Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar Sembarangan Pada Desa Yang Diberi Dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009

(1)

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK

DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN

GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

RIO BATARADA HASIBUAN NIM. 061000031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK

DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN

GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

RIO BATARADA HASIBUAN NIM. 061000031

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI DAN TIDAK

DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN

GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh : RIO BATARADA HASIBUAN

NIM. 061000031

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 08 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Ir. Indra Chahaya S, MSi NIP. 19681101 199303 2 005

dr. Devi Nuraini Santi, M.kes NIP. 19700219 199802 2 001

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 19680329 199303 2 001

dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19780331 200312 1 001 Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 19531018 198203 2 001


(4)

ABSTRAK

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah suatu gerakan pemerintah dalam rangka membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemapuan masyarakat dengan cara merubah perilaku masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas buang air besar sembarangan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan sanitasi total berbasis masyarakat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada pada Desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi intervensi STBM yang berjumlah 157 KK dan Desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi STBM yang berjumlah 190 KK. Dari populasi diambil sample sebanyak 65 KK pada Desa Ngalam Baru dan Muara Tandi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematic random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pada desa Ngalam Baru memiliki pengetahuan yang baik sebesar 72,3%, sikap yang baik sebesar 84,6% dan tindakan yang baik sebesar 100,0%. Untuk responden pada Desa Muara Tandi, pengetahuan yang baik sebesar 12,3%, sikap yang baik sebesar 40,0% dan tindakan yang baik sebesar 0,0%.Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji independent sample T test untuk melihat perbedaan pengetahuan, diperoleh nilai p = 0,000. dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan pada responden desa ngalam Baru dan Desa Muara Tandi. Sikap responden Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p = 0,000. Tindakan responden Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p = 0,000.


(5)

ABSTRACT

Total sanitation based on Community was the government’s effort to socialize the clean and healthy life behavior and the spread of diseases based on environment in order to increase people’s capability by changing their behavior in doing defecating activities at will.

The aim of this research was to know the difference between people’s behavior in doing defecating activities at will at the village which was given or not given the total sanitation based on community intervention. The type of the research was descriptive analytic. The population was all heads of family at Ngalam Baru village which was given the total sanitation based on community intervention, and at Muara Tandi village which was not given the total sanitation based on community intervention. The sample was done with systematic random sampling.

The result of the research showed that the respondents at Ngalam Baru village had good knowledge of 72.3 percent, good attitude of 84.6 percent, and good action of 100.0 percent. The respondents at Muara Tandi village had good knowledge of 12.3 percent, good behavior of 40.0 percent, and good action of 0.0 percent.

Based on the research using independent sample T test, it could be seen that there was the difference in knowledge between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was the difference in attitude between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was also the difference in action between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000).

Therefore, there was the difference in the behavior of the respondents of both villages.

Keywords: Heads of Family, Knowledge, Attitude, Action, Total Sanitation based on Community


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : RIO BATARADA HASIBUAN

Tempat/Tanggal lahir : Simpang Bedagai, 15 Agustus 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Nama Orang Tua : Sri Rahmad Hasibuan

Anak ke : 1 (satu) dari 4 orang bersaudara

Alamat Rumah Orang Tua : Perumahan SD Negeri 102015 Sei Rampah Alamat : Jl. Djamin Ginting Gg, H. Arief No.32 Medan

Riwayat Pendidikan

Tahun 1993 – 1999 : SD Negeri No. 023903 Binjai Tahun 1999 – 2002 : SMP Negeri 6 Binjai

Tahun 2002 – 2005 : SMA Negeri 1 Binjai Tahun 2006 – Sekarang : FKM USU


(7)

KATA PENGANTAR

Allhamdulillahhirobbil`alamin, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul“Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar Sembarangan Pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Ria Masniari, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Indra Chahaya S, Msi selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing skripsi I telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. dr. Devi Nuraini Santi, M.kes selaku Dosen Pembimbing skripsi II dan


(8)

telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini

5. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Juharno, SE selaku camat Gumay Talang, dr Rini R. Wulandari selaku kepala Puskesmas Sukarami, Ahmad Nawawi selaku kepala desa Muara Tandi dan Arsyad Joyo selaku kepala desa Ngalam Baru yang telah memberikan izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

8. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda (Sri Rahmad Hasibuan) dan Ibunda (Ida Sumarni), adik (Yogi Khairi Hasibuan, Fitriani Hasibuan, dan Aldi Azhari Hasibuan) dan seluruh keluarga tersayang yang telah banyak memberikan doa, dukungan moril dan materi selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.

9. Teman-teman peminatan Kesehatan Lingkungan Kesehatan Masyarakat FKM USU ’06 Aswin , Aulia, Sari, Desi, Unee, Dila W dan juga teman-teman kost yang banyak memberikan dukungan kepada penulis.

10.Khusus buat Devi Paramitha Sary Harahap yang telah banyak membantu, memberi masukan dan dukungan bagi penulis.


(9)

Penulis juga menyebutkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan doa selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapakan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan skripsi ini.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya bagi kita semua. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2010 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)... 7

2.1.1 Sejarah STBM... 7

2.1.2 Prinsip-prinsip STBM ... 9

2.1.3. Tingkatan Partisipasi dalam STBM ... 9

2.1.4. Metode STBM ... 10

2.1.5. Sanitation Ladder ... 16

2.2. Pengertian Jamban Keluarga... 17

2.2.1. Jenis Jamban Keluarga... 19

2.2.2. Syarat Jamban Sehat ... 21

2.2.3. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga... 21

2.2.4. Pemeliharaan Jamban... 22

2.3. Transmisi Penyakit Dari Tinja ... 22

2.4. Perilaku ... 24

2.4.1. Pengetahuan ... 24

2.4.2. Sikap... 26

2.4.3. Tindakan ... 26

2.5. Kerangka Konsep ... 27

2.6. Hipotesa Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29


(11)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1. Lokasi Penelitian... 29

3.2.2. Waktu penelitian ... 29

3.3. Populasi Dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi ... 29

3.3.2. Sampel... 30

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ... 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1. Data Primer ... 31

3.4.2. Data Skunder... 32

3.5. Definisi Operasional... 32

3.6. Aspek Pengukuran ... 33

3.6.1. Pengetahuan ... 33

3.6.2. Sikap... 34

3.6.3. Tindakan... 34

3.7. Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1. Data Demografi ... 37

4.1.2. Data Sanitasi Dasar ... 38

4.2. Analisa Univariat ... 40

4.2.1. Variabel Independen ... 40

4.2.1.1. Karakteristik Responden ... 40

4.2.1.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar ... 42

4.2.2. Variabel Dependen ... 44

4.2.2.1. Perilaku Responden ... 44

a. Pengetahuan ... 44

b. Sikap ... 47

c. Tindakan ... 50

4.3. Analisa Bivariat... 53

4.3.1. Perbedaan Pengetahuan Responden Pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1. Karakteristik Responden ... 55

5.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar ... 57

5.3. Perilaku Responden... 59

5.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Buang Air Besar Sembarangan ... 59

5.3.2. Sikap Responden Tentang Buang Air Besar Sembarangan... 61


(12)

5.3.3. Tindakan Responden Tentang Buang Air Besar

Sembarangan... 62

5.4. Pengaruh Intervensi STBM Terhadap Perilaku Buang Air Besar Sembarangan ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Analisa Data

Lampiran 4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Faktor-faktor yang harus dipicu dan metode yang

digunakan dalam kegiatan STBM... 15 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa

Ngalam Baru dan Muara Tandi Kecamatan Gumay Talang

Tahun 2009 ... 38 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Jamban

di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat Tahun 2009 ... 39 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Sarana Air Bersih

di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat Tahun 2009 ... 40 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden

di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi ... 41 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Sanitasi Dasar

di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi ... 43 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan

Tentang BAB Sembarangan di di Desa Diberi

dan Tidak Diberi Intervensi ... 44 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan

Tentang Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi

dan Tidak Diberi Intervensi. ... 47 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Sikap

Tentang BAB Sembarangan di Desa Diberi

dan Tidak Diberi Intervensi ... 48 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Sikap Tentang

Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi

dan Tidak Diberi Intervensi. ... 50 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan

