Penilaian Terjemahan KERANGKA TEORI

Syarif Hidayatullah mencoba menawarkan metode lain yang mungkin lebih sederhana. Menurut Syarif Hidayatullah, penilaian terhadap kualitas terjemahan selain dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati dan membaca secara cermat, juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis. Meski penilaian terhadap hasil terjemahan itu bersifat subyektif-relatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan, misalnya, untuk memberi penilaian kepada hasil terjemahan mahasiswa atau penerjemah pemula. Penilaian ini juga bisa diterapkan oleh penerbit untuk menilai apakah suatu hasil terjemahan layak dikonsumsi atau tidak. Pedoman penilaian yang Syarif Hidayatulllah tawarkan adalah sebagai berikut: 1. Kalimat yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 10 poin. 2. Metode yang dipilih tidak sesuai dengan peruntukan teks, berakibat pada pengurangan 9 poin. 3. Klausa yang tidak diterjemahkan, berakibat pada pengurangan skor sebanyak 8 poin. 4. Terjemahan tidak sesuai topik, berakibat pada pengurangan 7 poin. 5. Padanan budaya tidak tepat, berakibat pada pengurangan 6 poin. 6. Nama diri, peristiwa sejarah, dan kata-kata asing yang tidak tepat, berakibat pada pengurangan 5 poin. 7. Tata bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah BSa, berakibat pada pengurangan 4 poin. 8. Terjemahan frasa, idiom, atau makna figuratif tidak tepat, berakibat pada pengurangan 3 poin. 9. Diksi, konotasi, atau kolokasi tidak tepat, berakibat pada pengurangan 2 poin. 10. Kesalahan ejaan, penyingkatan, dan tanda baca, berakibat pada pengurangan 1 poin. Untuk menggunakan model penilaian tersebut, penilai harus memperhatikan beberapa hal di bawah ini: a. Penilaian pada hasil terjemahan yang telah berbentuk buku dapat dilakukan dengan cara mengambil beberapa halaman. b. Setiap lembar halaman terjemahan diberi skor awal 100 poin. c. Setelah itu, hitunglah skor kesalahan sesuai dengan pedoman di atas. d. Lalu, jumlahkan semua skor kesalahan dalam setiap halaman yang dinilai. e. Skor awal setiap halaman kemudian dikurangi skor kesalahan. f. Skor setiap halaman dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah halaman. g. Hasil skor rata-rata menjadi nilai akhir dari terjemahan yang dinilai. h. Setelah itu, nilai akhir itu dipergunakan untuk menilai apakah terjemahan tersebut termasuk terjemahan istimewa 90-100, sangat baik 80-89, baik 70-79, sedang 60-69, 50-59, buruk 0-49. 13 13 Syarif Hidayatullah, Tarjim Al- An cara mudah menerjemahkan Arab Indonesia Tangerang: Dikara, 2010, h. 71.

4. Unsur Linguistik dan Nonlinguistik dalam Penerjemahan

Untuk menajamkan kepekaan dalam menyelami Bsu dan kepiawaian mengalihkannya ke dalam BSA, seorang penerjemah seorang penerjemah harus memiliki pengetahuan terkait dengan unsur linguistik dan nonlinguistik dalam penerjemahan. Unsur linguistik berkaitan dengan aspek kebahasaan dalam penerjemahan, sementara unsur nonlinguistik berkaitan dengan aspek di luar bahasa yang diperlukan pada saat penerjemahan. Unsur linguistik dalam penerjemahan adalah sebagai berikut: a. Makna kamus Unsur ini terkait dengan konsep kata dan kosakata; bahasa yang merupakan kumpulan kosakata; dan memilih makna kosakata, apakah itu makna kamus lexical meaning, makna tekstual tekstual meaning, dan makna konotatif connotative meaning. b. Makna morfologis Unsur ini terkait dengan bentuk, struktur, dan pola kata. Unsur ini dalam bahasa Arab bias dilihat pada kasus seperti bentuk fi’il tsul :tsi: verba trikonsonantal, fi’il rub :’i: verba kuadrikonsonantal, tashri:f lughawi: derivasi, tashrif isthila:hi infleksi, tambahan huruf seperti pada kasus t ’diyy h transitif, muth :w ’ h menerima akibat; afektif, dn musya:rakah resiprokal; jenis ism ism f :’il [partisipel aktif], ism m f’u;l [partisipel pasif], ism tafdhi:l [komperatif dan superlatif], dan shigah muba:laghah [penyangatan]; bentuk mufrad singular, mutsanna: dual, j m’ plural; nakirah taktakrif; indefinite dan m ’rif h takrif; definite; jenis, makna dan harf kata tugas. c. Makna sintaksis Unsur ini terkait dengan posisi ism dalam kalimat yang mempunyai posisi I’r :b. seorang penerjemah harus mampu mencermati makna bagian dari teks sumber yang menjadi mubt d ’ subjek, khabar predikat, m f’u:l bihi ww l objek, m f’u:l bihi ts :ni: komplemen, tarki:b idha:fi: frasa nominal; aneksi, tarki:b washfi: frasa ajektival, tauki:d empatik, dan yang lain. Makna sintaksis juga berhubungan dengan juml h fi’liyy h kalimat verbal dan jumlah ismiyyah kalimat normal. d. Makna retoris Unsur ini terkait dengan maja:z metafora, alegori, idiom, i:ja:z, ithna:b, tasybi:h, kina:yah, sehingga penerjemah dapat mengalihbahasakan pesan dan ide yang tersembunyi di balik retorika penulis Tsu. Selain itu, unsur nonlinguistik dalam penerjemahan adalah sebagai berikut: a. Latar belakang topik dan pengetahuan yang luas Keterangan atau pengetahuan yang sama masalahnya atau erat hubungannya dengan masalah topik yang diterjemahkan, juga harus dikuasai oleh seorang penerjemah.