Sabilillah Ibnu sabil Pendayagunaan Dana Zakat Reinterprestasi 8 Ashnaf

kegiatan untuk kepentinga sosial seperti dana yayasan anak yatim, rumah sakit untuk pengobatan masyarakat miskin atau sekolah untuk kaum fakir miskin. 27 Dalam hal ini dapat dipahami bersama bahwa dana zakat dapat digunakan untuk melunasi hutang masyarakat miskin atau pedagang kecil yang mengalami kemunduran dalam bidang usahanya, atau dapat pula digunakan bagi lembaga sosial yang yang memiliki hutang untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri.

f. Sabilillah

Sabilillah pada awal masa Islam dipahami dengan jihad fisabilillah, namun dalam perkembangannya sabilillah tidak hanya terbatas pada jihad, akan tetapi mencakup semua program dan kegiatan yang memberikan kemaslahatan pada umat. 28 Dari pemahaman tersebut dapat dipahami bahwa dana zakat dalam hal sabilillah diberikan bukan hanya bagi orang yang berjihad dan berperang untuk Islam, melainkan pada saat ini dapat dberikan kepada pribadi yang mencurahkan perhatiannya untuk kebaikan umum umat islam, sebagai bantuan atas pekerjaan yang mereka lakukan. Disamping itu juga diberikan untuk pelaksanaan program atau kegiatan untuk mewujudkan kemaslahatan umum umat Islam, seperti mendirikan benteng, mendirikan rumah sakit dan pemberi pelayanan kesehatan. Team penelitian dan seminar zakat DKI Jakarta menyatakan bahwa pendayagunaan zakat alokasi fisabilillah agar dapat digunakan untuk: 27 Hamid Abidin, Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS Jakarta: PIRAC, 2004, h.21 28 Hamid Abidin, Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS Jakarta: PIRAC, 2004, h.25 a. Peningkatan dakwah melalui lembaga-lembaga dakwah. b. Peningkatan penilaian fisik bagunan-bangunan keagamaan, misalnya masjid dan madrasah-madrasah. c. Penyedian nafkah bagi orang-orang yang sibuk dengan tugas agama. d. Penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan dan kewiraswastaan untuk memungkinkan terbukanya lapangan kerja. 29

g. Ibnu sabil

Para fuqaha selama ini mengartikan ibnu sabil anak jalanan dengan “musafir yang kehabisan bekal”. Pengetian ini masih relevan, akan tetapi pengertian ini pasti belum mencakup keseluruhannya. Makna anak jalanan sebagaimana yang lazim kita pahami, mengacu pada pengertian orang yang tengah berada dalam keadaan tunawisma atau terpental dari tempat tinggalnya semula. Bukan lantaran kemiskinan yang diderita, melainkan karena hal-hal yang lain, misalnya kecelakaan. Maka dari tu menurut Masdar F Masudi dan zakat untuk sektor ibnu sabil dapat dialokasikan bukan hanya untuk keperluan musafir yang kehabisan bekal melainkan juga untuk keperluan para pengungsi baik karena alasan politik maupun karena alasan lingkungan atau bencan alam. 30 29 Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995, h.72 30 Masdar F. Masudi, Menggas Ulang Zakat Bandung: Mizan, 2005, h.128

B. Gizi 1. Pengertian, Fungsi, dan Sifat Gizi

a. Pengertian Gizi Gizi merupakan suatu ilmu yang merujuk dari ilmu “kesehatan masyarakat”. Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang artinya berarti “makanan”. Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia. 31 Definisi lengkap ilmu gizi yang merupakan modifikasi dari National Academy of Sciences 1994 oleh organisasi profesi yang berkaitan dengan gizi pada seminar Pengembangan Ilmu Gizi pada tahun 2000, yaitu ilmu yang mempelajari zat-zat dari pangan yang bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi terhadap pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap, sampai dimanfaatkan tubuh srta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya. 32 Dari definisi tersebut ada dua komponen penting, yaitu makanan dan kesehatan tubuh. Ahli gizi harus mendalami persoalan pangan makanan dan kesehatan tanpa harus menjadi ahli pangan ataupun ahli kesehatan dokter. 31 Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi Jakarta: Gramedia, 2005, h.3 32 Depertemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Raja Grafindo, 2007, h.4