Tentang BAB Sembarangan di Desa Diberi

dan Tidak Diberi Intervensi ... 50 Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tindakan Tentang

Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi

dan Tidak Diberi Intervensi ... 52 Tabel 4.12. Perbedaan Pengetahuan Tentang BAB Sembarangan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Transmisi Penyakit Dari Tinja ... 23 Gambar 2.2. Pemutusan Transmisi Penyakit Dari Tinja... 24


(15)

ABSTRAK

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah suatu gerakan pemerintah dalam rangka membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat, penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemapuan masyarakat dengan cara merubah perilaku masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas buang air besar sembarangan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan sanitasi total berbasis masyarakat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berada pada Desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi intervensi STBM yang berjumlah 157 KK dan Desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi STBM yang berjumlah 190 KK. Dari populasi diambil sample sebanyak 65 KK pada Desa Ngalam Baru dan Muara Tandi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematic random sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pada desa Ngalam Baru memiliki pengetahuan yang baik sebesar 72,3%, sikap yang baik sebesar 84,6% dan tindakan yang baik sebesar 100,0%. Untuk responden pada Desa Muara Tandi, pengetahuan yang baik sebesar 12,3%, sikap yang baik sebesar 40,0% dan tindakan yang baik sebesar 0,0%.Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji independent sample T test untuk melihat perbedaan pengetahuan, diperoleh nilai p = 0,000. dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan pengetahuan pada responden desa ngalam Baru dan Desa Muara Tandi. Sikap responden Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p = 0,000. Tindakan responden Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi juga memiliki perbedaan yang signifikan dengan diperoleh nilai p = 0,000.


(16)

ABSTRACT

Total sanitation based on Community was the government’s effort to socialize the clean and healthy life behavior and the spread of diseases based on environment in order to increase people’s capability by changing their behavior in doing defecating activities at will.

The aim of this research was to know the difference between people’s behavior in doing defecating activities at will at the village which was given or not given the total sanitation based on community intervention. The type of the research was descriptive analytic. The population was all heads of family at Ngalam Baru village which was given the total sanitation based on community intervention, and at Muara Tandi village which was not given the total sanitation based on community intervention. The sample was done with systematic random sampling.

The result of the research showed that the respondents at Ngalam Baru village had good knowledge of 72.3 percent, good attitude of 84.6 percent, and good action of 100.0 percent. The respondents at Muara Tandi village had good knowledge of 12.3 percent, good behavior of 40.0 percent, and good action of 0.0 percent.

Based on the research using independent sample T test, it could be seen that there was the difference in knowledge between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was the difference in attitude between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000). There was also the difference in action between the respondents at Ngalam Baru village and the respondents at Muara Tandi village (p=0.000).

Therefore, there was the difference in the behavior of the respondents of both villages.

Keywords: Heads of Family, Knowledge, Attitude, Action, Total Sanitation based on Community


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka peningkatan program kesehatan lingkungan dan menyongsong Indonesia Sehat 2010, perlu upaya melibatkan seluruh lapisan masyarakat, agar dapat dimengerti dan memahami perilaku hidup bersih dan sehat, salah satu upaya tersebut adalah meningkatkan pembangunan disektor sanitasi yang merupakan salah satu komponen program penyehatan lingkungan. Mengingat komponen sanitasi sangat erat kaitannya dengan aspek kehidupan, kondisi geografis dan aspek perubahan perilaku masyarakat yang sudah tertanam sejak lama, membutuhkan berbagai metode pendekatan untuk membuat pembangunan sektor tersebut berhasil dan berdayaguna masyarakat. (Depkes RI, 1999)

Dari beberapa studi evaluasi terhadap beberapa program pembangunan sanitasi didapatkan hasil bahwa banyak sarana yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara masyarakat. Banyak faktor penyebab mengenai kegagalan tersebut, salah satu diantaranya adalah tidak adanya demand dan responsive yang muncul pada masyarakat ketika program dilaksanakan.


(18)

Sampai saat ini praktek sanitasi di masyarakat sangat memprihatinkan, dari hasil studi Indonesian Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006 menunjukkan 47 % masyarakat masih berperilaku buang air besar (BAB) sembarangan, sementara itu berdasarkan studi Basic Human Service (BHS) ditahun yang sama menghasilkan data bahwa perilaku masyarakat terhadap pola Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah setelah buang air besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi makan bayi 7% dan sebelum menyiapkan makanan 6%, merebus air untuk mendapatkan air minum tapi 47,50% air tersebut mengandung Echericia coli (E.coli), belum lagi kesadaran masyarakat untuk membuang sampah dan limbah rumah tangga dengan aman masih rendah.(Depkes RI, 2008).

Kajian global terhadap air bersih dan sanitasi pada tahun 2000, ditemukan sekitar 1,1 milyar penduduk di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih dan 2,4 milyar penduduk belum terakses sarana sanitasi /jamban yang memenuhi syarat. Sebagian besar penduduk tersebut berada di benua Asia-Afrika dan lebih dari 100 juta masyarakat Indonesia belum memiliki kemudahan akses terhadap sumber air minum (Depkes RI, 2001)

Cakupan air bersih dan sanitasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan, dimana persentase keluarga yang menggunakan air bersih di pedesaan sebesar 68,8% dan untuk perkotaan sebesar 91,10%. Persentase keluarga yang menggunakan jamban memenuhi syarat di pedesaan sebesar 52% dan perkotaan 77,4% (Depkes RI, 2001).


(19)

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) atau dikenal juga dengan nama Community Led Total Sanitation (CLTS) merupakan program pemerintah dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen pemerintah untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar berkesinambungan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015. Upaya sanitasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852 / Menkes / SK /IX/2008 yang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu : meliputi tidak buang air besar (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman (Depkes RI, 2008).

Dari data profil kesehatan Kabupaten Lahat tahun 2008 jumlah kepemilikan jamban di Kabupaten Lahat sebesar 49,40 % dan penyakit diare masuk dalam sepuluh besar penyakit yang diderita masyarakat di kabupaten tersebut. Kabupaten Lahat yang merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu kabupaten yang menjalankan gerakan STBM. Kegiatan gerakan STBM ini akan terus berjalan di seluruh wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat secara bertahap dan berkelanjutan dari satu desa ke desa yang lain sampai keberhasilan penggunaan jamban mencapai 100% (Dinkes Lahat, 2008).

Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu kecamatan yang menjalankan gerakan STBM. Desa Ngalam Baru yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Sukaramai merupakan desa yang


(20)

mendapatkan intervensi gerakan STBM dan desa Muara Tandi yang juga berada di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai merupakan desa yang tidak mendapatkan intervensi gerakan STBM.

Kegiatan utama dari gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah prilaku masyarakat agar tidak BAB sembarangan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa intervensi dengan melakukan diskusi, mapping, transect walk, simulasi penularan penyakit dari tinja dengan tujuan menimbulkan rasa jijik, malu, takut sakit untuk merubah kebiasaan BAB sembarangan. Karena dengan merubah prilaku masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan merupakan suatu jalan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, pada desa Ngalam Baru yang memiliki jumlah penduduk 567 jiwa yang terdiri dari 157 KK dan 115 rumah. Sebelum intervensi STBM hanya memiliki jamban keluarga 40 unit, akan tetapi setelah pemicuan melalui gerakan STBM jumlah jamban keluarga menjadi 80 unit dan pemanfaatan jamban keluarga di desa tersebut telah mencapai 100%.

Keberhasilan peningkatan jumlah jamban yang dibangun oleh masyarakat setelah adanya pemicuan melalui gerakan STBM berlangsung dalm kurun waktu lebih kurang 6 bulan, hal ini disebabkan tidak adanya subsidi yang diberikan untuk pembangunan jamban. Sementara itu, untuk desa Muara Kandi yang memiliki jumlah penduduk 769 jiwa yang terdiri dari 190 KK dan 107 rumah dan hanya memiliki jamban keluarga 43 unit dan pemanfaatan jamban keluarga hanya 258 jiwa dari keseluruhan penduduk (33,5%).


