Hasil Wawancara Serta Hasil Analisis Kualitas Pelayanan Rawat Inap

81 Pusat Haji Adam Malik melalui beberapa indikator yang dikemukan oleh Penampilan keprofesian atau aspek klinis, Efisiensi dan efektifitas, Keselamatan Pasien dan Kepuasan Pasien. Indikator – indikator tersebut memberikan pengaruh terhadap kualitas pelayanan bagi pasien yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.2 Hasil Wawancara Serta Hasil Analisis Kualitas Pelayanan Rawat Inap

Oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Menurut Jacobalis 1990 kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah: 1. Penampilan keprofesian atau aspek klinis. Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan prilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi. 2. Efisiensi dan efektifitas. Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna. 3. Keselamatan pasien. Aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien. 4. Kepuasan pasien. Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, kenyamanan, kevcepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya. 82 Menurut Jacobalis 1990, pelayanan kesehatan di ruang rawat inap erat kaitannya dengan: 1. dokter, perawat atau petugas kesehatan. 2. Aspek hubungan antar manusia. 3. Kemanusiaan 4. kenyamanan atau kemudahan fasilitas dan lingkungan. 5. Peralatan dan perlengkapan. 6. Biaya pengobatan

1. Kepala Bidang Rawat Inap RSUP H.Adam Malik Medan Samdiana,

S.Kep, Ners. 1.1 Prosedur Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit 1 Pasien yang membutuhkan perawatan inap atas sesuai indikasi medis akan mendapatkan surat perintah rawat inap dari dokter spesialis RS dan UGD. 2 Surat perintah rawat inap akan segera ditindak lanjuti dengan mendatangi bagian pendaftaran untuk konfirmasi ruangan sesuai hak peserta dengan memebawa KPK asli dan fotocopy sehingga peserta bisa langsung dirawat. 3 Bila ruang perawatan sesuai hak peserta penuh, maka yang bersangkutan berhak dirawat satu 1 kelas diatasdibawah haknya. Selanjutnya peserta dapat pindah menempati kamar sesuai haknya dan bila terdapat selisih biaya yang timbul maka peserta membayar selisih biaya perawatan. 83 4 Bagian pendaftaran rawat inap di RS akan menerbitkan surat keterangan perawatan RS dan selanjutnya akan diteruskan ke kantor cabang BPJS dapat melalui faksimil agar segera dapat diterbitkan surat jaminan rawat inap. 5 Bidang Pelayanan ata Bidang Pelayanan JPK kantor cabang BPJS akan menerbitkan surat jaminan rawat inap berdasarkan surat keterangan RS dan akan dikirim melalui faksimil ke RS. Surat jaminan harus sudah diurus selambat-lambatnya 2x24 jam terhitung peserta rawat inap di rumah sakit. 6 Bila pasien membutuhkan penunjang diagnosis lanjutan atau tindakan medis, maka yang bersangkutan harus menandatangani surat bukti pemeriksaan dan tindakan setiap kali dilakukan. 7 Setiap selesai rawat inap pesertaorang tua peserta harus menandatangani Surat Bukti Rawat inap dan pasien akan mendapatkan surat perintah untuk kontrol kembali ke spesialis bersangkutan. 8 Pasien akan membawa surat perintah kontrol kembali ke dokter PPK I untuk mendapatkan Surat Rujukan PPK I ke dokter spesialis di RS yang ditinjuk. 9 Selanjutnya berlaku prosedur rawat jalan dokter spesialis di RS. 10 Jawaban rujukan dari dokter spesialis dapat diberikan kembali kepada dokter keluarga di PPK I. 84 Pernyataan diatas akan disesuaikan dengan pernyataan Kepala Bidang rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. “Prosesnya pasiennya masuk, melengkapi berkas, ya seperti kartu BPJS, Kartu Keluarga, KTP yang asli. Terus kita urus ke bagian loket BPJS untuk jaminan rawat inap”. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Ruang RSUP H. Adam Malik bahwa prosedur yang dilakukan sudah memenuhi standar. Sementara untuk kendalanya, Kepala Bidang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mengungkapkan “Ruangan penuh salah satunya. Kalo mengenai BPJS, BPJS inikan memberikan waktu 2x24 jam untuk mengurus jaminan rawat inap, jadi kadang-kadang pasien inikan belum bawak kartu dan berkasnya melebihi 2x24 jam, disitu yang menjadi kendala kita, jadi susah kita. Kalo masalah ruangan penuh sih ruangan kita kan sekarang sudah banyak, jadi kayak pasien bedah pun misalnya udah penuh disini bisa dititip ke ruangan lain, misalnya ke ruangan jantung, ruangan jantung kan banyak”. Jadi apa tetap diterima itu buk? “Mereka susah, orang BPJS ini agak kaku juga. Kalo udah peraturannya kayak gitu ya harus kayak gitu, jadi kadang-kadang harus kita bikin pernyataan supaya diterima BPJS. Ada beberapa kali kami kayak gitu. Kadangkan pasien buru-buru karena emergency kan lupa bawak berkas karena kampungnya jauh. Itulah salah satunya, maunya kalau bisa lebih dilonggarkan lagi. Tapi namanya udah peraturannya kayak gitu ya mau gimana lagi. Karena kalau memang ada berkasnya kita pun kan gak mau lama-lama mengurus jaminan”. 85 Jika ada pasien BPJS Kesehatan yang sedang butuh rawat inap tetapi kamar penuh, apa yang harus dilakukan pasien tersebut? Nah, untuk penjawab pertanyaan itu, Kepala Bidang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik mengungkapkan bahwa: “Kalo ruangan sekarang kurasa gak da masalah, yang masalah itu ICU, karena ICU kan terbatas. Jadi kalo ada pasien yang memang membutuhkan ruangan ICU ya biasanya kami konfirmasikan ke rumah sakit lain yang bekerjasama dengan BPJS juga”. Dari sini terlihat jelas keprofesionalan BPJS kesehatan bahwa peraturan tetaplah peraturan. Para peserta harus mengikuti prosedur dan peraturan yang ada. Peserta yang akan dirawat inap harus memenuhi berkas yang telah ditetapkan BPJS. Kalau untuk masalah ruangan, RSUP H.Adam Malik telah memiliki banyak ruangan dan tidak perlu dikhawatirkan lagi. Sementara untuk jumlah kamar rawat inap, Kepala Bidang rawat inap mengungkapkan bahwa: “Kalo untuk “Rindu A” bagusan tanya sama instalasinya langsung, tapi kalo untuk bedah syaraf kami ada 36 ruangan”. Dari pernyataan itu dapat kita ketahui bahwa beliau hanya menjalani bagian “Rindu A” dan untuk jumlahnya ruangannya berjumlah 36 ruangan.

1.2 Standar Kegiatan Pelayanan di Ruangan