Proses Penerjemahan Secara Global

terhadap gagasan-gagasan, pandangan, ataupun ide dari buku-buku lain. Pendek kata, suatu gagasan atau pemikiran tidak lahir dari ruang hampa. Sebuah karya bisa saja ditulis sebagai sanggahan atau menguatkan madzab pemikiran tertentu dalam bidang tertentu, yang ditulis dalam sebuah buku atau bentuk karya tulis lain. Langkah terakhir pada tahap ini adalah membaca buku tersebut secara serius, mulai awal hingga akhir, sambil mencari makna kata- kata yang belum diketahui melalui kamus. Jangan tergesa-gesa dalam menerjemahkan setiap teks yang dibaca. b. Penuangan pesan ke bahasa sasaran Terjemahan ideal adalah yang tidak hanya berupaya mentransfer pesan, namun juga seluruh teks sebagai totalitas, mulai bentuk linguistik seperti susunan frase, susunan dan bentuk kalimat sampai kepada suasana batin teks. Penuangan padanan teks sumber ke dalam teks sasaran semaksimal mungkin inilah yang menjadi inti dari tahap penuangan. Penuangan tidak melulu menungkan ide, pikiran dan gagasan teks sumber. Bila dimungkinkan, penuangan harus pula menyangkut aspek-aspek lainnya. c. Editing Setelah tahap penuangan selesai, maka secara kasar kerja menerjemah sesungguhnya dapat dikatakan selesai. Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan, yakni mengedit kembali hasil terjemahan sebelum diserahkan kepada editor penerbit atau editor yang lain. Hal ini penting mengingat hasil penerjemahan tersebut sesungguhnya adalah produk suasana psikologi kebahasaan dari penerjemah yang masih fii manzilah baina al manzilatain, atau dalam satu titik kesadaran diantara dua kesadaran, yakni antara kesadaran suasana bahasa sumber dan bahasa sasaran. 12

3. Penilaian Terjemahan

Menilai kualitas terjemahan merupakan salah satu aktivitas penting dalam penerjemahan. Ada tiga alasan menilai kualitas terjemahan: 1 untuk melihat keakuratan; 2 untuk mengukur kejelasan; 3 untuk menimbang kewajaran suatu terjemahan. Keakuratan berarti sejauh mana pesan dalam Tsu disampaikan dengan benar dalam Tsa. Kejelasan berarti sejauh mana pesan yang dikomunikasikan dalam Tsa dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca Tsa. Kewajaran berarti sejauh mana pesan dikomunikasikan dalam bentuk yang lazim, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibacanya adalah teks asli yang ditulis dalam Bsa. Karenanya, aspek yang dinilai adalah: 1 pesan terterjemahkan atau tidak; 2 kewajaran dan ketepatan pengalihan pesan; 3 kesesuaian hal-hal teknis dalam kerja penerjemahan dengan tata bahasa dan ejaan yang berlaku. Sesuai dengan tujuan tersebut, ada beberapa teknik penilaian yang dapat digunakan, seperti yang ditawarkan oleh Machali, Hoed, dan Lubis. 12 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah Teks Arab Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004, h. 35. Syarif Hidayatullah mencoba menawarkan metode lain yang mungkin lebih sederhana. Menurut Syarif Hidayatullah, penilaian terhadap kualitas terjemahan selain dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati dan membaca secara cermat, juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis. Meski penilaian terhadap hasil terjemahan itu bersifat subyektif-relatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan, misalnya, untuk memberi penilaian kepada hasil terjemahan mahasiswa atau penerjemah pemula. Penilaian ini juga bisa diterapkan oleh penerbit untuk menilai apakah suatu hasil terjemahan layak dikonsumsi atau tidak. Pedoman penilaian yang Syarif Hidayatulllah tawarkan adalah sebagai berikut: 1. Kalimat yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 10 poin. 2. Metode yang dipilih tidak sesuai dengan peruntukan teks, berakibat pada pengurangan 9 poin. 3. Klausa yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 8 poin. 4. Terjemahan tidak sesuai topik, berakibat pada pengurangan 7 poin. 5. Padanan budaya tidak tepat, berakibat pada pengurangan 6 poin. 6. Nama diri, peristiwa sejarah, dan kata-kata asing yang tidak tepat, berakibat pada pengurangan 5 poin. 7. Tata bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah BSa, berakibat pada pengurangan 4 poin.