(21)

Berdasarkan hasil survei pendahuluan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar Sembarangan Pada Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009”.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan demikian permasalahan yang muncul adalah belum diketahuinya perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan sanitasi total berbasis masyarakat di Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi dengan gerakan STBM di desa Ngalam Baru dan desa Muara Tandi Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.


(22)

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.

3. Untuk mengetahui tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.

4. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang diberi dan tidak diberi intervensi gerakan STBM.

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai masukan pemerintah setempat dalam rangka menjalankan gerakan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi puskesmas dalam rangka peningkatan pemicuan kesehatan lingkungan.

3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Sanitasi total berbasis masyarakat dilatar belakangi adanya kegagalan dalam program pembangunan sanitasi pedesaan. Dari beberapa studi evaluasi terhadap beberapa program pembangunan sanitasi pedesaan didapatkan hasil bahwa banyak sarana yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh masyarakat. Banyak faktor penyebab mengenai kegagalan tersebut, salah satu diantaranya adalah tidak adanya demand atau kebutuhan yang muncul ketika program dilaksanakan.

STBM adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan. Pendekatan ini berawal di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah diadopsi secara massal di negara tersebut. Bahkan India, di satu negara bagiannya yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan STBM ke dalam program pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total Sanitation Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodja, Afrika, Nepal, dan Mongolia telah menerapkan dalam porsi yang lebih kecil.

2.1.1. Sejarah STBM

STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total dengan menerapkan model CLTS. Pendekatan CLTS sendiri diperkenalkan oleh Kamal Kar dari India pada tahun 2004. Di tahun yang sama, Pemerintah Indonesia melakukan studi banding ke India dan Bangladesh. Penerapannya dimulai pertengahan tahun 2005, ketika pemerintah meluncurkan penggunaan metode ini di 6


(24)

desa yang terletak di 6 provinsi. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan mendeklarasikan pendekatan CLTS sebagai strategi nasional untuk program sanitasi.

Pada september 2006, program WSLIC memutuskan untuk menerapkan pendekatan CLTS sebagai pengganti pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program (36 kabupaten). Pada saat yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini. Mulai Januari sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi pendekatan CLTS dalam rancangannya (Percik, Desember 2008).

Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total dan pemasaran sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional (Kepmenkes RI No. 852/MENKES/SK/IX/2008).

STBM yang tertuang dalam kepmenkes tersebut menekankan pada perubahan prilaku masyarakat untuk membangunan sarana sanitasi dasar dengan melalui upaya sanitasi meliputi tidak BAB sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan benar mengelola limbah air rumah tangga dengan aman.

Ciri utama dari pendekatan ini adalah tidak adanya subsidi terhadap infrastruktur (jamban keluarga), dan tidak menetapkan jamban yang nantinya akan dibangun oleh masyarakat. Pada dasarnya program STBM ini adalah


(25)

“pemberdayaan” dan “tidak membicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang dijadikan “guru” dengan tidak memberikan subsidi sama sekali.

2.1.2. Prinsip-prinsip STBM

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) dalam pelaksanaanya program ini mempunyai beberapa prinsip utama, yaitu :

1. Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.

2. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sasaran.

3. Menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.

4. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan.

5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi. 2.1.3. Tingkatan Partisipasi Dalam STBM

Masyarakat sasaran dalam STBM tidak dipaksa untuk menerapkan kegiatan program tersebut, akan tetapi program ini berupaya meningkatakan partisipasi masyarakat dalam kegiatannya. Tingkat partisipasi masyarakat sangat berbeda, dimulai tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi :

1. Masyarakat hanya menerima informasi; keterlibatan masyarakat hanya sampai diberi informasi (misalnya melalui pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh si pemberi informasi (pihak tertentu).


(26)

2. Masyarakat mulai diajak untuk berunding; Pada level ini sudah ada komunikasi 2 arah, dimana masyarakat mulai diajak untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-orang tertentu. 3. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak

luar, pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secara bersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan.

4. Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan, pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan tetapi telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program.

Dari ke empat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam STBM adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip STBM telah disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat itu sendiri merupakan kunci utama (Depkes RI, 2008).

2.1.4. Metode STBM

Implementasi STBM di masyarakat pada intinya adalah pemicuan setelah sebelumnya dilakukan analisa partisipatif oleh masyarakat itu sendiri. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa kondisinya, ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan STBM, seperti :


(27)

1. Pemetaan

Bertujuan untuk mengetahui / melihat peta wilayah BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat). Alat yang diperlukan :

- Tanah lapang atau halaman.

- Bubuk putih untuk membuat batas desa.

- Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk.

- Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran.

- Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi.

Proses yang dilakukan :

- Mengajak masyarakaat untuk membuat outline desa/ dusun/ kampung, seperti batas desa/ dusun/ kampung, jalan, sungai dan lain-lain.

- Siapkan potongan kertas dan minta masyarakat untuk mengambilnya, menuliskan nama kepala keluarga masing-masing dan menempatkannya sebagai rumah, kemudian peserta berdiri di atas kertas tersebut.

- Minta mereka untuk menyebutkan tempat BABnya masing-masing. Jika seseorang BAB di luar rumahnya baik itu di tempat terbuka maupun numpang di tetangga, tunjukkan tempatnya dan tandai dengan bubuk kuning. Beri tanda dari masing-masing KK ke tempat BABnya.


(28)

- Tanyakan dimana tempat melakukan BAB dalam kondisi darurat seperti pada malam hari, saat hujan atau saat sakit perut.

2. Transect Walk

Bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat BAB. Dengan mengajak masyarakat berjalan dan berdiskusi di tempat tersebut, diharapkan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa BAB di tempat tersebut diharapkan akan terpicu rasa malunya.

Proses yang dilakukan :

- Mengajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yaang sering dijadikan tempat BAB (didasarkan pada hasil pemetaan).

- Lakukan analisa patisipatif di tempat tersebut.

- Menanyakan siapa saja yang sering BAB di tempat tersebut atau siapa yang BAB di tempat tersebut pada hari itu.

- Menanyakan kepada masyarakat, apakah mereka senang dengan keadaan seperti itu.

3. Alur Kontaminasi (Oral Fecal)

Bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya.

Alat yang diperlukan :

- Gambar tinja dan gambar mulut

- Potongan-potongan kertas

- Spidol


(29)

- Menanyakan kepada masyarakat apakah mereka yaakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam mulut?

- Menanyakan bagaimana tinja bisa ”dimakan oleh manusia?” Melalui apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut.

4. Simulasi air yang telah terkontaminasi

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadapa air yang biasa mereka gunakan sehari-hari.

Alat yang diperlukan :

- Ember yang diisi air (air mentah/sungai atau air masak/ air minum)

- Polutan air/ tinja Proses yang dilakukan :

- Ambil satu ember air sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur dan lainnya.

- Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, kenudia minta salah seorang peserta untuk melakukan hal yang sama sebelum ember tersebut diberikan tinja.

- Tunggu reaksinya. Jika peserta menolak melakukannya, tanyakan alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masayarakat yang suda terjadi selama ini. Apa yang akan dilakukan kemudian hari?


(30)

Bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:

a. FGD untuk memicu rasa maluu dan hal-hal yang bersifat pribadi

- Menanyakan berapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB di tempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya.

- Menanyakan bagaimana perasaan mereka jika BAB di tempat terbuka dapat dilihat oleh orang lain.

- Tanyakan bagaimana perasaan para laki-laki, ketika istri, anaknya atau ibunya BAB di tempat terbuka dan dilihat oleh orang lain.

b. FGD untuk memicu rasa jijik dan takut sakit

- Mengajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah tinja di kampungnya dan kemana perginya tinja tersebut.

- Mengajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian taanyakan rumah mana saja pernah terkena diare, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk berobat, menanyakan apakah ada anggota keluarga yang meninggal karena diare?

c. FGD untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan

- Lakukan dengan mengutip hadits atau pendapat alim ulama yaang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan BAB sembarangan. d. FGD menyangkut kemiskinan


(31)

FGD ini biasanya berlangsung ketika masyaarakat ssudah terpicu dan ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban.

- Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar, maka harus diberikan solusi dengan memberikan alternatif dengan menawarkan bentuk jamban yang paling sederhana.

