mengumumkan berdirinya partai Persatuan Muslim Indonesia PERMI di tanah Minang yang berasaskan Islam dan kebangsaan.
36
Hal yang mempertegas JIB memang tetap pada asas Islamnya adalah ketika JIB ikut serta dalam kongres pemuda II sebagaimana kita ketahui, kongres tersebut
melahirkan Sumpah Pemuda 1928 dan juga menghasilkan kebulatan peleburan organisasi-organisasi kepemudaan dalam satu wadah yang bernama Indonesia
Muda, namun JIB menolak bergabung fusi ke dalam Indonesia Muda karena menurut Kasman Singodimedjo ketua JIB waktu itu mengatakan “kami eman-
eman dengan Islamnya, karena asas Islam itulah”. Tetapi perlu diingat bahwa JIB turut menandatangi resolusi yang berisikan Sumpah Pemuda.
Dengan demikian, jelas bahwa dalam gerakan pemuda Islam yang terdapat dalam JIB terdapat ideologi nasionalis atau faham kebangsaan, meskipun tidak
dijadikan sebuah asas pergerakan. Organisasi pelajar yang berorientasi kepada aliran nasionalisme adalah
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI yang didirikan September 1926. Adapun tokoh-tokoh pemuda Islam yang populer adalah Muhammad Yamin, Amir
Syarifuddin dan Wongso Nagoro. Kemudian Indonesia Muda IM dan pemuda Gerindo.
Dengan demikian jelas bahwa JIB terbuka dengan paham nasionalis sebagai gerakan pemuda Islam di Indonesia.
3. Ideologi Sosialis
36
Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 62
Ideologi sosialis atau sosialisme secara etimologi berasal dari bahasa Latin “socius” yang berarti teman, sahabat. Jadi ideologi sosialis adalah paham yang
mengutamakan persamaan dan persahabatan sebagai prinsip-prinsip pengikat dalam pergaulan antar sesama manusia. Sedangkan menurut istilah adalah ajaran atas
paham kenegaraan yang ingin dan berusaha menjadikan harta, industri perusahaan yang ada menjadi milik negara dan dikuasai negara, atau dapat juga didefinisikan
sebagai suatu sistem ekonomi yang sebagian besar keputusan-keputusan di bidang ekonomi diambil dalam satuan-satuan yang dikuasai oleh berbagai bagian dari
struktur negara atau oleh pekerja.
37
Secara umum bahwa ideologi sosialis adalah suatu faham yang berusaha untuk meniadakan atau mengurangi ketimpangan ekonomi di tengah-tengah
masyarakat dengan cara pemerataan pendapatan nasional dan ini memerlukan intervensi negara dalam bidang ekonomi.
38
JIB dan SIS secara organisatoris merupakan dua organisasi yang terbuka terhadap faham sosialis. Hal tersebut wajar, sebab menurut pandangan Ridwan
Saidi bahwa JIB dan SIS mendapatkan pengaruh dari H. Agus Salim, selaku tempat bertanya, penasihat, dan pembina di mana di dalam forum JIB dan SIS H. Agus
Salim memberikan pandangan tentang Islam dan sosialisme.
39
H. Agus Salim pada saat itu menjadi “figur idola” di kalangan pemuda, karena pandangan-pandangan yang diberikan dilakukan dengan cara pendekatan
ilmiah namun mempunyai dasar-dasar hujjah yang kuat. Dalam menyoroti faham
37
Muhammad Chatib Basri, Antara Marx dan Schindler ; dalam Jurnal Kebudayaan Kalam, 7 September 2001, h. 27-28
38
Mirriam Budiardjo, Simposium Kapitalisme, Sosialisme, Demokrasi, Jakarta : Gramedia, 1984, h.3
39
Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, h. 101-102
sosialisme dengan ajaran Islam, bersama HOS Cokroaminoto tokoh sosialisme ia mencari sebanyak mungkin persamaan dan menjauhkan perbedaan dalam
diskusinya. Apabila ideologi sosialis dipandang sebagai faham yang mengutamakan
pertemanan dan persahabatan sebagai prinsip pengikat dalam pergaulan antar sesama, maka dapat dikatakan bahwa tujuan didirikan JIB terdapat paham
sosialisme, yaitu toleransi terhadap keyakinan agama lain dan menimbulkan serta memajukan pergaulan antara kaum terpelajar masing-masing dan di antara mereka
dengan rakyat menurut ajaran Islam. Disini terlihat kalau JIB mementingkan mengutamakan pertemanan dan persahabatan sebagai prinsip pengikat dalam
pergaulan antar sesama, atau dengan kata lain JIB terbuka terhadap paham sosialis.
