Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman Makroalga pada Setiap Stasiun Penelitian

hanya ditemukan di stasiun 1 dan dengan jumlah yang sangat sedikit hal tersebut dikarenakan kondisi perairan di seluruh stasiun tidak mendukung pertumbuhan jenis makroalga tersebut. Rendahnya beberapa jenis makroalga disebabkan oleh kompleksitas habitat akibat kerusakan substrat yang disebabkan oleh proses sedimentasi di rataan terumbu karang yang berasal dari abrasi daratanhutan pada waktu hujan atau gelombang tinggi dan juga karena pemboman ekosistem laut yang dilakukan oleh manusia. Pada stasiun 1, ditemukan genus yang tidak ditemukan pada stasiun lain yaitu Hypnea, dan Tydemania. Stasiun ini memiliki ekosistem terumbu karang yang paling baik dibandingkan dengan stasiun lainnya. Adanya substrat batuan karang, karang hidup, karang mati dan pasir yang sesuai dengan keberadaan kedua genus makroalga tersebut. Pada stasiun 2, genus yang tidak terdapat pada stasiun yang lain yaitu Sargassum. Menurut Romimohtarto 2009, Sargassum terdapat melimpah mulai dari air surut pada pasut. Alga ini hidup melekat pada batu atau bongkahan karang dan dapat terlepas dari substratnya apabila terjadi ombak besar dan hanyut ke permukaan laut atau terdampar di bagian atas pantai.

4.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman Makroalga pada Setiap Stasiun Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan pada setiap stasiun penelitian didapatkan indeks keanekaragaman H’ dan indeks keseragaman E, seperti terlihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makroalga pada setiap stasiun Penelitian Stasiun 1 2 3 Keanekaragaman H’ Keseragaman E 1,57 0,87 1,42 0,88 1,05 0,98 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada stasiun 1 dengan nilai 1,57 dan nilai indeks keanekaragaman terendah terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 1,05. Indeks keanekaragaman pada stasiun penelitian sebesar 1,05-1,57 tergolong keanekaragaman tinggi. Menurut Odum 1994, menyatakan bahwa keanekaragaman jenis dipengaruhi oleh pembagian atau penyebaran individu dalam tiap jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener H’ adalah suatu indeks keanekaragaman biota pada suatu daerah, bila nilainya semakin tinggi, maka semakin tinggi tingkat keanekaragamannya dan begitu juga sebaliknya. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 0,96 dan nilai indeks keseragaman terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 0,87. Indeks keseragaman pada stasiun penelitian sebesar 0,87-0,96 tergolong keseragaman sangat merata. Hal ini menunjukkan bahwa pada semua stasiun merupakan daerah yang sesuai dengan keberadaan makroalga, dilihat dari kondisi perairannya yang bersih, ekosistem terumbu karang yang baik dan faktor fisik kimia perairannya yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan makroalga. Menurut Krebs 1985, apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus tidak sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata. Menurut Suin 2002, menyatakan bahwa penyebaran organisme yang tidak merata pada suatu perairan dapat disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor abiotik lainnya.

4.4 Indeks Similaritas IS Makroalga pada Setiap Stasiun Penelitian