Metode yang dilakukan ini bertujuan untuk memicu masyarakat untuk memperbaiki sarana sanitasi, dengan adanya pemicuan ini target utama dapat tercapai yaitu: merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan kebiasaan BAB di sembarang tempat. Faktor-faktor yang harus dipicu beserta metode yang digunakan dalam kegiatan STBM untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi dalam suatu komunitas (Depke RI, 2008).

Tabel 2.1. Faktor-Faktor Yang Harus Dipicu dan Metode Yang Digunakan Dalam Kegiatan STBM

Hal – hal yang harus

dipicu Alat yang digunakan

Rasa jijik  Transect walk

 Demo air yang mengandung tinja, untuk

digunakan cuci muka, kumur-kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan / beras, wudlu, dll

Rasa malu  Transect walk (meng-explore pelaku open defecation)

 FGD (terutama untuk perempuan)

Takut sakit FGD

 Perhitungan jumlah tinja

 Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data puskesmas

 Alur kontaminasi

Aspek agama Mengutip hadits atau pendapat-pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri.


(32)

Privacy FGD (terutama dengan perempuan)

Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa/dusun yang bersangkutan dengan masyarakat “termiskin” seperti di Bangladesh atau India.

2.1.5. Tangga Sanitasi (Sanitation Ladder)

Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tidak meminta atau menyuruh masyarakat untuk membuat sarana sanitasi tetapi hanya mengubah perilaku sanitasi mereka. Namun pada tahap selanjutnya ketika masyarakat sudah mau merubah kebiasaan BAB nya, sarana sanitasi menjadi suatu hal yang tidak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari.

Sanitation Ladder atau tangga sanitasi merupakan tahap perkembangan sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, dari sarana yang sangat sederhana sampai sarana sanitasi yang sangat layak dilihat dari aspek kesehatan, keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya.

Seringkali pemikiran masyarakat akan sarana sanitasi adalah sebuah bangunan yang kokoh, permanen, dan membutuhkan biaya yang besar untuk membuatnya. Pemikiran ini sedikit banyak menghambat kemauan masyarakat untuk membangun jamban, karena alasan ekonomi dan lainnya sehingga kebiasaan masyarakat untuk buang air besar pada tempat yang tidak seharusnya tetap berlanjut.

Pada prinsipnya sebuah sarana sanitasi terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan letak konstruksi dan kegunaannya. Pertama adalah bangunan bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat pembuangan tinja. Fungsi bangunan bawah tanah adalah untuk melokalisir tinja dan mengubahnya menjadi lumpur stabil. Kedua adalah bangunan di permukaan tanah (landasan). Bangunan di permukaan ini erat


(33)

kaitannya dengan keamanan saat orang tersebut membuang hajat.. Ketiga adalah bangunan dinding. Bangunan atau dinding penghalang erat kaitannya dengan faktor kenyamanan, psikologis dan estetika.

Dari lima kegiatan program STBM yang diperkenalkan, kegiatan untuk penghentian kegiatan BAB di tempat terbuka merupakan pintu masuk pengenalan konsep sanitasi total kepada masyarakat. Buang air besar sembarangan merupakan prilaku yang masih sering dilakukan masyarakat pedesaan. Kebiasaan ini disebabkan tidak tersedianya sarana sanitasi berupa jamban. Penyediaan sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (jamban) adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Suparmin, 2002).

2.2. Pengertian Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Kusnoputranto, 1997).

Sementara itu menurut Josep Soemardi (1999) pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia disuatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.


(34)

Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang itdak dikelola dengan baik.

Ditinjau dari kesehatan lingkungan membuang kotoran ke sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah, air dan udara yang menimbulkan bau. Dalam peningkatan sanitasi jamban, kita harus mengetahui persyaratan pembuangan tinja. Adapun bagian-bagian dari sanitasi pembuangan tinja adalah sebagai berikut (Kumoro, 1998)

1. Rumah Kakus

Rumah kakus mempunyai fungsi untuk tempat berlindung pemakainya dari pengaruh sekitarnya aman. Baik ditinjau dari segi kenyamanan maupun estetika. Konstruksinya disesuaikan dengan keadaan tingkat ekonomi rumah tangga.

2. Lantai Kakus

Berfungsi sebagai sarana penahan atau tempat pemakai yang sifatnya harus baik, kuat dan mudah dibersihkan serta tidak menyerap air. Konstruksinya juga disesuaikan dengan bentuk rumah kakus.

3. Tempat Duduk Kakus

Melihat fungsi tempat duduk kakus merupakan tempat penampungan tinja yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa mengisolir rumah kakus jaddi tempat pembuangan tinja, serta berbentuk leher angsa atau memakai tutup yang mudah diangkat (Simanjuntak P, 1999)


(35)

4. Kecukupan Air Bersih

Untuk menjaga keindahan jamban dari pandangan estetika, jamban hendaklah disiram minimal 4-5 gaayung sampai kotoran tidak mengapung di lubang jamban atau closet.Tujuan menghindari penyebaran bau tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih selain itu kotoran tidak dihinggapi serangga sehingga mencegah penyakit menular.

5. Tersedia Alat Pembersih

Alat pembersih adalah bahan yang ada di rumah kakuss didekat jamban. Jenis alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissu dan lainnya. Tujuan alat pembersih ini agar jamban tetap bersih setelah jamban disiram air. Pembersihan dilakukan minimal 2-3 hari sekali meliputi kebersihan lantai agar tidak berlumut dan licin.

6. Tempat Penampungan Tinja

Adalah rangkaian dari sarana pembuangan tinja yang fungsinya sebagai tempat mengumpulkan kotoran/tinja. Konstruksinya dapat berbentuk sederhan berupa lobang tanah saja.

7. Saluran Peresapan

Adalah sarana terakhir dari suatu sistem pembuangan tinja yang lengkap untuk mengalirkan dan meresapkan cairan yang bercampur kotoran/tinja. 2.2.1. Jenis Jamban Keluarga

Jamban keluarga yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik ialah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang


(36)

tercukupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus dapat dibedakan atas beberapa macam (Azwar,1990) :

1. Jamban cubluk (Pit Privy) adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau dibawah bangunan jamban. Fungsi dari lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu dalam karena akan menotori air tanah, kedalamannya sekitar 1,5-3 meter (Mashuri, 1994).

2. Jamban Empang (Overhung Latrine)

Adalah jamban yang dibangun diatas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.

3. Jamban Kimia (Chemical Toilet)

Jamban model ini biasanya dibangun pada tempat-tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api dan pesawat terbang dan lain-lain. Disini tinja disenfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda dan pembersihnya dipakai kertas tissue (toilet paper).

Jamban kimia ada dua macam, yaitu : a. Tipe lemari (commode type) b. Tipe tangki (tank type)

Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu di buang lagi.


(37)

4. Jamban Leher Angsa (Angsa Trine)

Jamban leher angsa adalah jamban leher lubaang closet berbentuk lengkungan, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Warsito, 1996).

2.2.2. Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (Depkes RI, 2004).

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di sekitarnya.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna. 6. Cukup penerangan

7. Lantai kedap air 8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih.

2.2.3. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :


(38)

1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman 3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan 2.2.4. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut:

1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering 2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air 3. Tidak ada sampah berserakanan

4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki

Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban keluarga dapt dilakukan dengan : 1. air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember

2. sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersiih agar tidak bau dan mengundang lalat.

3. lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak membahayakan pemakai.

4. tidak memasukkan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban.


(39)

2.3. Transmisi penyakit dari tinja

Penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia.

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air , tangan, seranggaa, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan arnstein (dalam Wagner & Lanoix, 1958) dalam buku M. Soeparman dan suparmin 2002, terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

1. kuman penyebab penyakit;

2. sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab; 3. cara keluar dari sumber;

4. cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial; 5. cara masuk ke inang yang baru;

6. inang yang peka (susceptible)

Gambar 2.1

Transmisi penyakit melalui tinja

Tinja (sumber infeksi)

Air

Serangga/ Tangan

Inang baru Makanan,

susu, sayuran

Mati


(40)

Sumber : (H.M. Soeparman & Suparmin, 2002)

Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa sumber terjadinya penyakit adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit.

