Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan dan Kerangka Teori, meliputi gambaran umum penerjemahan, proses Gambaran Umum kitab Nashaihul Ibad, Biografi Syeikh Nawawi Analisis terhadap terjemahan kitab Nashaihul Ibad,

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini agar lebih sistematis, dan melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini ke dalam 5 bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Kerangka Teori, meliputi gambaran umum penerjemahan, proses

penerjemahan secara global, penilaian terjemahan, unsur linguistik dan non linguistik penerjemahan, jenis penerjemah, dan metode penerjemahan.

Bab III : Gambaran Umum kitab Nashaihul Ibad, Biografi Syeikh Nawawi

Al Bantani dan Biografi Fuad Kauma meliputi gambaran umum dan gambaran metode terjemahan kitab Nashaihul Ibad, Biografi Fuad Kauma, kelahiran dan perkembangan Syeikh Nawawi Al Bantani, riwayat pendidikan dan pengajarannya, posisi strategis Syeikh Nawawi bagi Dunia dan Indonesia dan karya-karyanya.

Bab IV : Analisis terhadap terjemahan kitab Nashaihul Ibad, meliputi

analisis metode hasil terjemahan, analisis bentuk, analisis makna, semantik leksikal dan gramatikal.

Bab V : Penutup, meliputi kesimpulan dan rekomendasi.

DAFTAR PUSTAKA 10

BAB II KERANGKA TEORI

A. GAMBARAN UMUM PENERJEMAHAN

1. Definisi Penerjemahan

Meskipun menerjemahkan adalah pekerjaan yang melibatkan sekumpulan teori atau ilmu, tetapi kemampuan menerjemahkan dengan baik adalah seni. Menerjemahkan, dengan demikian adalah keterampilan yang melibatkan lebih banyak seni bakat dari pada upaya dan teori. Lantas apakah menerjemah itu? Menerjemah menurut bahasa adalah tafsir. Sedangkan menurut istilah menerjemah adalah memindahkan atau menyalin gagasan, ide, pikiran, pesan atau informasi lainnya dari satu bahasa disebut bahasa sumber atau bahasa asli ke dalam bahasa lain disebut bahasa sasaran atau bahasa target. 8 Hal ini, seperti ditegaskan oleh Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, harus dilakukan dengan cara sedekat dan sehalus mungkin baik pengertian atau makna maupun gaya yang digunakan oleh bahasa aslinya. 9 Namun demikian, kita tidak dibenarkan menafikan upaya, latihan dan teori-teori tentang menerjemahkan. Sebab betapapun kuat dan baiknya bakat dan rasa bahasa seseorang, jika tidak dibarengi dengan latihan, praktik yang terus menerus dan berkelanjutan, dan teori meski tanpa 8 Kaserun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Bahasa Indonesia Surabaya: Pustaka Progresif, 2007, h. 6. 9 Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, The Theory and Practice of Translation Leiden: United Bible Societies, 1974, h. 12. disadari. Jadi, keduanya, bakat dan latihan yang baik itu, sama pentingnya. Pada hakikatnya penerjemahan itu merupakan kegiatan mereproduksi amanat atau pesan bahasa sumber dengan padanan yang paling dekat dan wajar di dalam bahasa penerima, baik dilihat dari segi arti maupun gaya. Idealnya terjemahan tidak akan dirasakan sebagai terjemahan. Namun, untuk mereproduksi amanat itu, mau tidak mau, diperlukan penyesuaian gramatis dan leksikal. Penyesuaian ini janganlah menimbulkan struktur yang tidak lazim di dalam bahasa penerima. 10 Dari berbagai definisi terjemah di atas kita bisa menyimpulkan bahwa terjemah merupakan seni tentang memindahkan makna dan uslub dari satu bahasa ke bahasa yang lain, dimana pembaca yang berbahasa sasaran melihat teks terjemahan dan merasakannya seperti melihat pembicara aslinya dan merasakan teks-teks aslinya. Bil a ta’rif di atas dianggap benar atau mendekati kebenaran maka kaidah-kaidah pokok yang menjadi landasan seni terjemah adalah sebagai berikut : a. Terjemah harus mengandung gambaran yang benar tentang konsep yang terkandung dalam teks asli. b. Harus menjaga uslub atau gaya bahasa aslinya sebaik mungkin. c. Kehalusan susunan kalimat terjemahan tidak kurang dari kehalusan susunan-susunan kalimat dalam teks asli. 10 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia Teori dan Praktek Bandung: Humaniora, 2005, h. 10.