BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Belum lama ini dikeluarkanya Undang-Undang Perseroan Terbatas, yaitu pada tahun 2007 yang mengatur mengenai kewajiban perusahaan untuk
menerapkan Corporate Social Responsibility CSR. Konsep ini
mengharuskan perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Ada banyak hal yang harus diperhatikan perusahaan dalam
pelaksanaan Corporate Social Responsibility ini. Yang pertama adalah kesejahteraan karyawan. Tidak hanya pembayaran gaji yang tidak boleh
ditunda-tunda, namun juga penghargaan lain, seperti honor lembur, bonus untuk kinerja karyawan yang mendorong keuntungan perusahaan, cuti hamil
dan melahirkan, dana pensiun, pesangon, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan.
Kewajiban yang kedua adalah jaminan atas konsumen. Banyaknya temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM yang saat ini sangat
meresahkan masyarakat harusnya menumbuhkan kesadaran kita bersama bahwa masih banyak pengusaha yang memproduksi barang-barang yang kita
konsumsi tidak memperdulikan kesehatan dan keselamatan konsumennya. Ketiga adalah tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat di
sekitar perusahaan tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menerapkan tanggung jawab sosial ini. Dan banyak juga perusahaan yang
telah melakukannya. Contohnya dengan membangun sarana dan prasarana
1
kepentingan umum seperti tempat peribadatan, klinik pengobatan, yang biasanya diperuntukkan bagi para karyawan, dan masyarakat sekitar
perusahaan. Terakhir adalah tanggung jawab lingkungan. Tanggung jawab yang
keempat ini masih sangat jarang dilakukan oleh perusahaan, khususnya di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebanyak lebih dari 250 perusahaan
yang listing di Bursa Efek Jakarta. Melalui evaluasi dengan melihat isi pengungkapan laporan keuangan tahun 2004 dan 2005 yang berkaitan dengan
kegiatan perusahaan dalam melestarikan lingkungan, berhasil ditemukan bahwa rata-rata perusahaan yang peduli terhadap konservasi lingkungan
hanya sebesar 1,89 dari skor 1 sampai 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan di Indonesia kurang dari 50 perusahaan yang listing tersebut
secara sukarela mengalokasikan dana perusahaan untuk konservasi lingkungan Lindrianasari, 2006. Itu pun hanya sebatas mengalokasikan dana
untuk konservasi lingkungan, namun seberapa berartikah dana tersebut bagi lingkungannya. Hal ini tidak dapat disimpulkan karena dari keseluruhan
perusahaan yang diteliti hanya sekitar 10 yang mencantumkan jumlah moneter untuk konservasi lingkungan ke dalam laporan keuangan atau catatan
tambahan atas laporan keuangan perusahaan. Keempat butir yang dijelaskan di atas adalah bagian yang terintegral di dalam CSR.
Ramanathan 1976 dalam Yuningsih 2004:145, menyatakan bahwa penyelesaian masalah lingkungan hidup tidak bisa dilepaskan dari
keterlibatan secara aktif perusahaan di dalamnya. Artinya, tanpa usaha atau
2
peran perusahaan, masalah lingkungan akan tetap menjadi masalah yang akan dibawa dari generasi ke generasi atau bahkan dari jaman ke jaman.
Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti UU No. 231997 tentang manajemen lingkungan dan
aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia mengenai Prosedur dan Persyaratan Listing dan juga standar laporan keuangan PSAK. Sejumlah
perusahaan sudah membuat laporan mengenai pelaporan berkelanjutan secara tersendiri seperti misalnya Astra Internasional, Aneka Tambang, Jaya Ancol
dan Bukit Asam. Dengan adanya aturan yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia mengenai Prosedur dan Persyaratan Listing ini diharapkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akan memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap
permasalahan-permasalahan lingkungan dan masyarakat sekitarnya Rajafi dan Irianto, 2007:73.
Banyak perusahaan yang hanya membagikan sembako atau melakukan sunatan massal setahun sekali telah merasa melakukan Corporate
Social Responsibility. Tidak sedikit perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility berdasarkan ”copy-paste design” atau sekadar
”menghabiskan” anggaran. Karena aspirasi dan kebutuhan masyarakat kurang diperhatikan, beberapa program Corporate Social Responsibility di satu
wilayah menjadi seragam dan seringkali tumpang tindih. Dan hasilnya, dengan tujuan awal ingin memberdayakan masyarakat, Corporate Social
Responsibility justru malah menimbulkan ketergantungan pada masyarakat,
3
serta menjadi sandera menjadi alat masyarakat memeras perusahaan Suharto, 2006:2. Sebagai contoh, PT Aneka Tambang, Tbk. dan Rio Tinto
menempatkan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai stakeholders dalam skala prioritasnya. Sementara itu, contoh lain tedapat pada Asia Pulp and
Paper Group AAP merupakan salah satu grup korporasi yang berada di Indonesia turut serta melaksanakan program-program tanggung jawab sosial
dan lingkungannya antara lain dalam bentuk komitmen pada rehabilitasi lahan tidak produktif untuk perluasan lahan hijau terbuka, dan juga investasi
perusahaan dalam program pemberdayaan masyarakat. Semua program- program tersebut perlu dikomunikasikan oleh karena itu perlu dibuat laporan
keberlanjutan atas program ini atau disebut Sustainability Report. Kemudian untuk memenuhi permintaan para pemangku kepentingannya, dengan
berpedoman pada Global Reporting Initiatif GRI, standar internasional untuk keberlanjutan pelaporan keberlanjutan kinerja perusahaan, dan
menggunakan standar internasional pula pada standar verifikasi pelaporannya, Asia Pulp and Paper Group AAP telah menulis
Sustainability Report sejak tahun 2007 hingga sekarang, oleh sebab itu Asia Pulp and Paper Group AAP meraih penghargaan Best Frist Sustainability
Report Anonim, Harian Pelita: 12 Maret 2010. Permasalahan sosial merupakan substansi yang kompleks karena
masalah sosial terkait dengan kepentingan berbagai pihak yang saling berhubungan. Masalah sosial yang saat ini menjadi sorotan berbagai pihak
adalah munculnya isu tanggung jawab sosial dan kepedulian sosial
4
perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat Januarti dan Dini Aprianti, 2005: 227.