Gambar 2.2

Pemutusan Transmisi penyakit melalui tinja

Sumber : (H.M. Soeparman & Suparmin, 2002)

2.4. Perilaku 2.4.1. Pengetahuan

Penghalang Sanitasi Tanah

Tinja (sumber infeksi)

Air

Tangan

Makanan

Inang Terlindungi


(41)

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu : 1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuaan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis

sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(42)

6. Evaluasi

Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap statu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

2.4.2. Sikap

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih), disamping itu

komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecendrungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan reaksi

atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoatmodjo, 2003)

2.4.3. Tindakan atau Praktek

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Tingkatan tindakan, yaitu : 1. Persepsi

mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.


(43)

dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme

apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut.

2.5. Kerangka Konsep

Baik

Sedang

Rendah Intervensi STBM

Tidak di Intervensi STBM

Prilaku masyarakat tentang BAB sembarangan :

- Pengetahuan - Sikap - Tindakan

Karakteristik responden : - Pendidikan - Penghasilan - Pekerjaan


(44)

2.6. Hipotesa Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada perbedaan pengetahuan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ha : Ada perbedaan pengetahuan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi

Ho : Tidak ada perbedaan sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ha : Ada perbedaan sikap masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ho : Tidak ada perbedaan tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

Ha : Ada perbedaan tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional, untuk mengetahui perbedaan perilaku masyarakat tentang BAB sembarangan pada desa yang diberi intervensi dan yang tidak diberi intervensi STBM di Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan dan pilihan jawaban yang akan dipilih responden.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Ngalam Baru untuk desa yang diberi intervensi STBM dan desa Muara Tandi untuk desa yang tidak diberi intervensi di Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Desember – Januari tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Yang dimaksud populasi/objek dari penelitian ini adalah semua Kepala Rumah Tangga yang yang ada di desa Ngalam Baru untuk desa yang diintervensi


(46)

dengan STBM yang berjumlah 157 KK dan desa Muara Kandi Untuk desa yang tidak diberikan intervensi yang berjumlah 190 KK.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus penentuan jumlah sampel menurut Lemeshow (1994), sebagai berikut :

) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 P P Z N d N P P Z n     

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Galat Pendungaan (0,1)

Z = Tingkat Kepercayaan (95% = 1,960) P = Proporsi Populasi (0,5)

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah KK pada desa ngalam baru adalah 157 KK , Maka besar sampel yang akan diteliti adalah

) 1 ( ) 1 ( ) 1 ( 2 2 2 P P Z N d N P P Z n      ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 960 , 1 ) 1 157 ( 01 , 0 157 ) 5 , 0 1 ( 5 , 0 960 , 1 2 2 2      x n 9604 , 0 56 , 1 157 25 , 0 842 , 3 

x x

n 5204 , 2 79 , 150  n

n59,82 ≈ 60

Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sample yang akan diteliti adalah 60 KK untuk desa Ngalam Baru dan 64 KK untuk desa Muara Tandi. Maka


(47)

jumlah sampel yang akan diteliti adalah 65 KK untuk desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi.

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Mengingat hal tersebut diatas dan kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana maka penulis dalam penelitian ini mengambil jumlah sampel sebanyak 65 KK untuk Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Kandi. Teknik pengambilan sampel memakai sistematik sistematic random sampling.

Sistem random sampling digunakan karena anggota populasi bersifat homogen, hal ini berarti setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Pengambilan sampel secara acak sistematis (sistematic sampling). Caranya adalah membagi jumlah anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang digunakan. Pengambilan sampel dengan membuat interval 3 dalam daftar urutan rumah didesa Ngalam Baru dan desa Muara Tandi. Maka populasi yang terkena sampel adalah setiap elemen yang mempunyai kelipatan 3. dalam pengambilan sampel pertama dilakukan secara acak. Interval 3 ini diperoleh dengan hasil pembagian jumlah populasi dengan jumlah sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner di Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi Kecamatan Gumai Talang Kabupaten Lahat.


(48)

3.4.2. Data Skunder

Data skunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat dan Instansi Pemerintah lainnya.

3.5. Definisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka definisi operasional dari variabel adalah sebagai berikut :

1. Intervensi STBM adalah adanya kegiatan pemicuan dengan gerakan STBM dengan metode diskusi, mapping, transect walk dan metode lainnya untuk menimbulkan rasa jijik dan malu pada masyarakat sasaran dan dilaksanakan oleh pemerintah.

2. Tidak di Intervensi STBM adalah tidak adanya kegiatan pemicuan dengan gerakan STBM dengan metode diskusi, mapping, transect walk dan metode lainnya untuk menimbulkan rasa jijik dan malu pada masyarakat sasaran dan dilaksanakan oleh pemerintah.

3. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden tentang buang air besar sembarangan.

4. Sikap adalah tanggapan responden tentang kebiasaan buang air besar sembarangan.

5. Tindakan adalah aktifitas responden mengenai kebiasaan buang air besar sembarangan.

6. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dicapai oleh responden. 7. Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari responden untuk menghasilkan uang.


(49)

8. Penghasilan adalah banyaknya uang yang dihasilkan responden setiap bulan. a. Penghasilan Rendah, yaitu : penghasilan dibawah UMR Propinsi Sumatera Selatan ( Rp 824.730,- )

b. Penghasilan Tinggi, yaitu : penghasilan diatas UMR Propinsi Sumatera Selatan ( Rp 824.730,- )

9. Penggunaan jamban keluarga adalah kemauan masyarakat untuk menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

10.Baik adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang baik. 11.Sedang adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang sedang. 12.Rendah adalah prilaku masyarakat tentang penggunaan jamban yang rendah.

3.6. Aspek Pengukuran 3.6.1. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut : jika ressponden menjawab a, maka skore = 1; jika responden menjawab b, maka skore = 2; jika responden menjawab c, maka skore =3 dan untuk pertanyaan nomor 3,6, dan 7. Jika jawaban responden b dan hanya dapat menyebutkan 1 pilihan maka skore = 1, dan jika menyebutkan 2 pilihan maka skore = 2, dan jika dapat menyebutkan lebih dari 2 maka skore = 3. Sehingga diperoleh skore tertinggi = 30, selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = skore >23


(50)

2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = 12 – 23

3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = skore < 12

3.6.2. Sikap

Dari pertanyaan sikap 1-10 mempunyai nilai jawaban : jika responden menjawab (a) akan diberi skore = 1; jika responden menjawab (b) akan diberi skore = 2 dan jika responden menjawab (c) maka diberi skore = 3, sehingga didapat skore tertinggi adalah 30. selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendaah dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = skore >23

2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = 12 – 23

3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = skore < 12

3.6.3. Tindakan

Dari pertanyan tindakan 1-10 mempunyai nilai jawaban : jika responden menjawab (a) akan diberi skore = 1; jika responden menjawab (b) akan diberi skore = 2 dan jika responden menjawab (c) maka diberi skore = 3, sehingga didapat skore tertinggi adalah 30. selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan rendah dengan ketentuan sebagai berikut :


(51)

1. Baik, jika jawaban responden nilainya > 75 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = skore >23

2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 – 75 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = 12 – 23

3. Rendah, jika jawaban responden nilainya < 40 %, dari total skore jawaban pertanyaan pada kuesioner = skore < 12

3.7. Analisa Data

Analisa dapat dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian dianalisa untuk mengetahui perbedaan perilaku masyarakat dengan intervensi STBM dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Analisa dapat dilakukan dengan nilai probabilitas(p) dengan nilai taraf nyata (α) sebesar 5 %, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Ho ditolak, jika p≤ α (0,05) maka terdapat perbedaan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

2. Ho diterima, jika p> α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan pengetahuan masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

3. Ho ditolak, jika p≤ α (0,05) maka terdapat perbedaan sikap masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.


(52)

4. Ho diterima, jika p> α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan sikap masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

5. Ho ditolak, jika p≤ α (0,05) maka terdapat perbedaan tindakan masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.

