4.5.4 DO Disolved Oxygen
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai kandungan oksigen terlarut pada semua stasiun penelitian berkisar antara 5,5 – 6,1 mgL. Nilai
tertinggi terdapat pada stasiun 2 sebesar 6,1 mgL dan terendah terdapat pada stasiun 3 sebesar 5,5 mgL. Secara keseluruhan nilai kandungan oksigen terlarut
masih dapat ditoleransi makroalga. Sumber utama oksigen terlarut dalam air berasal dari adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan juga dari
proses fotosintesis. Menurut Sulistijo dan Atmadja 1996 Baku mutu DO untuk makroalga adalah lebih dari 5 mgL, hal ini berarti jika oksigen terlarut dalam
perairan mencapai 5 mgL. Pada nilai DO tersebut metabolisme makroalga dapat berjalan dengan optimal.
4.5.5 Salinitas
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai salinitas berkisar antara 30 – 31‰
.
Nilai tertinggi pada stasiun 1 dan 2 sebesar 31‰ dan terendah terdapat
pada stasiun 3 sebesar 30‰
.
Namun demikian secara keseluruhan nilai salinitas pada lokasi penelitian masih dapat mendukung kehidupan makroalga. Menurut
Luning 1990 makroalga umumnya hidup di laut dengan salinitas antara 30‰– 32‰. Salinitas berperan penting dalam kehidupan makroalga. Salinitas yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan gangguan pada proses fisiologis.
4.5.6 Nitrat
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai nitrat semua stasiun penelitian berkisar antara 5,5 – 5,2 mgL. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 3
sebesar 5,5 mgL dan terendah terdapat pada stasiun 1 sebesar 5,2 mgL. Menurut Riani 1994 dalam Alam 2011, kandungan nitrat dalam kadar yang berbeda
dibutuhkan oleh setiap jenis alga untuk keperluan pertumbuhannya sedangkan kadar nitrat untuk makroalga dapat tumbuh optimal sebesar 0,9-3,5 mgL.
Apabila kadar nitrat dibawah 0,1 atau diatas 4,5 mgL, merupakan faktor pembatas.
4.5.7 Fosfat
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai posfat semua stasiun penelitian berkisar antara 0,026 – 0,029 mgL. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun
3 sebesar 0,029 mgL dan terendah terdapat pada stasiun 2 sebesar 0,026 mgL. Menurut Indriani dan Sumiarsih 1988 dalam Alam 2011 Fosfat PO
4
dapat menjadi faktor pembatas baik secara temporal maupun spasial karena sumber
Fosfat yang lebih sedikit di perairan.
4.6. Analisis Korelasi