penyebab dari ketidakmampuan dan ketidakberdayaan mereka diatasi.
17
Sehingga mampu untuk menolong semua permasalahan yang ada pada fakir miskin untuk lebih mendapatkan kehidupan yang sejahtera.
b. Amil
Yusuf Qardawi memberikan batasan yang rinci tentangamil yaitu semua orang yang terlibat atau aktif dalam lembaga atau organisasi zakat, termasuk
penaggung jawab, para pengumpul, pembagi, bendaharawan, sekretaris, dan sebagainya.
18
Sedangkan Ibnu Rusyd memahami bahwa amil bukan hanya terbatas pada amil zakat, tetapi termasuk dalam pengertian mereka yang
mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat islam.
19
Meskipun dari dua pendapat diatas terdapat perbedaan, yang pasti bahwa orang yang menyibukkan
dan mengabdikan dirinya untuk kepentingan umum umat islam mendapat dana zakat, besarnya dana zakat yang dipakai disesuaikan dengan berat ringannya
kerja mereka.
c. Muallaf
Muallaf pada umumnya dipahami dengan orang ynag baru masuk islam, namun dilihat dari sejarahnya pada masa awal islam muallaf yang diberikan dana
zakat dibagi kepada dua kelompok yaitu orang kafir, yang diharapkan dapat masuk islam dan yang dikhawatirkan menyakiti umat islam. Orang islam, terdiri
dari pemuka muslim yang disegani oelh orang kafir, muslim yang masih lemah
17
Hamid Abidin, Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS Jakarta: PIRAC, 2004, h.20
18
Yusuf Qardawi, Fiqh al-Zakat Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1981, cet ke-6, juz 2, h.265
19
Ibnu Rusyd, Biyadatul Mujtahidin, juz 1, h.276
imannya agar dapat konsisten pada keimanannya, dan muslim yang berada di daerah musuh.
20
Yusuf Qardawi mengungkapkan mengutip dari Abidin bahwa zakat yang diberikan kepada muallaf dengan tujuan agar hatinya tetap dalam islam,
mengokohkan orang yang lemah imannya atau usaha untuk menolongnya dan menahan tindakan jahat dari kelompok lain.
21
Dengan demikian, secara praktik muallaf pun lalu dipahami sebagai orang yang dijinakkan hatinya agar mau
menerima kesadaran islam. Dalam kitab-kitab fiqh dengan orientasi berfikirnya yang formalistik sampai sekarang, hanya dikatakan bahwa muallaf adalah orang
yang dijinakkan hatinya untuk masuk islam dalam pengertian formal. Khalifah umar sebnarnya sudah melihat lemahnya pandangan keagamaan
yang formalistik ini, baginya tidak ada gunanyaorang yang hanya mengaku islam, tetapi dalam tingkah lakunya jauh dari “laku” kemanusiaan. Ia
memandang keislaman sebagai suatu yang bersifat subtansial. Atas pandangan umar itu pada saat ini dana zakat untuk muallaf digunakan bukan hanya untuk
membujuk seseorang masuk kedalam komunitas islam atua agama islam, tetapi untuk membujuk anggota masyarakat yang karena satu atau lain hal terperosok
mengambil jalan yang berlawanan dengan fitrah kemanusiaan, sehingga dengan konteks kemasyarakatan kita sekarang sasarannya adalah untuk:
20
Hamid Abidin, Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS Jakarta: PIRAC, 2004, h.22
21
Ibid, h.23
a. Usaha penyadaran kembali orang-orang terperosok ke dalam kejahatan dan kriminal.
b. Biaya rehabilitasi mental atas orang-orang yang terjerumus ke dalam dunia narkoba.
c. Pengembangan masyarakat dan suku-suku terasing, dan lain- lain.
22
Sjechul Hadi Purnomo menambahkan bahwa dana zakat untuk muallaf dapat digunakan untuk pembiayaan lembaga dakwah yang khusus melakukan
kegiatan untuk pembinaan kepada orang-orang yang baru masuk islam dan lembaga dakwah yang melakukan kegiatan-kegiatan pendekatan terhadap kaum
non muslim.
23
d. Riqab