Berakhirnya akad pembiayaan Aspek Hukum Terhadap Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing) Dalam Setiap Pemberian Pembiayaan Oleh Bank Syariah (Studi Pada PT. Bank Sumut Syariah Capem Kota Baru, Marelan)

pembiayaan dilakukan. Apabila penandatanganan perjanjian jaminan mendahului akad pembiayaan maka dikhawatirkan akan menimbulkan cacat yuridis dan dapat menjadi potensial problem dikemudian hari. Namun apabila pengikatan agunan belum dilaksanakan pada saat pencairan fasilitas pembiayaan, maka fasilitas pembiayaan tersebut tidak aman unsecured financing. 40 Setalah seluruh tahapan pemberian pembiayaan sudah dilalui sampai pada tahap pencairan pembiayaan, maka agar dana pembiayaan yang sudah disalurkan menjadi tepat sasaran, maka perlu adanya pengawasan terhadap aktivitas usaha dari nasabah penerima fasilitas oleh bank baik secara aktif seperti melakukan peninjauan setempat atas usaha nasabah penerima fasilitas pembiayaan, sedangkan pengawasan secara pasif misalnya menganalisis laporan keuangan, laporan stok barang dagangan dan laporan kegiatan usaha yang disampaikan oleh nasabah kepada bank. 41

D. Berakhirnya akad pembiayaan

Jangka waktu berakhirnya akad pembiayaan adalah tenggang waktu berlakunya akad pembiayaan tersebut, yaitu sejak ditandatangani oleh bank dan nasabah penerima fasilitas sampai dengan dibayarnya seluruh outstanding pembiayaan nasabah beserta biaya-biaya yang timbul berdasarkan akad pembiayaan. Oleh karena itu, dengan dilunasinya seluruh outstanding kewajiban nasabah tersebut, maka berakhir pula perikatan antara bank dengan nasabah yang bersangkutan. Namun apabila kewajiban nasabah kepada bank belum dilunasi seluruhnya, maka 40 Ibid., hlm.113 41 Ibid., hlm113 akad pembiayaan tersebut masih tetap berlaku dan menjadi dasar hukum bagi bank untuk menuntut haknya kepada nasabah yang bersangkutan. 42 Menurut Faturrahman Djamil berakhirnya akad pembiayaan intiha al-’aqdi adalah dengan 3 cara, yaitu: 43 1. Berakhirnya masa berlaku akad; 2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad; 3. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Lebih jauh lagi menurut Faturrahman Djamil menjelaskan bahwa berakhirnya akad pembiayaan selain yang sudah disebutkan di atas tadi, berakhirnya suatu akad juga bisa karena: terpenuhinya isi kontrak tahqiq al-gharadh dimana terpenuhinya isi kontrak ini terjadi karena pihak dalam kontrak sudah memenuhi semua hak dan kewajiban mereka, pemutusan kontrak faskh dimana pemutusan kontrak ini terjadi karena adanya kesepakatan antara para pihak, putus dengan sendirinya infisakh karena isi kontrak tersebut mustahil terlaksana. 44 Akad pembiayaan sendiri pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya, karena perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, dan akad juga merupakan salah satu sumber iltizam, maka berdasarkan qiyas dan penafsiran secara analogi ketentuan berkahirnya perikatan sebagaiman diatur dalam pasal 1381 KUH Perdata sebagai hukum positif juga dapat berlaku sebagai cara berakhirnya akad dalam transaksi pembiayaan. 45 Berdasarkan Pasal 1381 KUH Perdata sendiri, ada 10 sepuluh cara berakhirnya suatu akad, yaitu karena: 42 Wangsawidjaja, Op.Cit.,hlm.237 43 Faturrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.259 44 Ibid.,hlm.259 45 Wangsawidjaja, Op.Cit.,hlm.239 1. Pembayaran; 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3. Pembaruan utang novasi; 4. Perjumpaan utang atau kompensasi; 5. Pencampuran utang; 6. Pembebasan utang kwijtschelding; 7. Musnahnya barang yang terutang; 8. Pembatalan; 9. Berlakunya syarat batal; 10. Lewatnya waktu kadaluarsa Berdasarkan sepuluh cara berakhirnya perikatan tadi, maka yang menjadi cara berakhirnya pembiayaan pada praktik perbankan syariah antara lain disebabkan karena: 46 1. Pembayaran Pembayaran dalam perjanjian pembiayaan adalah pemenuhan perjanjian secara sukarela, yaitu debitor melunasi mengembalikan pembiayaan secara baik kepada bank syariah berikut imbalanya berupa feeujrah ataupun bagi hasil. 2. Pembaruan utang Pembaruan utang novasi ini dapat disamakan dengan akad hawalah pada pembiayaan syariah, sebagaimana fatwa Dewan Syariah Nasional DSN Nomor 12DSN-MUIIV2000 tentang hawalah. hawalah sendiri adalah akad pengalihan utang dari satu pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menangung pembayaranya. 46 Ibid.,hlm.239-245 3. Perjumpaan utang Perjumpaan utang kompensasi adalah suatu cara penghapusan pembiayaan dengan jalan memperjumpakan memperhitungkan utang-utang secara timbal balik antara bank dengan debitor. Selanjutnya mengenai perjumpaan utang ini dalam praktik ada dua pendapat pertama bahwa apabila debitor mempunyai simpanan di bank berupa giro ataupun deposito, maka berdasarkan hukum, bank tanpa diharuskan suatu perbuatan atau keterangan dari debitor yang bersangkutan berhak secara langsung untuk memperhitungkan giro dan deposito debitor yang bersangkutan dengan jumlah utang outstanding debitor, dimana cara itu disebut ipso yure compensatoir. Sementara iutu pendapat kedua, simpanan debitor tidak dapat diperhitungkan oleh bank secara langsung tetapi dilakukan melalui gugatan di Pengadilan Negeri. 4. Pembebasan utang Dalam praktik perbankan pembebasan utang hapus tagih dapat diberikan kepaa nasabah apabila telah memenuhi persyaratan tertentu misalnya pembiayaan telah dilakukan restrukturisasi, outstanding utang nasabah telah dihapus buku, nasabah telah mengangsur minimal 50 dari utang pokok, semua agunan telah di eksekusi dan tidak ada lagi agunan yang tersisa, kekayaan nasabah tidak ada lagi, danatau usaha nasabah tidak berjalan.

