D. Upaya Pencegahan Sebelum Terjadinya Pembiayaan Bermasalah
Menurut Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa bank syariah dan UUS sendiri dalam
melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah danatau UUS serta
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya. Pada Penjelasan Pasal 37 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah dikatakan bahwa penyaluran dana oleh bank syariah mengandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasanya sehingga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah. Oleh karena itu, berdasarkan hal tersebut maka untuk mengurangi resiko pembiayaan yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, maka penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya antara lain:
57
1. Upaya yang bersifat prefentif
a. Memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahan bank
Penjelasan Pasal 37 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ditegaskan bahwa untuk memelihara kesehatan dan
meningkatkan daya tahan maka bank syariah diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur penyaluran pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
pemberian jaminan ataupun fasilitas lain sedimikian rupa sehingga tidak terpusat kepada satu nasabah penerima fasilitas atau kelompok nasabah penerima fasilitas
atau kelompok nasabah penerima fasilitas tertentu. b.
Kelayakan penyaluran dana
57
Wangsawidjaja, Op.Cit., hlm.95
Sebelum fasilitas pembiayaan diberikan, bank syariah harus merasa yakin bahwa fasilitas pembiayaan yang diberikan akan benar-benar kembali. Dimana keyakinan
tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan sebelum pembiayaan tersebut disalurkan, dimana biasanya kriteria yang dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dan meyakinkan dilakukan dengan analisis 5 C dan 7 P. Dimana adapun analisis dengan prinsip 5
C antara lain:
1 Character
bahwa calon nasabah debitor memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitor untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya.Informasi ini dapat diperoleh oleh bank
melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.
2 Capacity
Capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah debitor untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga usahanya
akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa nasabah mampu melunasi utang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu
yang telah ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian
terhadap keadaan neraca, laporan rugi laba, dan arus kas cash flow usaha dari beberapa tahun terakhir.Melalui pendekatan ini, tentu dapat diketahui pula
mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usaha serta tingkat risikonya.Pada umumnya untuk menilai capacity seseorang didasarkan pada
pengalamannya dalam dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah debitor, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam
melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya. 3
Capital Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal
yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi difokuskan kepada bagaimana
distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.
4 Collateral
Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman back up atas risiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya
nasabah debitor di kemudian hari, misalnya terjadi kredit macet.Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun
bunganya. 5
Condition of Economy Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan
kondisi sector usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi
tersebut. Kemudian adapun penilaian pembiayaan dengan metode analisis 7 P, adalah
sebagai berikut:
1 Personality
Personality adalah penilaian nasabah dari segi kepribadianya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.Personality juga mencakup sikap, emosi,
tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2
Party Party adalah mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehinggga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3
Perpose Perpose dilakukan untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
pembiayaan, termasuk jenis pembiayaan yang diinginkan nasabah.Dimana tujuan pengambilan pembiayaan ini dapat bermacam-macam, sebagai contoh untuk
modal kerja ataupun investasi, konsumtif atau produktif, dan lain sebagainya. 4
Prospect Prospect dilakukan untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas pembiayaan yang
dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank saja yang rugi akan tetapi juga bank bisa mengalami kerugian.
5 Payment
Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
pembiayaan. Oleh karena itu, semakin banyak sumber penghasilan nasabah, akan semakin baik .dengan demikian, jika salah satu usaha nasabah mengalami
kerugian, maka usaha nasabah yang lain dapat menutupi kerugian tersebut. 6
Profitability Profitability dilakukan untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama ataukah semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan
diperolehnya. 7
Protection Protection dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar usaha dan jaminan
mendapatkan perlindungan.Dimana perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang ataupun jaminan asuransi.
Selain dilakukan analisis terhadap calon nasabah sebelum mendapatkan pembiayaan, maka upaya prefentif juga dapat dilakukan setelah permohonan
pembiayaan disetujui. Dimana adapun upaya prefentif yang dapat dilakukan setelah permohonan pembiayaan disetujui antara lain:
58
1 Akad pembiayaan harus memuat klausul adanya jaminan pembiayaan
collateral; 2
Jaminan pembiayaan bersifat kebendaan danatau bersifat perorangan; 3
Jaminan kebendaan harus diikat secara sempurna sesuai dengan jenis jaminan Hak Tanggungan, Hipotik, Gadai, ataupun Fidusia;
4 Jaminan mudah dicairkan danatau mudah dijual marketable
58
Ibid., hlm.101
5 Nilai jaminan dapat menjamin mencukupi seluruh kewajiban nasabah
penerima fasilitas kepada bank; 6
Penutupan asuransi dengan syarat banker’s clause; 7
Pemantauan atau pengawasan terhadap penggunaan fasilitas pembiayaan yang telah diberikan, apakah terjadi penyimpangan side streaming dari
rencana semula. 3.
Upaya-upaya yang bersifat represifkuratif Upaya penanggulangan yang bersifat represif adalah upaya-upaya yang bersifat
penyelamatan dan penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah Non Performing Financing NPF. Dimana adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan
seperti:
59
a. Memberikan surat peringatan kepada nasabah;
b. Melakukan pendekatan secara persuasif, untuk mengetahui kenapa
nasabah telat membayar kewajibanya; c.
Melakukan restrukturisasi terhadap pembiayaan bermasalah, seperti melakukan:
1 Penjadwalan kembali Rescheduling;
2 Persyaratan kembali Reconditioning;
3 Penataan kembali Restrukturing.
d. Menawarkan kapada nasabah untuk menjual kepada orang lain ataupun
saudara sendiri jaminan pembiayaannya; e.
Melakukan eksekusi terhadap jaminan pembiayaan nasabah.
59
Ibid.,hlm.101
BAB IV UPAYA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
NONPERFORMING FINANCING PADA PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DALAM PRESPEKTIF
KUH PERDATA
A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah