Berikut adalah tantangan-tantangan yang dihadapi pemuda Islam, baik dari segi ideologi, modernitas maupun tantangan invansi budaya.
1. Tantangan Ideologi
Tantangan yang sering terjadi dalam gerakan pemuda Islam adalah tantangan infiltrasi dari kalangan manapun yang berniat negatif terhadap
eksistensi organisasi, seperti yang pernah terjadi dialami oleh JIB. Di mana Ahmadiyah melakukan propaganda terselubung kepada organisasi pelajar atau
mahasiswa dengan tujuan menyerang ideologi Islam.
47
Hal ini seperti yang dilakukan oleh Ahmad Beig selaku utusan Ahmadiyah, ia sering kali memberi
ceramah-ceramah dalam forum JIB yang di dalamnya terselubung faham Ahmadiyah yaitu adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW., yaitu Mirza
Ghulam Ahmad. Lebih lanjut dikatakan bahwa pemuda Islam harus waspada terhadap
setiap aliran-aliran, kekuatan politik atau sistem yang tidak sesuai dengan Islam, antara lain kristenisasi sekularisasi di bidang intelektual, gerakan Yahudi
internasional, komunisme internasional.
48
Ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan Islam merupakan tantangan eksternal dan yang harus diwaspadai pemuda Islam adalah tantangan intern, yaitu
menjaga persatuan kesatuan pemuda Islam yang berideologi berbeda, seperti pemuda Islam yang mempunyai ideologi nasionalis dan sosialis dalam asas
perjuangannyam karena ideologi tersebut masih sesuai dengan Islam.
49
47
Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 16
48
Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 158
49
Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS 1925-1942, h. 3-5
Di samping itu tantangan ideologi pemuda Islam adalah penanaman pengaruh oleh rupa-rupa aliran dan kekuatan politik yang ada dalam masyarakat
ke dalam perkumpulan pemuda Islam. Menurut Ridwan Saidi penanaman pengaruh ke dalam perkumpulan pemuda Islam tidak langsung diarahkan kepada
organisasi, tetapi biasanya mereka membina pemuda Islam lainnya dengan perkumpulan yang bersifat sekular. Sehingga terdapat dua kecenderungan dalam
pemikiran ataupun aliran. Seperti yang terjadi pada zaman kolonial Belanda, di mana pemerintah Belanda membina pemuda Islam dalam wadah Dienaren Van
Vereenigig, sebuah perkumpulan yang hendak membangun nilai-nilai “supra agama”, yaitu nilai-nilai yang mengatasi sistem nilai agama. Sedangkan
perkumpulan Islam tidak mendapat pembinaan. Oleh karena itu, nantinya terdapat dikotomi pemuda Islam mahasiswa pelajar yang santri dan non santri.
Gerakan pemuda Islam sedikitnya berhati-hati terhadap paham-paham yang coba memberikan kesan bahwa antara Islam dan wawasan kebangsaan
berada dalam posisi yang saling berhadapan, karena hal tersebut dapat memecah belah persatuan, mungkin yang harus ditentang adalah paham yang sempit tentang
nasionalismekebangsaan yang menjurus pada chauvinisme.
50
Hendaknya pemuda Islam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Karena hal-hal sensitif dapat menimbulkan friksi di antara pemuda Islam, tetapi
juga dengan organisasi kelompok lain. Atau dengan kata lain pemuda Islam tetap menjaga identitasnya sebagai orang Islam.
Pada hakikatnya tantangan ideologi gerakan pemuda Islam berkaitan erat dengan eksistensi gerakan tersebut. Apabila organisasi pemuda Islam tidak eksis,
50
Ridwan Saidi, Islam dan Nasionalisme Indonesia, Jakarta : LSIP, 1995, cet. Ke-1, h. 22
maka dengan sendirinya tantangan ideologi tersebut tidak berhasil dijawab. Sedangkan organisasi-organisasi kaum muda lainnya siap dengan ideologi dan
eksistensinya. Bahwa untuk memelihara eksistensi organisasi adalah dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang mendukung eksistensi itu sendiri.
51
Kemudian tantangan ideologi terhadap pemuda Islam adalah dengan diterimanya pancasila sebagai
satu-satunya asas, dan dinyatakan oleh pemerintah sebagai ideologi terbuka, maka menjadi tantangan dan kewajiban pemuda Islam untuk mengisinya, pemuda Islam
mempunyai kecenderungan untuk menerima Pancasila dan kecenderungan untuk tidak melakukan isolasi politik pada satu pihak. Karena pada lain pihak tetap
ingin menjaga identitasnya sebagai orang Islam.
52
2. Tantangan Modernitas