BAB III PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA BANK SYARIAH DAN DALAM

PERSEPEKTIF KUH PERDATA

A. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional Dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

21 184 80

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional (PT. Bank Cimb Niaga) Dan Sistem Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah (PT. Bank Cimb Niaga Syariah) Di Medan

47 391 89

Analisis Perbandingan Sistem Pemberian Kredit Pada Bank Konvensional dan Pembiayaan Pada Bank Syariah

44 256 120

Strategi manajemen risiko terhadap pembiayaan mudharabah untuk mencegah pembiayaan bermasalh: studi kompirasi pada bank syariah Bukopin dan bank Muamalat Indonesia

9 81 76

Pengaruh Jumlah Pembiayaan yang DIsalurkan Terhadap TIngkat Rasio Non Performing Financing (NPF) (Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syariah)

0 5 116

pengaruh penyaluran pembiayaan mudharabah,pembiayaan musyarakah,pembiayaan murabahah,dan non performing financing (npf) terhadap kinerja bank pembiayaan rakyat syariah di Indonesia periode januari 2010-maret 2015

0 7 122

Analisis Pengaruh Pembiayaan Pemilikan Rumah Sistim Akad Murabahah, Pembiayaan Pemilik Rumah Sistim Akad Istishna dan non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Bank Syariah: (Studi Pada Bank Tabungan Negara Syariah Periode Maret 2008- Juni 2016)

5 32 102

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009 - 2014

2 18 138

Analisis Penyelesaian Force Majeure dalam Produk Pembiayaan pada Bank Syariah

6 57 124

PENGARUH NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN NON PERFORMING FINANCING PEMBIAYAAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA - repository perpustakaan

0 0 14