup Suka Kurang Suka Tidak Suka 5 4 3 2 1 201-250 151-200 101-150 51-100 50 Sumber :Soekarto 2000.

3.9. Teknik Analisa Data

Pengolahan dan analisa data untuk uji organoleptik dilakukan dengan menyajikan distribusi frekuensi organoleptik warna, rasa, aroma dan tekstur dalam bentuk tabel dan gambar. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Donat Kacang Merah

Donat kacang merah adalah roti yang dibuat dengan berbahan dasar campuran tepung kacang merah dan tepung terigu serta bahan pembuat donat lainnya yang dibentuk bulat dan dilubangi di bagian tengahnya. Donat hasil penambahan tepung kacang merah sebanyak 20, 30 dan 40 dapat dilihat pada gambar 4.1. di bawah ini. Gambar 4.1. Donat Hasil Penambahan Tepung Kacang Merah a. Komposisi tepung kacang merah sebanyak 20 dan tepung terigu 80. b. Komposisi tepung kacang merah sebanyak 30 dan tepung terigu 70. c. Komposisi tepung kacang merah sebanyak 40 dan tepung terigu 60. Pada penambahan tepung kacang merah sebanyak 20 menghasilkan donat yang berwarna kuning kecoklatan, tekstur lebih lembut, belum tercium adanya bau langu, dan rasa normal donat yang biasa dikonsumsi. Sedangkan pada penambahan tepung kacang merah sebanyak 30 menghasilkan donat yang berwarna coklat, tekstur lembut, mulai tercium adanya bau langu, dan rasa normal donat yang biasa dikonsumsi. Demikian juga dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 40 menghasilkan donat yang berwarna coklat tua, tekstur kurang lembut keras, tercium adanya bau langu, dan mempunyai bau langu ikutan after taste. a b c Universitas Sumatera Utara 4.2. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah Berdasarkan Indikator Aroma, Warna, Rasa, dan Tekstur

4.2.1. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Aroma

Aroma merupakan bau yang sukar diukur sehingga biasanya menimbulkan pendapat yang berlainan dalam menilai kualitas aromanya. Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kesukaan panelis terhadap donat kacang merah berdasarkan indikator aroma seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Aroma No. Sampel ∑ Skor Rata-rata Kriteria Kesukaan 1. K 20 1 163 3,25 Suka K 20 2 163 2. K 30 1 157 3,13 Suka K 30 2 157 3. K 40 1 156 3,11 Suka K 40 2 156 Keterangan : K 20 1 = Kacang merah 20 pengulangan ke-1; K 20 2 = Kacang merah 20 pengulangan ke-2; K 30 1 = Kacang merah 30 pengulangan ke-1; K 30 2 = Kacang merah 30 pengulangan ke-2; K 40 1 = Kacang merah 40 pengulangan ke-1; K 40 2 = Kacang merah 40 pengulangan ke-2; rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5 Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah skor tertinggi 163 dari hasil penilaian panelis adalah sampel K 20 dengan nilai rata-rata 3,25. Dimana tingkat kesukaan panelis semakin berkurang apabila jumlah penambahan tepung kacang merah semakin bertambah. Namun, apabila dilihat dari kriteria kesukaan, ketiga sampel memiliki kriteria kesukaan yaitu suka. Untuk melihat perbedaan jumlah skor setiap sampel dapat digambarkan seperti pada pada gambar berikut. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Aroma

4.2.2. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Warna

Warna makanan yang menarik dapat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis dan membangkitkan selera makan. Hasil penilaian panelis terhadap donat kacang merah berdasarkan indikator warna dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Warna No. Sampel ∑ Skor Rata-rata Kriteria Kesukaan 1. K 20 1 174 3,47 Suka K 20 2 174 2. K 30 1 173 3,46 Suka K 30 2 173 3. K 40 1 166 3,32 Suka K 40 2 166 Keterangan : K 20 1 = Kacang merah 20 pengulangan ke-1; K 20 2 = Kacang merah 20 pengulangan ke-2; K 30 1 = Kacang merah 30 pengulangan ke-1; K 30 2 = Kacang merah 30 pengulangan ke-2; K 40 1 = Kacang merah 40 pengulangan ke-1; K 40 2 = Kacang merah 40 pengulangan ke-2; rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5 152 154 156 158 160 162 164 K20 K30 K40 Sampel Ju m la h s ko r K 20 : Tepung kacang merah sebanyak 20 dari jumlah seluruh tepung K 30 : Tepung kacang merah sebanyak 30 dari jumlah seluruh tepung K 40 : Tepung kacang merah sebanyak 40 dari jumlah seluruh tepung Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.2. diperoleh jumlah skor berdasarkan indikator warna pada sampel K 20 dan K 30 yaitu hampir sama 174 dan 173, sementara jumlah skor pada sampel K 40 166 adalah yang paling rendah dibanding sampel lainnya. Meskipun demikian, kriteria kesukaan ketiga sampel adalah suka. Untuk melihat adanya penurunan jumlah skor berdasarkan peningkatan jumlah tepung kacang merah yang ditambahkan dapat dilihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Warna