6. Ho diterima, jika p> α (0,05) maka tidak terdapat perbedaan tindakan masyarakat tentang penggunaan jamban pada desa yang di intervensi dan tidak di intervensi.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Daerah penelitian adalah pada desa Ngalam Baru dan Muara Tandi Kecamatan Gumay Talang Kabupaten Lahat. Adapun batas-batas wilayah dari desa Ngalam Baru adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukarami

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukarami

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukarami

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukarami

Adapun batas-batas wilayah dari desa Muara Tandi adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Darmo

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Endikat Ilir

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Karangan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Karangan 4.1.1. Data Demografi

Adapun jumlah penduduk di Desa Ngalam Baru Kecamatan Gumay Talang yang terdaftar tahun 2009 sebanyak 573 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 292 jiwa dan wanita sebanyak 281 jiwa. Sementara itu untuk Desa Muara Tandi jumlah penduduk yang terdaftar tahun 2009 sebanyak 768 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 368 jiwa dan wanita sebanyak 400 jiwa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.


(54)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Ngalam Baru dan Muara Tandi Kecamatan Gumay Talang Tahun 2009

Jumlah Persen (%)

No Jenis Kelamin

Ngalam Baru

Muara Tandi

Ngalam Baru

Muara Tandi

1. Laki-laki 292 368 51,0 48,0

2. Perempuan 281 400 49,0 52,0

Jumlah 573 768 100,0 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi, 2009

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa penduduk desa Ngalam Baru sebanyak 292 orang (51,0%) berjenis kelamin laki-laki dan hanya 368 orang (52,0%) penduduk desa Muara Tandi berjenis kelamin laki-laki.

4.1.2. Data Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, jamban dan sarana pembuangan air limbah. Masyarakat pada Desa Ngalam Baru 100,0% menggunakan sarana air bersih dari air sumur gali dan hanya 33,4% masyarakat pada Desa Muara Tandi yang menggunakan sarana air bersih dari sumur gali. Sementara itu, untuk kepemilikan jamban 100,0% masyarakat Desa Ngalam Baru telah memiliki jamban dan sebesar 21,23% masyarakat Desa Muara Tandi yang memiliki jamban. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.


(55)

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat Tahun 2009

WC / JAMBAN

NO DESA JUMLAH

KK JU M L A H K K M E M IL IK I JU M L A H P E M A K A I (K K ) JU M L A H S E H A T % K K M E M IL IK I % P E M A K A I % S E H A T

1 SUKARAMI 175 175 175 96 100.00 100.00 54.86

2 DARMO 188 182 182 131 96.81 96.81 71.98

3 TANJUNG BARU 237 200 200 170 84.39 84.39 85.00

4 SUGIWARAS 218 176 176 44 80.73 80.73 25.00

5 TANAH PILIH 353 220 220 205 62.32 62.32 93.18 6 MUARA TANDI 212 45 45 45 21.23 21.23 100.00 7 MANDI ANGIN 152 85 85 85 55.92 55.92 100.00 8 TANJUNG PERIUK 127 127 127 52 100.00 100.00 40.94 9 TANJUNG BERINGIN 137 10 10 10 7.30 7.30 100.00 10 NGALAM BARU 163 163 163 159 100.00 100.00 97.55 11 ENDIKAT ILIR 193 134 134 134 69.43 69.43 100.00 12 SUKA MAKMUR 424 30 30 30 7.08 7.08 100.00

13 BATAY 163 51 51 51 31.29 31.29 100.00

14 TANJUNG KARANGAN 122 116 116 69 95.08 95.08 59.48 15 TANJUNG DALAM 133 128 128 85 96.24 96.24 66.41

JUMLAH 2997 1842 1842 1366 67.19 67.19 74.16

Sumber :Profil Puskesma Sukaramii, 2010

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa hanya tiga desa di wilayah kerja Puskesmas Sukarami yang seluruh masyarakatnya memiliki jamban (100,0%), tetapi masih terdapat jumlah jamban dalam satu desa sebesar 7,08%. Akan tetapi, secara keseluruhan 67,19% masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sukarami telah memiliki jamban.


(56)

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Kepemilikan Sarana Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Kabupaten Lahat Tahun 2009

Sarana Air Bersih Persen (%)

No DESA JLH

KK Ledeng SPT SGL Kemasan Ledeng SPT SGL Kemasan

1 Sukarami 175 0 0 77 0 0,00 0,00 44,0 0,00

2 Darmo 188 0 0 103 0 0,00 0,00 54,7 0,00

3 Tanjung Baru 237 0 0 185 0 0,00 0,00 78,0 0,00

4 Sugiwaras 218 0 0 102 0 0,00 0,00 46,8 0,00

5 Tanah Pilih 353 0 0 205 0 0,00 0,00 58,0 0,00

6 Muara Tandi 212 0 0 71 0 0,00 0,00 33,5 0,00

7 Mandi Angin 152 0 0 87 0 0,00 0,00 57,2 0,00

8 Tanjung Periuk 127 0 0 50 0 0,00 0,00 39,3 0,00 9 Tanjung Beringin 137 0 0 30 0 0,00 0,00 21,9 0,00 10 Ngalam Baru 163 0 0 163 0 0,00 0,00 100,0 0,00 11 Endikat Ilir 193 0 0 112 0 0,00 0,00 58,0 0,00

12 Suka Makmur 424 0 0 51 0 0,00 0,00 12,0 0,00

13 Batay 163 0 0 82 0 0,00 0,00 50,3 0,00

14 Tanjung Karangan 122 0 0 61 0 0,00 0,00 50,0 0,00 15 Tanjung Dalam 133 0 0 74 0 0,00 0,00 55,6 0,00

Jumlah 2997 0 0 2261 0 0,00 0,00 75,4 0,00

Sumber :Profil Puskesma Sukaramii, 2010

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa 100,0% masyarakat pada Desa Ngalam Baru memiliki sarana air bersih dari sumur gali dan secara keseluruhan 75,4% masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Sukarami memiliki sarana air bersih dari sumur gali.

4.2. Analisis Univariat 4.2.1. Variabel Independen 4.2.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dinilai pada penelitian ini antara lain umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, penghasilan dan jumlah anggota keluarga.


(57)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi

No Karakteristik Responden

n % n %

1 Umur

<30 tahun 30-40 tahun >40 tahun 9 38 13 13,8 58,5 27,7 10 32 23 15,4 49,2 35,4

Jumlah 65 100,0 65 100,0

2. Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Akademi/PT 14 26 10 15 0 21,5 40,0 15,4 23,1 0,0 4 36 15 10 0 6,2 55,4 23,1 15,4 0,0

Jumlah 65 100,0 65 100,0

3 Jenis Pekerjaan

Petani Pedagang Buruh Pegawai Swasta PNS Lainnya 52 7 4 2 0 0 80,0 10,8 6,2 3,1 0,0 0,0 48 1 4 3 4 5 73,8 1,5 6,2 4,6 6,2 7,7

Jumlah 65 100,0 65 100,0

4 Penghasilan

< Rp 824.730,- > Rp 824.730,-

18 47 27,7 72,3 19 46 29,2 70,8

Jumlah 65 100,0 65 100,0

5. Jumlah Anggota Keluarga

<3 Anggota Keluarga 3-5 Anggota Keluarga > 5 Anggota Keluarga

1 52 12 1,5 80,0 18,5 0 30 35 0,0 46,2 53,8

Jumlah 65 100,0 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa berdasarkan kelompok umur, pada Desa Ngalam Baru sebesar 58,5% responden berusia 30-40 tahun, tetapi untuk Desa Muara Tandi hanya 49,2% responden berusia 30-40 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan pada Desa Ngalam Baru sebesar 21,5% responden tidak tamat SD, tetapi pada Desa Muara Tandi hanya 6,2% responden tidak tamat SD.

Berdasarkan jenis pekerjaan 80,0 % responden pada Desa Ngalam Baru bekerja sebagai petani sementara itu pada Desa Muara Tandi hanya 73,8% responden


(58)

yang bekerja sebagai petani. Berdasarkan tingkat penghasilan sebesar 27,7% responden pada Desa Ngalam Baru berpenghasilan dibawah UMR dan sebesar 29,2% responden pada Desa Muara Tandi juga berpenghasilan dibawah UMR.

