Temperatur Air Penetrasi Cahaya pH potential of Hydrogen

Dari Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa indeks similaritas IS yang diperoleh pada stasiun penelitian tergolong mirip berkisar 72,72 - 75. Nilai indeks similaritas tertinggi yaitu antara stasiun 2 dan 3 dengan nilai 75, sedangkan nilai indeks similaritas terendah yaitu antara stasiun 1 dan 3. Hal ini menunjukan bahwa pada genus yang ditemukan stasiun 2 dan 3 tergolong mirip jika dibandingkan dengan genus makroalga yang ditemukan pada stasiun 1 dan 3. Tingkat kemiripan antar stasiun ini dapat dipengaruhi oleh faktor fisik kimia dari ketiga stasiun. Menurut Krebs 1985 indeks similaritas digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan makroalga yang hidup di luar tempat yang berbeda. Apabila semakin besar indeks similaritasnya, maka jenis makroalga yang sama pada stasiun yang berbeda semakin banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa kesamaan makroalga antara dua lokasi yang dibandingkan sangat dipengaruhi oleh kondisi faktor lingkungan yang terdapat pada daerah tersebut.

4.5 Faktor Fisik-Kimia Perairan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai faktor fisik- kimia pada setiap stasiun penelitian seperti pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Nilai Faktor Fisik-Kimia pada Setiap Stasiun Penelitian No. Parameter Fisik- Kimia Satuan Stasiun 1 2 3 1 Temperatur Air o C 28,5 29 28 2 Penetrasi Cahaya M 3 3 2,9 3 Ph - 7,9 7,8 7,6 4 DO mgL 6 6,1 5,5 5 Salinitas ‰ . 31 31 30 6 Nitrat mgL 5,20 5,40 5,50 7 Posfat mgL 0,028 0,026 0,029 Keterangan: Stasiun 1: Daerah yang berhadapan langsung dengan samudra Hindia Stasiun 2: Daerah Dermaga Stasiun 3: Daerah yang berhadapan langsung dengan daratan Sumatera

4.5.1 Temperatur Air

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa temperatur air pada semua stasiun penelitian berkisar antara 28ºC – 29ºC. Temperatur tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 29ºC dan temperatur terendah terdapat pada stasiun 3. Menurut Nontji 2002 dalam Alam 2011 perbedaan suhu terjadi karena adanya perbedaan energi matahari yang diterima oleh perairan. Suhu akan naik dengan meningkatkan kecepatan fotosintesis sampai pada radiasi tertentu. Kecepatan fotosintesis akan konstan pada produksi maksimal, tidak tergantung pada energi matahari lagi sampai pada reaksi mengenzim. Suhu perairan di setiap stasiun masih mendukung keberadaan makroalga. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan, 1990, makroalga hidup dan tumbuh pada perairan dengan kisaran suhu air antara 20ºC - 28ºC, namun masih ditemukan tumbuh pada suhu 31ºC.

4.5.2 Penetrasi Cahaya

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa penetrasi cahaya pada semua stasiun penelitian berkisar antara 2,9 m - 3 m. Hal ini disebabkan karena kondisi perairan masih jernih dan penetrasi cahaya sampai ke dasar perairan. Cahaya yang masuk dipengaruhi oleh kondisi kejernihan perairan. Semakin jernih suatu perairan maka semakin tinggi tingkat penetrasi cahaya pada perairan tersebut. Menurut Boyd 1988 dalam Apriyana 2006 kecerahan perairan menentukan jumlah intensitas sinar matahari atau cahaya yang masuk ke dalam perairan dan sangat ditentukan oleh warna perairan, kandungan bahan - bahan organik maupun anorganik tersuspensi di perairan, kepadatan plankton, jasad renik dan detritus.

4.5.3 pH potential of Hydrogen

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa derajat keasamaan atau kebasaan pH pada semua stasiun penelitian berkisar antara 7,6 – 7,9, pH tertinggi terdapat pada stasiun 1 sebesar 7,9, sedangkan pH yang terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 7,6. Namun demikian secara keseluruhan nilai pH pada lokasi penelitian masih dapat mendukung kehidupan makroalga, pH sangat berperan penting di dalam metabolisme makroalga. Menurut US - EPA 1973 dalam Iksan 2005 kisaran pH maksimum untuk kehidupan organisme laut adalah 6,5 - 8,5. Chapman 1962 dalam Supit 1989 menyatakan bahwa hampir seluruh alga menyukai kisaran pH 6,8 - 9,6 sehingga pH bukanlah masalah bagi pertumbuhannya.

4.5.4 DO Disolved Oxygen