Minuman Instan Analisis Kelayakan Usaha

4. Pastiles adalah sediaan padat obat tradisional berupa lempeng pipih umumnya berbentuk segi empat ; bahan bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya tidak lebih dari 10 persen. 5. Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak dibuat secara kempacetak dalam bentuk pipih, silinder atau bentuk lain. Kedua permukaannya rata atau cembung terbuat dari sediaan galenik, dengan atau tanpa bahan tambahan. 6. Sari jamu adalah cairan obat dalam dengan tujuan tertentu diperbolehkan mengandung etanol, dengan kadar etanol tidak lebih dari satu persen vv pada suhu 20º C metanol tidak lebih dari 0,1 persen dihitung dari kadar etanol. 7. Kapsul adalah sediaan obat tradisional yang terbungkus cangkang keras atau lunak ; bahan bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan, kandungan air isi kapsul tidak lebih dari 10 persen dan kapsul memiliki waktu hancur tidak lebih dari 15 menit.

2.1.3. Minuman Instan

Menurut Winarti 2005;48, minuman instant berbahan baku biofarmaka termasuk dalam kategori pangan fungsional food suplement. Karena dilihat dari definisinya, pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya memberikan manfaat bagi kesehatan diluar dari manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Para ilmuwan Jepang menekankan pada tiga fungsi dasar pangan fungsional, yaitu : sensory warna dan penampakan 9 menarik, citarasa yang enak, nutritional bernilai gizi tinggi, dan physiological memberikan pengaruh fisiologis yang menguntungkan bagi tubuh. Pangan fungsional merupakan makanan dan minuman yang mengandung bioaktif yang bemanfaat bagi kesehatan. Produk pangan fungsional adalah produk yang tergolong sebagai suatu produk pangan yang memiliki nilai gizi dan cita rasa bukan kapsul atau tablet, layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu setiap hari, serta mampu memberikan peran khusus dalam proses metabolisme tubuh. Meskipun produk pangan fungsional mampu meningkatkan ketahanan tubuh terhadap berbagai penyakit, produk tersebut tidak termasuk kategori obat, karena obat bersifat mengobati sementara pangan fungsional lebih bersifat memperkecil resiko.

2.1.4. Analisis Kelayakan Usaha

Menurut Gittinger 1986;4 proyek didefinisikan sebagai kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode tertentu. Untuk mengetahui apakah proyek atau usaha tersebut dapat memberikan manfaat sesuai dengan yang diharapkan, maka dilakukan suatu penilaian usaha melalui analisis kelayakan usaha atau dapat juga disebut studi kelayakan usaha. Yang dimaksud dengan studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Maksud dari layak atau tidak adalah perkiraan bahwa proyek akan dapat atau tidak dapat menghasilkan 10 keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan Umar, 2005;8. Sedangkan menurut Husnan dan Suwarsono 2000;4, studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek yang biasanya merupakan proyek investasi, dilaksanakan dengan berhasil. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan Husnan dan Suwarsono, 2000;7. Sama halnya dengan Subagyo 2007;15, yang menyatakan bahwa tujuan studi kelayakan adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek akan mendatangkan keuntungan atau kerugian.

2.1.5. Aspek-aspek Analisis