Penekanan pada Bahasa Sasaran
budaya bahasa sumber dalam bahasa target. Metode ini terutama digunakan dalam menerjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap
mempertahankan tema, karakter, dan alur cerita. Budaya bahasa sumber dikonversi ke dalam budaya bahasa target. Teks tersebut
kemudian ditulis ulang. Oleh karena itu, hasil penerjemahan umumnya dipandang bukan sebagai suatu terjemahan. Hasil terjemahan
sesungguhnya lebih merupakan penulisan kembali pesan teks bahasa sumber dalam bahasa target.
Contoh :
Ketika bulan purnama bersinar b.
Metode penerjemahan bebas Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa
menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk. Akibatnya, metode ini
menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber. Dalam praktiknya, penerjemahan bebas tidak terikat
dengan pencarian padanan pada tataran kata atau kalimat. Pencarian padanan cenderung terfokus pada teks sebagai satu kesatuan. Biasanya,
metode ini merupakan parapfrase yang lebih panjang daripada bahasa aslinya. Hasil penerjemahan bebas sering kali bertele-tele, berpretensi,
dan sama sekali bukan merupakan terjemahan.
Terdapat perbedaan antara metode adaptasi dan metode penerjemahan bebas. Yang terakhir ini tetap mempertahankan pesan
sesuai dengan pesan yang termaktub dalam teks bahasa sumber. Selain itu pada metode adaptasi, penerjemah diperkenankan untuk membuat
sejumlah modifikasi, misalnya mengubah nama pelaku dan tempat kejadian.
20
Contoh :
Harta Sumber Malapetaka c.
Metode penerjemahan idiomatis Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan
bahasa sumber, tetapi cenderung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan
idiom-idiom yang tidak terdapat dalam bahasa sumber. Contoh :
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian
20
Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan Jakarta: Pustaka Jaya, 2006, h. 58.
d. Metode penerjemahan komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna kontekstual bahasa sumber secara tepat. Pengungkapan
dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target. Hasil terjemahan
diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab, boleh jadi suatu kalimat terjemahan sudah benar
secara sintaksis, tetapi maknanya tidak logis; bentuk dan maknanya boleh jadi sudah sesuai, tetapi secara pragmatik penggunaanya tidak
pas dan tidak alamiah.
21
Contoh :
Kita tumbuh dari mani, segumpal darah, dan kemudian segumpal daging awam
Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio terpelajar
Lebih lanjut Newmark mengomentari delapan metode penerjemahan tadi. Menurutnya, hanya dua metode yang dianggap memenuhi tujuan utama
penerjemahan, yaitu penerjemahan semantis dan penerjemahan komunikatif. Secara umum, penerjemahan semantis lebih memberi penekanan pada aspek
21
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah Bandung: Kaifa, 2009, h. 83.
linguistik bahasa sumber. Dengan demikian penerjemahan sebisa mungkin dilakukan sesuai dengan bentuk teks aslinya. Ungkapan-ungkapan dan idiom-
idiom yang terdapat dalam teks sumber tetap dipertahankan sesuain dengan aslinya seraya diberi keterangan. Bentuk kalimat juga dipertahankan, misalnya
kalimat majemuk tetap dipertahankan sebagai kalimat majemuk dalam penerjemahannya. Metode penerjemahan semacam ini memang baik jika
dilihat dari segi bentuk dan struktur kalimat karena sesuai dengan teks asli. Biasanya, metode ini digunakan untuk menerjemahkan karya sastra atau teks-
teks keagamaan.
22
Di lain pihak, penerjemahan komunikatif lebih menekankan pada kenyamanan pembaca teks bahasa target. Penerjemahan diupayakan untuk
memberikan penjelasan yang memadai kepada pembaca dengan tujuan amanat dari penulis teks sumber dapat tersampaikan. Ungkapan-ungkapan yang
terdapat dalam bahasa sumber dialihkan ke dalam ungkapan-ungkapan yang ada dalam bahasa target. Bentuk kalimat pun tidak dipertahankan jika
dianggap dapat menimbulkan ketaksaan informasi. Dalam metode ini makna sangat ditekankan, sehingga pembaca terjemahan dapat lebih mudah
memahami maksud dan pesan si penulis teks sumber. Biasanya metode ini digunakan untuk menerjemahkan teks-teks yang bersifat informatif.
22
Peter Newmark, A Textbook of Translation London: Prentice Hall International, 1988, h. 47.
30