4.2.1.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar

Kepemilikan sanitasi dasar adalah ada tidaknya sarana sanitasi dasar dimiliki oleh setiap responden. Adapun data kepemilikan sanitasi dasar meliputi sarana air bersih, jamban keluarga, jenis jamban keluarga, jarak jamban dari sumber air bersih dan alasan mendirikan jamban.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Sanitasi Dasar di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi

No Karakteristik Responden

n % n %

1 Kepemilikan Sarana Air Bersih

Memiliki Tidak Memiliki 65 0 100,0 0,0 65 0 100,0 0,0

Jumlah 65 100,0 65 100,0

2. Jenis Sarana Air Bersih

Air Sungai Sumur Gali 0 65 0,0 100,0 7 58 10,8 89,2

Jumlah 65 100,0 65 100,0

3 Kepemilikan Jamban

Ya Tidak 50 15 76,9 23,1 27 38 41,5 58,5

Jumlah 65 100,0 65 100,0

4 Jenis Jamban

Cubluk/Cemplung Plengsengan Leher Angsa 0 0 50 0,0 0,0 100,0 3 7 17 11,1 25,9 63,0

Jumlah 50 100,0 27 100,0

5. Jamban Dalam Rumah

Ya Tidak 31 19 62,0 38,0 1 26 3,7 96,3

Jumlah 50 100,0 27 100,0

6. Jarak Jamban Dari Sumber Air Bersih

1-5 meter 6-9 meter

≥ 10 meter

2 9 39 4,0 18,0 78,0 0 13 14 0,0 48,1 51,9


(59)

Tabel 4.5 (Lanjutan)

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi No Karakteristik Responden

n % n %

7. BAB Pada Jamban

Ya Tidak 63 2 96,9 3,1 27 38 41,5 58,5

Jumlah 65 100,0 65 100,0

8. Kepemilikan Jamban Setelah STBM

Ya

Tidak 36

14 72,0 28,0 0 27 0,0 100,0

Jumlah 50 100,0 27 100,0

9. Alasan Pemilikan Jamban

Terpicu STBM Kemauan Sendiri 36 14 72,0 28,0 0 27 0,0 100,0

Jumlah 50 100,0 27 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa 100% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) dan Muara Tandi (desa tidak intervensi) memiliki sarana air bersih, akan tetapi berdasarkan jenis sarana air bersih 100,0% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) dan 89,2% pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) memiliki sarana air bersih berupa sumur gali. Berdasarkan kepemilikan jamban, sebesar 76,9% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) dan hanya 41,5% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) yang memiliki jamban.

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya 3,1% responden Desa Ngalam Baru (desa intervensi) yang tidak BAB pada jamban, sementara itu 58,5% responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) tidak BAB pada jamban. Sementara itu sebesar 72% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) memiliki jamban setelah adanya intervensi STBM.


(60)

4.2.2. Variabel Dependen 4.2.2.1. Perilaku Responden a. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui responden tentang kebiasaan BAB sembarangan, meliputi tentang pengertian BAB senbarangan, tempat BAB yang tepat, media yang dapat menularkan penyakit dari kebiasaan BAB sembarangan dan penyakit yang dapat ditularkan dari BAB sembarangan. Adapun distribusi responden menurut tingkat pengetahuan tentang BAB sembarangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang BAB Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi

No Pengetahuan Responden

n % n %

1 Pengertian BAB sembarangan : - Tidak tahu

- Buang air besar dimana saja. - Buang air besar tidak pada tempat

yang tepat seperti jamban, atau WC

0 15 50 0,0 23,1 76,9 2 59 4 3,1 90,8 6,2

Jumlah 65 100,0 65 100,0

2. BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan :

- Tidak tahu

- Tidak dapat

- Dapat 3 9 53 4,6 13,8 81,5 13 28 24 20,0 43,1 36,9

Jumlah 65 100,0 65 100,0

3 Tahukah Penyakit yang ditularkan melalui tinja disebabkan oleh apa :

- Tidak tahu

- Ya, dan menyebutkan salah satu misalnya cacing, bakteri, virus, parasit.

- Ya, dan menyebutkan lebih dari satu jawaban misalnya cacing, bakteri, virus, parasit 57 6 2 87,7 9,2 3,1 65 0 0 100.0 0,0 0,0


(61)

Tabel 4.6 (lanjutan)

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi

No Pengetahuan Responden

n % n %

4 Tempat BAB yang tepat :

- Tidak tahu

- Dimana saja tetapi tidak dapat dilihat

- Jamban, WC

1 2 62 1,5 3,1 95,4 0 3 62 0,0 4,6 95,4

Jumlah 65 100,0 65 100,0

5. BAB sembarangan menularkan penyakit :

- Tidak tahu

- Tidak Dapat

- Dapat 2 5 58 3,1 7,7 89,2 12 18 35 18,5 27,7 53,8

Jumlah 65 100,0 65 100,0

6 Tahukah melalui Media apa sajakah tinja dapat menularkan penyakit :

- Tidak tahu

- Ya, dan menyebutkan salah satu misalnya tangan, makanan, air, binatang dan sayuran.

- Ya, dan menyebutkan lebih dari satu jawaban misalnya tangan, makanan, air, binatang dan sayuran

26 28 11 40,0 43,1 16,9 47 14 4 72,3 21,5 6,2

Jumlah 65 100,0 65 100,0

7 Tahukah penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja :

- Tidak tahu

- Ya, dan menyebutkan salah satu misalnya cacingan, diare, polio, hepatitis A.

- Ya, dan menyebutkan lebih dari satu jawaban misalnya cacingan, diare, polio, hepatitis A. 16 47 2 24,6 72,3 3,1 63 1 1 96,9 1,5 1,5

Jumlah 65 100,0 65 100,0

8 Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja :

- Tidak tahu

- Tidak bisa dilakukan pemutusan mata rantai penularan penyakit

- Pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun dan lainnya.

1 3 61 1,5 4,6 93,8 3 15 47 4,6 23,1 72,3

Jumlah 65 100,0 65 100,0

9 Dapatkah air sumur tercemar oleh tinja dari orang yang BAB sembarangan :

- Tidak tahu

- Tidak dapat

- Dapat 2 10 53 3,1 15,4 81,5 6 19 40 9,2 29,2 61,5


(62)

Tabel 4.6 (Lanjutan)

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi

No Pengetahuan Responden

n % n %

10 Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih adalah :

- 1-5 meter

- 6-9 meter

- ≥ 10 meter

1 15 49

1,5 23,1 75,4

5 38 22

7,7 58,5 33,8

Jumlah 65 100,0 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa 3,1% responden pada Desa Muara Tandi (desa intervensi) tidak tahu pengertian BAB sembarangan. Sebesar 87,7% responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) menjawab tidak tahu ”penyebab penyakit yang ditularkan melalui tinja” tetapi 100% responden pada Desa Muara Tandi juga (desa tidak intervensi) menjawab tidak tahu. Responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) yang mengetahui bahwa ”BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan” sebesar 81,5% tetapi untuk Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) hanya 36,9% responden yang menjawab dengan jawaban yang sama.

Responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) sebesar 89,2% menjawab bahwa “BAB sembarangan dapat menularkan penyakit” tetapi pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) hanya 53,8% responden menjawab dengan jawaban yang sama. Responden pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) sebesar 29,2% menyatakan bahwa ”air sumur tidak dapat tercemar dari orang yang BAB sembarangan”, tetapi responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) hanya 15,4% responden yang menyatakan dengan pernyataan yang sama.