40
Di samping itu JIB mendorong organisasi pemuda untuk bersatu. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa lahirnya JIB telah menimbulkan kegelisahan
disementara organisasi pemuda kedaerahan, karena JIB mampu mempersatukan berbagai pemuda dari semua lapisan dan asal kesukuan dan cabang-cabangnya
telah dibuka di luar Jawa, seperti Sumatera, Sulawesi, dan kepulauan lainnya.
41
JIB tidak menekankan pada perbedaan yang ada dalam berhubungan dengan mereka yang berhaluan lain. Bahwa kerja sama yang erat akan melahirkan
kesuksesan, seperti ketika JIB cabang Betawi dan Cristelijk Studenten Vereeginig CSV yang berafiliasi ke kaum Kristen Ambon Jong Ambon bekerja sama
40
Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS 1925-1942, h. 22
41
Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS 1925-1942, h. 22
melancarkan kritik terhadap pemerintah Hindia Belanda berkaitan dengan perlakuan yang berbeda yang diberikan terhadap masing-masing agama, di mana
Islam diperlakukan secara tidak adil, baik dalam pemberian fasilitas maupun kemudahan dalam penyebaran agama, tidak dengan sendirinya berarti hubungan
sosial antara umat Islam dan umat Kristen berada dalam ketegangan.
42
Apabila ideologi sosialis dipahami sebagai suatu sistem ekonomi yang keputusan-keputusannya diambil oleh para pelaku ekonomi, maka menurut Ridwan
Saidi, sosialisme mempunyai kaitan erat dengan pengembangan kepemimpinan di Indonesia, tidak hanya alasan historis bahwa pergerakan modern Islam yang
pertama lahir adalah Sarekat Dagang Islam SDI pada tahun 1909. tetapi juga untuk terciptanya komunikasi politik yang efektif memerlukan dana yang kuat.
43
Jika ditelusuri bahwa JIB terbuka dengan faham sosialis adalah ketika Yusuf Wibisono dan Prawoto Mangkusasmita mengantongi kartu anggota Sarekat Islam
dulunya SDI yang nota bene bersifat sosialis. Bahkan JIB pada akhir-akhir periode mengembangkan kegiatan bukan pada porsinya, yaitu membangun badan
usaha dan percetakan. Sama halnya dengan JIB, SIS juga bersifat sosialis, yaitu melonggarkan
prasyarat keanggotaan tanpa memandang kebangsaan dan keyakinannya dan setiap mahasiswa dapat diterima menjadi anggota perhimpunan.
44
42
Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 62-63
43
Ridwan Saidi, Kebangkitan Islam Era Orde Baru ; Studi Kepeloporan Cendikiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI,h. 111
44
Ridwan Saidi, Cendikiawan Islam Zaman Belanda Studi Pergerakan Intelektual JIB dan SIS 1925-1942, h. 36
Bukti bahwa SIS terbuka terhadap ideologi sosialis adalah ketika kelak aktivis SIS mempunyai kecenderungan dalam terjun ke masyarakat, sebut saja
misalnya Hamid Algadri yang aktif dalam Partai Sosialis Indonesia PSI.
45
Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa asas Islam bekerja untuk umat Islam dan juga untuk golongan-golongan orang Islam yang berkeyakinan
bernaung dalam ideologi lain. Kemudian asas nasionalisme bekerja bagi seluruh bangsa Indonesia termasuk umat Islam, umat lain, warga Indonesia, juga tidak
melupakan usaha mementingkan keadilan sosial. Sedangkan asas sosialisme bekerja dan masyarakat yang penuh keadilan sosial dan tidak akan membedakan
golongan dan agama.
E. Tantangan JIB sebagai Gerakan Pemuda Islam