Tujuan Pengangkatan Anak Dalam Islam Syarat Pengangkatan Anak Dalam Islam

3. Tujuan Pengangkatan Anak Dalam Islam

Dalam prakteknya pengangkatan anak di kalangan masyarakat Indonesia mempunyai beberapa macam tujuan dan motivasi. Tujuannya adalah antara lain untuk meneruskan keturunan apabila dalam suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan. 53 Berdasarkan hukum Islam tujuan pengangkatan anak yaitu tolong menolong dalam hal kebajikan ta’awun. Berdasarkan sumber-sumber yang ada, dalam hal ini terdapat beberapa tujuan yang digunakan sebagai dasar dilaksanakannya suatu pengangkatan anak. Dilihat dari sisi orang yang mengangkat anak, karena adanya alasan: 54 a Keinginan untuk mempunyai anak atau keturunan. b Keinginan untuk mendapatkan teman bagi dirinya sendiri atau anaknya. c Keinginan untuk menyalurkan rasa belas kasihan terhadap anak orang lain yang membutuhkan. d Adanya ketentuan hukum yang memberikan peluang untuk melakukan suatu pengangkatan anak. e Adanya pihak yang menganjurkan pelaksanaan pengangkatan anak untuk kepentingan pihak tertentu. . 53 UU. No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 39 Ayat 1 54 Irma Setyawati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hal. 40. Universitas Sumatera Utara Dilihat dari sisi orangtua anak, karena : 55 a Perasaan tidak mampu untuk membesarkan anaknya sendiri. b Kesempatan untuk meringankan beban sebagai orangtua karena ada pihak yang ingin mengangkat anaknya. c Imbalan-imbalan yang dijanjikan dalam hal penyerahan anak. d Saran-saran dan nasihat dari pihak keluarga atau orang lain. e Keinginan agar anaknya hidup lebih baik dari orangtuanya. f Ingin anaknya terjamin materil selanjutnya. g Masih mempunyai anak-anak beberapa lagi. h Tidak mempunyai rasa tanggung jawab untuk membesarkan anak sendiri. i Keinginan melepaskan anaknya karena rasa malu sebagai akibat dari hubungan yang tidak sah. j Keinginan melepaskan anaknya karena rasa malu mempunyai anak yang tidak sempurna fisiknya. 55 Ibid, Universitas Sumatera Utara

4. Syarat Pengangkatan Anak Dalam Islam

Menurut Hukum Islam pengangkatan anak hanya dapat dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Tidak memutus hubungan darah antara anak yang diangkat dengan dengan orang tua biologis dan keluarganya. 2. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua angkat, melainkan tetap sebagai ahli waris dari orang tua kandungnya. 3. Demikian juga dengan orang tua angkat tidak berhak berkedudukan sebagai pewaris dari anak angkatnya. 4. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara langsung, kecuali sekedar sebagai tanda pengenal alamat. 5. Orang tua angkat tidak bisa bertindak sebagai wali dalam perkawinan terhadap anak angkatnya. 56 Pasal 209 ayat 2 Ketentuan Hukum Islam Menyatakan bahwa anak angkat hanya berhak mendapat wasiat wajibah, sepertiga dari harta warisan. 57 56 Muderis Zaini, 1995, Adopsi Ditinjau Dari Tiga Sistem Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, hal 54. Lembaga wasiat wajibah merupakan bagian dari kajian wasiat pada umumnya. Persoalan wasiat wajibah sangat relevan dengan kajian hukum pengangkatan anak tabani dalam Hukum Islam, karena salah satu akibat dari peristiwa hukum pengangkatan 57 Ribyal Ka’bah, Pengangkatan Anak Dalam uu No. 3 Tahun 2006, varia peradilan No.248 edisi Juli 2006, hal 32. Universitas Sumatera Utara anak adalah timbulnya hak wasiat wajibah antara anak angkat dan orang tua angkatnya. 58 Pengangkatan anak menurut Hukum Islam sebenarnya merupakan hukum Hadhanah atau pemeliharaan anak yang diperluas dan sama sekali tidak merubah hubungan hukum, nasab dan mahram antara anak angkat dengan orang tua dan keluarga asalnya, dalam hukum Islam pemeliharaan anak disebutkan dengan Al- Hudhinah yang merupakan kata dari Al-hadanah yang berarti mengasuh dan memelihara bayi, dalam istilah hadanah adalah pemeliharaan anak yang belum mampu berdiri sendiri, biaya pendidikannya dan pemeliharaannya dari segala yang membahayakan jiwanya. Masalah hadhanah merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan, oleh karena itu orang yang melaksanakan hadhanah itu haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu : 59 1. Berakal sehat. 2. Dewasa. 3. Mempunyai kemampuan dan Keahlian. 4. Amanah dan berbudi luhur. 5. Beragama Islam. 58 Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Raja Jakarta : Grafindo Persada, hal.125. 59 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Material Dalam Praktek Peradilan Agama. Jakarta : Pustaka Bangsa 2003. hal 78. Universitas Sumatera Utara Perubahan yang terjadi hanya perpindahan tanggung jawab pemeliharaan pengawasan dan pendidikan dari orang tua asli kepada orang tua angkat. Pengangkatan anak tersebut tidak merubah anak angkat menjadi anak kandung dan status orang tua angkat menjadi status orang tua kandung. Hanya dalam praktik pengangkatan anak yang sering terjadi dimasyarakat dengan cara dibuat seperti anak kandung pada waktu orang tua angkat membuat akta kelahiran. Oleh karena itu, tidak bisa anak angkat itu seolah-olah anak yang baru lahir ditengah- tengah keluarga orang tua angkatnya seperti anak kandung. Penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam oleh pengadilan agama tidak memutuskan hubungan hukum atau hubungan nasab dengan orang tua kandungnya. Penetapan pengadilan agama hanya sebagai dasar bagi kantor catatan sipil untuk membuat akta kelahiran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengangkatan anak yaitu yang pertama, anak angkat tidak bisa menggunakan nama ayah angkatnya seperti yang dijelaskan pada ayat 5 surat Al-ahzab. Yang kedua, antara ayah angkat dengan anak angkat, ibu angkat dan saudara angkat tidak mempunyai hubungan darah. Mereka dapat tinggal serumah, tetapi harus menjaga ketentuan mahram dalam hukum Islam, antara lain tidak dibolehkan melihat aurat, berkhalwatbercinta, ayah atau saudara angkat tidak menjadi wali perkawinan untuk anak angkat perempuan. Ketiga diantara mereka tidak saling mewarisi. Universitas Sumatera Utara

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGANGKATAN ANAK