4.2.3. Daya Terima Panelis berdasarkan Indikator Rasa

Rasa donat kacang merah sangat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis, bahkan dapat dikatakan merupakan faktor penentu utama. Hasil penilaian panelis terhadap donat kacang merah berdasarkan indikator rasa dapat dilihat pada tabel 4.3. K 20 : Tepung kacang merah sebanyak 20 dari jumlah seluruh tepung K 30 : Tepung kacang merah sebanyak 30 dari jumlah seluruh tepung K 40 : Tepung kacang merah sebanyak 40 dari jumlah seluruh tepung 162 164 166 168 170 172 174 176 K1 K2 K3 Sampel Ju m la h s ko r K 20 : Tepung kacang merah sebanyak 20 dari jumlah seluruh tepung K 30 : Tepung kacang merah sebanyak 30 dari jumlah seluruh tepung K 40 : Tepung kacang merah sebanyak 40 dari jumlah seluruh tepung K 20 K 30 K 40 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Rasa No. Sampel ∑ Skor Rata-rata Kriteria Kesukaan 1. K 20 1 185 3,69 Suka K 20 2 185 2. K 30 1 182 3,64 Suka K 30 2 182 3. K 40 1 156 3,11 Suka K 40 2 156 Keterangan : K 20 1 = Kacang merah 20 pengulangan ke-1; K 20 2 = Kacang merah 20 pengulangan ke-2; K 30 1 = Kacang merah 30 pengulangan ke-1; K 30 2 = Kacang merah 30 pengulangan ke-2; K 40 1 = Kacang merah 40 pengulangan ke-1; K 40 2 = Kacang merah 40 pengulangan ke-2; rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5 Dari Tabel 4.3 dapat diketahui hasil penilaian panelis terhadap donat kacang merah, dimana jumlah skor tertinggi berada pada sampel K 20 185 dengan nilai rata- rata 3,69, tetapi dari hasil penilaian panelis juga diperoleh bahwa jumlah skor pada sampel K 30 tidak jauh berbeda dari sampel K 20 . Namun skor terendah diperoleh pada sampel K 40 , yaitu dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 40 dari jumlah seluruh tepung yang digunakan dalam pembuatan donat. Untuk melihat lebih jelasnya perbedaan jumlah skor setiap masing-masing sampel ada pada gambar berikut. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Rasa

4.2.4. Analisa Organoleptik Tekstur

Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan mempengaruhi citarasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut. Hasil penilaian panelis terhadap donat berdasarkan indikator tekstur dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Daya Terima Panelis terhadap Donat dengan Penambahan Tepung Kacang Merah pada Indikator Tekstur No. Sampel ∑ Skor Rata-rata Kriteria Kesukaan 1. K 20 1 179 3,57 Suka K 20 2 179 2. K 30 1 164 3,27 Suka K 30 2 164 3. K 40 1 126 2,52 Cukup Suka K 40 2 126 Keterangan : K 20 1 = Kacang merah 20 pengulangan ke-1; K 20 2 = Kacang merah 20 pengulangan ke-2; K 30 1 = Kacang merah 30 pengulangan ke-1; K 30 2 = Kacang merah 30 pengulangan ke-2; K 40 1 = Kacang merah 40 pengulangan ke-1; K 40 2 = Kacang merah 40 pengulangan ke-2; rata-rata untuk 50 panelis dengan rentang skor 1-5 140 145 150 155 160 165 170 175 180 185 190 K1 K2 K3 Sampel Ju m la h s ko r K 20 : Tepung kacang merah sebanyak 20 dari jumlah seluruh tepung K 30 : Tepung kacang merah sebanyak 30 dari jumlah seluruh tepung K 40 : Tepung kacang merah sebanyak 40 dari jumlah seluruh tepung K 20 K 30 K 40 Universitas Sumatera Utara 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 K1 K2 K3 Sampel J u m la h s k o r K 20 K 30 K 40 Dari Tabel 4.4. diperoleh kriteria kesukaan pada sampel K 20 dan K 30 yaitu suka, tetapi jumlah skor pada sampel K 30 164 lebih rendah dibanding sampel K 20 179. Dimana jumlah skor terendah diperoleh pada sampel K 40 dengan nilai rata-rata 2,52 dan kriteria kesukaan yaitu cukup suka. Untuk melihat adanya penurunan jumlah skor pada sampel donat kacang merah dapat dilihat pada gambar 4.5. Gambar 4.5. Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Donat Kacang Merah Berdasarkan Warna Tekstur K 20 : Tepung kacang merah sebanyak 20 dari jumlah seluruh tepung K 30 : Tepung kacang merah sebanyak 30 dari jumlah seluruh tepung K 40 : Tepung kacang merah sebanyak 40 dari jumlah seluruh tepung Universitas Sumatera Utara 30 BAB V PEMBAHASAN Dalam pengujian sifat organoleptik menggunakan uji kesukaan hedonik, para panelis diminta memberikan penilaiannya meliputi aroma, warna, rasa dan tekstur menurut skala hedonik

5.1. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Aroma

Aroma makanan merupakan salah satu komponen yang berperan dalam menentukan rasa makanan. Aroma yang disebarkan oleh makanan menjadi daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga membangkitkan selera. Timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya senyawa yang mudah menguap Moehji, 1992. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah skor tertinggi 163 dari hasil penilaian panelis adalah donat dengan jumlah tepung kacang merah sebanyak 20 dengan nilai rata-rata 3,25, sementara skor yang paling rendah adalah donat dengan jumlah tepung kacang merah sebanyak 40 yaitu 156 dengan nilai rata-rata 3,11. Dari hasil diketahui bahwa tingkat kesukaan panelis semakin berkurang apabila jumlah penambahan tepung kacang merah semakin bertambah. Hal ini diduga bahwa pada penambahan tepung kacang merah tersebut sudah mulai tercium adanya bau langu, sehingga panelis menjadi kurang suka. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Damardjati, dkk, 2000, bahwa masalah yang umum dijumpai pada jenis kacang- kacangan adalah adanya aktivitas lipoksigenase sehingga menimbulkan beany flavor Universitas Sumatera Utara kelanguan yang kurang disukai. Keadaan inilah yang juga merupakan faktor pembatas penggunaan pada tepung kacang merah. Oleh karena itu sangat diharapkan untuk dapat menghilangkannya atau paling tidak menurunkannya. Usaha ini dapat dilakukan dengan perendaman, tetapi menurut Truong dan Mendoza 1982 dalam Damardjati, dkk, 2000, perendaman ternyata menyebabkan beberapa komponen zat gizi berkurang karena larut dalam air rendaman. Istilah aroma diartikan sebagai sensasi bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia senyawa volatiel yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berbeda di rongga hidung ketika bahan pangan masuk ke mulut. Sensasi atau rangsangan tersebut senantiasa akan menimbulkan kelezatan, yang kemudian dapat mempengaruhi tingkat atau daya terima panelis atau konsumen terhadap suatu produk pangan tertentu. Menurut Muchtadi dan Sugiyono 1992, sebagian besar dari aroma bahan makanan biasanya mengalami perubahan yang secara konstanta berkurang selama penanganan dan penyimpanan. Selain itu zat organik sangat sensitif terhadap udara panas dan terhadap interaksi satu sama lain. 5.2. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Warna Faktor warna akan tampil lebih dahulu dalam penentuan mutu bahan makanan dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan makanan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang Universitas Sumatera Utara seharusnya. Selain itu warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Warna dapat mempengaruhi panelis dalam menilai suatu produk makanan sehingga warna dapat menentukan kualitas produk makanan. Penampakan warna suatu bahan pangan, merupakan faktor pertama yang dinilai sebelum pertimbangan lain, seperti rasa, nilai gizi, dan nilai mikrobiologis. Pengujian organoleptik terhadap warna oleh para panelis, menunjukkan bahwa jumlah skor pada donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 20 174 dan 30 173, sementara jumlah skor pada donat dengan penambahan tepung kacang merah sebanyak 40 adalah yang paling rendah dibanding sampel lainnya yaitu 166. Meskipun jumlah skor mengalami penurunan pada penambahan jumlah tepung kacang merah, namun apabila dilihat dari kriteria kesukaan pada ketiga sampel, diperoleh kriteria kesukaan yaitu suka. Hal ini dikarenakan bahwa pada umumnya warna donat yang dikenal oleh panelis adalah berwarna kuning kecoklatan. Pewarnaan pada donat kacang merah ini terjadi karena reaksi Maillard. Pemanasan menyebabkan terbukanya sisi aktif beberapa asam amino dalam protein tepung dan terjadi reaksi dengan gula reduksi yang akan berakhir dengan terbentuknya melanoidin berwarna coklat. Baik atau tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata. Warna coklat yang terbentuk pada donat kacang merah disebabkan karena reaksi Universitas Sumatera Utara pencoklatan non-enzimatis atau reaksi maillard. Menurut Winarno 1993 bahwa reaksi maillard dari group asam amino lisin terjadi dengan kehadiran gula reduksi seperti glukosa yang menghasilkan ikatan protein e-N-de-Soxyfructocyl-1-lysine yang menghasilkan warna coklat. Menurut Widayati dan Damayanti, 2007, semakin tinggi gluten yang ditambahkan menyebabkan melanoidin yang dihasilkan memberikan intensitas warna yang kurang, sehingga warna produk yang dihasilkan menjadi kuning kecokelatan. Gluten adalah protein yang menggumpal, bersifat elastis serta akan mengembang bila dicampur dengan air. Gluten akan menentukan hasil produk karena gluten akan mempengaruhi jaringankerangka yang akan mempengaruhi baik tidaknya produk. Tepung terigu dibedakan atas kandungan proteinnya, dimana protein disini juga menentukan kandungan gluten yang ada pada tepung terigu, dan hanya tepung terigu yang memiliki gluten. Kualitas protein serta gluten ditentukan oleh kualitas jenis gandum yang diimpor serta varitasnya, akan sangat mempengaruhi kualitas tepung terigu. Gluten adalah suatu zat yang ada pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan elastis Winarno, 1993.

5.3. Tingkat Kesukaan Panelis Berdasarkan Indikator Rasa