kepentingan ekonomi langsung perusahaan, untuk menjadi etis para pembuat keputusan organisasi harus bertindak atas dasar kesetaraan,
keadilan dan tidak memihak, menghormati hak-hak individu dan memberikan perlakuan yang berbeda hanya jika relevan dengan tujuan
organisasi. d. Tanggung jawab diskresioner atau kebijakan
Tanggung jawab diskresioner discretionary responsibilities adalah murni sukarela dan dituntun oleh keinginan sebuah perusahaan untuk
memberi kontribusi sosial yang tidak diperintahkan oleh ekonomi, undang-undang dan etika. Aktivitasnya meliputi kontribusi amal yang
murah hati yang tidak mendapat balasan bagi perusahaan dan memang tidak diharapkan.
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan di atas, Konsep
Corporate Social Responsibility Sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, meliputi kaitanya dengan beberapa tanggungjawab seperti
tanggung jawab ekonomi, tanggung jawab legal, tanggung jawab etika, dan tanggung jawab diskresioner atau kebijakan. Berkaitan pula dengan
beberapa hal, antaralain moralitas, pemurnian kepentingan diri sendiri, teori investasi, dan mempertahankan otonomi
3. Corporate Social Responsibility sebagai Akuntansi Sosial
Zubaidah 2003:91, mengemukakan bahwa akuntansi sosial sebagai disiplin ilmu akuntansi yang melaporkan keterbatasan atau tanggungjawab
perusahaan terhadap lingkungan sosialnya, maka secara umum dapat
33
dikatakan bahwa tujuan akuntansi sosial adalah untuk mengukur dan melaporkan biaya sosial serta manfaat sosial yang ditimbulkan oleh kegiatan
produksi dan distribusi prusahaan. Menurut Ikhsan dan Muh. Ishak 2008: 329, akuntansi sosial adalah:
“Penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap konsekuensi- konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan
pemerintah dan wirausahawan”. Akuntansi sosial berarti identifikasi, mengukur, dan melaporkan
hubungan antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimana bisnis tersebut beroperasi, orang-
orang yang dipekerjaan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Proses pelaporan dapat bersifat
baik internal maupun eksternal. Menurut Mas’ud dalam Januarti, dkk 2005, biaya sosial yang harus
dilaporkan dalam laporan keuangan akan tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Masalah Sosial yang Perlu Diungkapkan dalam Laporan Keuangan
pada Publik
LINGKUNGAN KARYAWAN
PRODUK KOMUNITAS
1. Pengendalia n produksi
2. Riset limbah industri
3. Proteksi pada
lingkungan 7. Training
8. Pendidikan 9. Kesehatan
dan keamanan
10. Pensiun 11. Liburan
12. Minoritas 13. Pekerja
wanita 14. Serikat kerja
18. Monitoring keselamatan
pelanggan 19. Pengembang
an atas ide masyarakat
20. Pengeluaran untuk
kepentingan pelanggan
22. Sumbangan dan donasi
23. Aktivitas masyarakat
sekitar 24. Aktivitas
populasi sekitar 25. Partisipasi pada
pemerintah daerah
34
Tabel 2.2 Masalah Sosial yang Perlu Diungkapkan dalam Laporan Keuangan
pada Publik Lanjutan
LINGKUNGAN KARYAWAN PRODUK
KOMUNITAS
4. Konservasi energi
5. Konservasi bahan alam
6. Support pada kegiatan
perlindungan lingkungan
15. Kecelakaan industri
16. Komunikasi karyawan
17. Bonus karyawan
21. Kontrol kualitas
26. Anggota kelompok
sosial
Sumber: Januarti 2005:233
Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan di atas, Konsep
Corporate Social Responsibility Sebagai akuntansi sosial secara umum di jelaskan sebagai alat identifikasi, mengukur, dan melaporkan hubungan
antara bisnis dan lingkungannya. Lingkungan bisnis meliputi sumber daya alam, komunitas dimana bisnis tersebut beroperasi, orang-orang yang
dipekerjaan, pelanggan, pesaing, dan perusahaan serta kelompok lain yang berurusan dengan bisnis tersebut. Proses pelaporan dapat bersifat baik
internal maupun eksternal.
4. Pelaporan Corporate Social Responsibility