Tantangan Modernitas Tantangan JIB sebagai Gerakan Pemuda Islam

maka dengan sendirinya tantangan ideologi tersebut tidak berhasil dijawab. Sedangkan organisasi-organisasi kaum muda lainnya siap dengan ideologi dan eksistensinya. Bahwa untuk memelihara eksistensi organisasi adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung eksistensi itu sendiri. 51 Kemudian tantangan ideologi terhadap pemuda Islam adalah dengan diterimanya pancasila sebagai satu-satunya asas, dan dinyatakan oleh pemerintah sebagai ideologi terbuka, maka menjadi tantangan dan kewajiban pemuda Islam untuk mengisinya, pemuda Islam mempunyai kecenderungan untuk menerima Pancasila dan kecenderungan untuk tidak melakukan isolasi politik pada satu pihak. Karena pada lain pihak tetap ingin menjaga identitasnya sebagai orang Islam. 52

2. Tantangan Modernitas

Biasanya organisasi pemuda Islam memiliki buletin intern, sebut saja misalnya JIB dengan majalah bulanannya Het Licht an-Noer yang terbit bulan Maret 1925 dan SIS dengan majalah bulanannya Moslimse Reveil kebangkitan jiwa orang-orang Islam yang terbit bulan Maret 1935, tetapi itu agaknya tidak memadai, walaupun majalah yang diterbitkan dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan, namun terdapat dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu masalah manajemen dan isi yang berwibawa, karena dewasa ini perlu dipikirkan kembali dalam menghadapai modernitas adalah menerbitkan majalah yang berkesinambungan, tentunya dengan manajemen yang baik dan isi majalah yang 51 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 58 52 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS 1925-1942, h. 67 berkualitas. Hal itu agar penyebarluasan pengetahuan Islam dapat diterima dengan baik oleh umat Islam melalui media. 53 Selanjutnya dikatakan bahwa untuk menjawab tantangan modernitas diperlukan kemantapan iman dan ilmu pengetahuan yang luas, karena tanpa kedua hal tersebut pemuda Islam tidak sanggup menyahut persoalan yang berhubungan dengan teknologi dan ideologi-ideologi besar di dunia. 54 Kenyataan-kenyataan di atas haruslah diiringi dengan ditegakkannya nilai- nilai Islam di bidang keilmuan konsepsi sains dan teknologi, jika tidak hanya menjadikan mereka pemuda Islam hanya bermental Barat. 55 Oleh karena itu kelestarian nilai-nilai Islam bagi kehidupan pelajar harus tetap dijaga, sebab kelestarian Islam sebagai ajaran terancam dengan adanya kurikulum dan sistem serta metode didaktik yang berlaku pada dunia pendidikan resmi dewasa ini. Sementara kompetisi intelektual dengan pelajar yang beragama lain berlangsung secara “kurang fair”, di dalam pengertian untuk pelajar yang secara ideologis dan kultural berasal dari lingkungan bukan Islam dirangsang oleh lembaga swasta untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya lewat pembinaan tertentu, misalnya pemberian beasiswa. 56 Bahkan dewasa ini pusat-pusat pendidikan di Kanada dan Amerika Serikat menjadi tempat yang lebih penting peranannya untuk penggodokan cendikiawan muda Islam dibanding dengan Madinah dan Kairo, yang pernah berjaya di masa lalu. “Training grounds” pemuda Islam jauh lebih beragam, tidak saja berbentuk 53 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 57 54 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 59 55 Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 158 56 Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS 1925-1942, h. 19 organisasi formal dan media cetak tetapi munculnya lembaga swadaya masyarakat dan masjid-masjid kampus merupakan gejala baru dalam lima belas tahun terakhir ini, sudah barang tentu tantangan yang dihadapi dalam bidang pemikiran jauh berbeda. 57

3. Tantangan Invasi Budaya