a. Usaha penyadaran kembali orang-orang terperosok ke dalam kejahatan dan kriminal.
b. Biaya rehabilitasi mental atas orang-orang yang terjerumus ke dalam dunia narkoba.
c. Pengembangan masyarakat dan suku-suku terasing, dan lain- lain.
22
Sjechul Hadi Purnomo menambahkan bahwa dana zakat untuk muallaf dapat digunakan untuk pembiayaan lembaga dakwah yang khusus melakukan
kegiatan untuk pembinaan kepada orang-orang yang baru masuk islam dan lembaga dakwah yang melakukan kegiatan-kegiatan pendekatan terhadap kaum
non muslim.
23
d. Riqab
Dilihat dari makna harfiah, dan demikian lah kitab-kitab fiqh mengartikannya, riqab artinya budak. Untuk masa sekarang manusia dengan
status budak belian sudah tidak ada. Akan tetapi jika menengok pada maknanya yang lebih dalam lagi, arti riqab secara jelas menunjukkan pada gugus manusia
yang tertindas dan tereksploitasi oleh manusia lain baik secara personal atuapun struktural.
24
22
Masdar F. Masudi, Menggas Ulang Zakat Bandung: Mizan, 2005, h.120-121
23
Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995, h.65
24
Hamid Abidin, Reintreprestasi Pendayagunaan ZIS Jakarta: PIRAC, 2004, h.20
Berdasarkan hal itu, maka kebijaksanaan pendayagunaan zakat untuk riqab dapat diarahkan untuk:
a. Mengentaskan buruh-buruh rendahan dan buruh kasar dari belenggu majikan dan yang menjeratnya.
b. Mengusahakan pembebasan orang-orang tertentu yang dihukum atau dipenjara hanya lantaran manggunakan hak dasarnya untuk
berpendapat atau memilih.
25
c. Untuk membantu negara islam atau negara yang sebagian besar penduduknya beragama islam yang sedang berusaha melepaskan
diri dari belenggu perbudakan modern oleh kaum penjajah modern.
d. Untuk membantu membebaskan pedagang, pengusaha, petani kecil dan sebagainya tergantung pada lintah darat.
26
e. Gharimin
Pemahaman terhadapa gharimin dalam sebagian besar literatur tafsir atua fiqh dibatasi pada orang yang punya hutang untuk keperluannya sendiri. Namun
beberapa pendapat membedakannya kepada kedua kelompok, yaitu orang yang berhutang untuk keperluannya sendiri dan orang yang berhutang untuk
kepentingan orang lain. Bahkan hutang yang diakibatkan karena program dan
25
Masdar F. Masudi, Menggas Ulang Zakat Bandung: Mizan, 2005, h.122
26
Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan Nasional Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995, h.67
kegiatan untuk kepentinga sosial seperti dana yayasan anak yatim, rumah sakit untuk pengobatan masyarakat miskin atau sekolah untuk kaum fakir miskin.
27
Dalam hal ini dapat dipahami bersama bahwa dana zakat dapat digunakan untuk melunasi hutang masyarakat miskin atau pedagang kecil yang mengalami
kemunduran dalam bidang usahanya, atau dapat pula digunakan bagi lembaga sosial yang yang memiliki hutang untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri.
f. Sabilillah