Menurut Gray 1995 dalam Yuningsih 2004:146, mengemukakan banyak perusahaan-perusahaan besar mendapatkan kritikan karena
menyebabkan masalah-masalah sosial. Polusi, limbah, kualitas dan keamanan produk, hak dan status pekerja merupakan isu-isu yang menjadi perhatian
utama. Selanjutnya Yuningsih 2004:146, menyatakan bahwa perusahaan publik seperti Badan Usaha Milik Negara BUMN telah melakukan
tanggung jawab sosialnya dengan baik meski menurut persepsi masing- masing.
Perusahaan mulai memikirkan mengenai tanggung jawab sosial yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan pola pikir dan
tingkah laku masyarakat yang seperti inilah yang ikut mendorong perkembangan ilmu dan teknologi, salah satunya disiplin ilmu akuntansi.
Berkaitan dengan pemberian pedoman bagaimana perusahaan melaporkan aktivitas sosialnya bagi pihak-pihak yang membutuhkan Maghfiroh,
2004:166. Pengungkapan sosial dalam laporan keuangan perusahaan akan
memberikan nilai tersendiri bagi perusahaan yang go public, terlebih sebelumnya perusahaan telah melakukan audit sosialnya dengan baik. Aspek
pertanggungjawaban sosial merupakan hal yang wajar dan logis sebagai konsekuensi kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat. Pada dasarnya
proses audit sosial itu memerlukan komitmen yang kuat dari orang-orang
5
kunci, seperti CEO dan Board of Director, dalam organisasi yang diaudit. Audit sosial dalam implementasinya juga memerlukan keterlibatan
stakeholders, termasuk pekerja, klien, voluntir, pendiri, kontraktor, supplier, dan penduduk setempat yang terkait dengan operasi perusahaan. Para auditor
sosial biasanya bekerja sama dengan shareholders dan stakeholders untuk merancang, mengumpulkan, mengkoordinasikan, dan menganalisis informasi
Suharto, 2008:2. Tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan untuk menjaga keharmonisan hubungan antara perusahaan dengan lingkungan
sekitarnya Januarti dan Dini Aprianti, 2005:228. Spicer 1978 dalam Meutia 2009:34, juga telah melakukan
penelitian yang sejalan dengan pernyataan yang sebelumnya, dimana penelitiannya adalah dengan membandingkan pandangan manajer dan aktivis
mengenai kinerja sosial. Pengungkapan atas kinerja sosial perusahaan ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang
dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Pengaruh yang dimaksud adalah seberapa jauh lingkungan, pegawai, konsumen,
masyarakat lokal, dan yang lainnya dipengaruhi oleh kegiatan dan operasi bisnis perusahaan. Pandangan kontrak sosial ini mengisyaratkan bahwa
analisis dan pengungkapan harus memberi kemampuan kepada masyarakat untuk mengevaluasi kinerja organisasi secara legitimate dan sesuai keinginan
masyarakat Meutia, 2009:34. Banyak telah dilakukan penelitian;penelitian mengenai
tanggungjawab sosial perusahaan atau biasa disebut corporate social
6
responsibility, seperti penelitian yang dilakuakan oleh Januarti Indira dan Dini Aprianti tahun 2005, yang meneliti mengenai Pengaruh Tanggungjawab
Sosial Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan, ataupun penelitian Rajafi dan Aryanto 2007, yang menganalisis mengenai dampak pengungkapan laporan
sosial dan lingkungan. Namun secara spesifik masih sedikit penelitian di Indonesia mengenai pengungkapan audit lingkungan sebagai bagian dari
realisasi corporate social responsibility. Untuk mengetahui gambaran terbaru mengenai praktek audit lingkungan dan corporate social responsibility, maka
penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul, “Analisis Pengaruh Audit Lingkungan Terhadap Realisasi
Corporate Social Responsibility Studi Empiris pada Perusahaan di Jakarta”
. Penelitian ini membatasi masalah pada lingkup penerapan Corporate Social Responsibility yaitu
komitmen perusahaan terhadap lingkungan yang diwakili oleh audit lingkungan sebagai realisasi Corporate Social Responsibility. Penelitian ini
mengambil responden dan data dari perusahaan-perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility di Jakarta.
B. Perumusan Masalah