(63)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Buang Air Besar Sembarangan di Desa Diberi dan Tidak Diberi Intervensi

Desa Intervensi Desa Tidak Intervensi No Pengetahuan

N % n %

1. Baik 47 72,3 8 12,3

2. Sedang 18 27,7 57 87,7

3. Buruk 0 0,0 0 0,0

Jumlah 65 100,0 65 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, diketahui bahwa mayoritas responden pada Desa Ngalam Baru (desa intervensi) memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 72,3%. Sementara itu pada Desa Muara Tandi (desa tidak intervensi) mayoritas responden memiliki pengetahuan yang sedang (kurang baik) yaitu sebesar 87,7%. b. Sikap

Sikap yaitu pendapat atau pandangan responden terhadap kebiasaan BAB sembarangan yang meliputi tentang sikap melihat anggota keluarga yang BAB sembarangan, melihat tetangga yaang BAB sembarangan, jarak penampungan tinja minimal 10 meter dan anjuran memiliki jamban keluarga. Adapun distribusi responden menurut tingkat sikap tentang BAB sembarangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(1)

Kuesioner Penelitian

PERILAKU MASYARAKAT TENTANG BUANG AIR BESAR

SEMBARANGAN PADA DESA YANG DIBERI INTERVENSI DAN TIDAK DIBERI INTERVENSI GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN GUMAI TALANG KABUPATEN LAHAT

PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2009

Nomor Responden : .... I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan terakhir :

a. Tidak tamat SD d. SMA

b. SD e. Akademi/Perguruan Tinggi c. SMP

4. Pekerjaan :

a. Petani e. Pegawai Negeri Sipil

b. Pedagang f. Lain-lain, sebutkan………….. c. Buruh

d. Pegawai swasta

5. Penghasilan keluarga : 6. Jumlah anggota keluarga : II. Data Lingkungan/ Observasi

1. Apakah bapak/ibu memiliki sarana air bersih :

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, sarana air bersih yang digunakan :

a. Air Sungai c. Sumur bor b. Sumur Gali d. PDAM 3. Apakah Bapak/Ibu memiliki jamban keluarga :


(2)

4. Jenis jamban yang dimiliki :

a. Jamban Cubluk c. Jamban leher angsa b. Jamban Plengsengan

5. Apakah jamban keluarga didalam rumah:

a. Ya b. Tidak

6. Jarak jamban dari sumber air bersih :

a. 1-5 meter b. 6-9 meter c. ≥ 10 meter 7. Apakah bapak/ibu BAB pada jamban keluarga :

a. Ya b. Tidak (Langsung ke No 13) 8. Apakah bapak/ibu memiliki jamban setelah adanya gerakan STBM

a. Ya b. Tidak

9. Alasan bapak/ibu mendirikan jamban: a. Karena terpicu dengan gerakan STBM.

b. Karena kemauan diri sendiri tanpa ada dorongan dari gerakan STBM.

DATA PRILAKU A. Pengetahuan

1. Apa yang dimaksud BAB sembarangan a. Tidak tahu

b. Buang air besar dimana saja.

c. Buang air besar tidak pada tempat yang tepat seperti jamban, atau WC. 2. Menurut bapak/ibu, apakah BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan

a. Tidak tahu b. Tidak dapat c. Dapat


(3)

3. Tahukah Bapak/Ibu penyakit yang ditularkan melalui tinja disebabkan oleh apa:

a. Tidak b. Ya Jawaban ya, dapat menjawab : 1. Cacing

2. Bakteri 3. Virus 4. Parasit

4. Menurut bapak/ibu dimana tempat BAB yang tepat : a. Tidak tahu

b. Dimana saja tetapi tidak dapat dilihat orang. c. Jamban, WC.

5. Menurut bapak/ibu, dapatkah BAB sembarangan menularkan penyakit : a. Tidak tahu

b. Tidak dapat c. Dapat

6. Tahukah bapak/ibu melalui media apa sajakah tinja dapat menularkan penyakit :

a. Tidak b. Ya Jawaban ya, dapat menjawab : 1. Tangan

2. Makanan

3. Air

4. Binatang

5. Sayuran, dll.

7. Tahukah Bapak/Ibu, penyakit apa yang dapat ditularkan melalui tinja: a. Tidak b. Ya

Jawaban ya, dapat menjawab : 1. Cacingan 2. Diare 3. Polio


(4)

8. Cara memutus rantai penularan penyakit dari tinja : a. Tidak tahu

b. Tidak bisa dilakukan pemutusan mata rantai penularan penyakit.

c. Pemutusan rantai penularan penyakit dengan penghentian BAB sembarangan dan mendirikan jamban keluarga, cuci tangan pakai sabun dan lainnya.

9. Menurut bapak/ibu dapatkah air sumur tercemar oleh tinja dari orang yang BAB sembarangan :

a. Tidak tahu b. Tidak dapat c. Dapat

10. Jarak penampungan tinja dari sumber air bersih adalah: a. 1-5 meter b. 6-9 meter c. ≥ 10 meter

II. Sikap

1. BAB di tempat terbuka memberikan kenyamanan yang sama dengan BAB di jamban :

a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju

2. Setujukah bapak/ibu BAB sembarang tempat dapat menimbulkan penyakit: a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju

3. Setujukah bapak/ibu BAB sembarang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan :

a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju 4. Setujukah bapak/ibu, air sumur dapat tercemar oleh tinja :

a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju

5. Setujukah bapak/ibu jarak penampungan tinja dengan sumber air minimal 10 meter:

a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju


(5)

7. Setujukah bapak/ibu jika tetangga bapak/ibu BAB dikebun atau dekat rumah bapak:

a. Setuju b. Kurang setuju c.Tidak Setuju

8. Setujukah bapak/ibu, bahwa mendirikan jamban merupakan cara untuk memutus rantai penularan penyakit dari tinja :

a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju

9. Setujukah bapak/ibu dengan anjuran memiliki jamban keluarga : a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju

10. Setujukah bapak/ibu dengan air dan makanan yang tercemar tinja dapat menimbulkan penyakit :

a. Tidak Setuju b. Kurang setuju c. Setuju

III. Tindakan

1. Apakah bapak/ibu BAB sembarangan :

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 2. Apakah anak dan anggota keluarga bapak/ibu BAB pada jamban :

a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

3. Apakah bapak/ibu melarang anggota keluarga yang BAB sembarangan: a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

4. Apakah bapak/ibu merasa nyaman dan tenang BAB di sembarang tempat : a. ya b. Kadang-kadang c. Tidak

5. Jika pada malam hari dan dalam keadaan sakit perut, apakah bapak/ibu akan BAB sembarang tempat :

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak

6. Apakah bapak/ibu membuang tinja anak bapak/ibu yang BAB sembarangan: a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

7. Apakah bapak/ibu menyarankan kepada anak/istri/suami dan keluarga untuk tidak BAB sembarangan :


(6)

8. Apakah bapak/ibu melarang tetangga yang BAB di sembarang tempat : a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

9. Saat BAB, apakah bapak/ibu menggunakan air yang cukup : a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya

10.Setelah BAB Apakah yang bapak/ibu mencuci tangan pakai sabun : a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya


Dokumen yang terkait

Tradisi Masyarakat Desa Janji Mauli Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (1900-1980)

3 83 104

Pemeliharaan Jamban Keluarga Dan Perilaku Buang Air Besar Pasca Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

0 3 102

Pemeliharaan Jamban Keluarga Dan Perilaku Buang Air Besar Pasca Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

0 0 6

Pemeliharaan Jamban Keluarga Dan Perilaku Buang Air Besar Pasca Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

1 3 11

Pemeliharaan Jamban Keluarga Dan Perilaku Buang Air Besar Pasca Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Stbm) Di Desa Pangaribuan Kecamatan Siempat Nempu Hulu Kabupaten Dairi

0 0 13

this PDF file Determinan perilaku buang air besar pada masyarakat pesisir di kabupaten Buton Selatan | Dwiana | Berita Kedokteran Masyarakat 1 PB

0 2 4

Stop Buang Air Besar Sembarangan. Commun

0 2 98

STUDI KOMPARATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA MASYARAKAT YANG TELAH DAN BELUM MENERAPKAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI KECAMATAN INDERALAYA COMPARATIVE STUDIES DEFECATE BEHAVIOR IN COMMUNITY THAT HAVE AND HAVE NOT IMPLEMENTED THE C

0 0 8

PEMELIHARAAN JAMBAN KELUARGA DAN PERILAKU BUANG AIR BESAR PASCA PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI DESA PANGARIBUAN KECAMATAN SIEMPAT NEMPU HULU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2016 SKRIPSI

1 6 18

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN PADA MASYARAKAT DI DESA PANTON BAYAM KECAMATAN BEUTONG KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI SABDAN HUSAINI 09C10104007

0 0 54