berasal dari hasil pertanian masyarakat yang sebagian besar memiliki kebun kopi. Semakin tinggi penghasilan penduduk, maka semakin tinggi pula persentase
pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang, makanan dan semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status kesehatannya BPS, 2006.
Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memeperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Demikian sebaliknya jika pendapatan rendah maka akan terdapat hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi memegang peranan penting
dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Dengan demikian penghasilan akan mempengaruhi masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan mendirikan jamban
sebagai salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan. Akan tetapi dalam penelitian ini, walaupun sebagian besar masyarakat
berpenghasilan di atas UMR, akan tetapi kesadaran akan pentingnya membangun jamban untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan masih sangat
rendah. Hal ini dapat dijumpai pada masyarakat pada Desa Muara Tandi.
5.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar
Distribusi responden menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menunjukkan bahwa responden memiliki sarana air bersih berupa sumur gali sebesar
84,6 untuk Desa Ngalam Baru dan 89,2 untuk Desa Muara Tandi. Sementara itu distribusi responden menurut kepemilikan jamban, ditemukan pada Desa Ngalam
Baru 23,1 responden tidak memiliki jamban dan 58,5 responden pada Desa Muara Tandi juga tidak memiliki jamban. Responden pada Desa Muara Tandi hanya
Universitas Sumatera Utara
63 yang menggunakan jamban leher angsa. Dengan demikian masih ada responden yang menggunakan jamban cubluk, plengsengan dan buang air besar tidak pada
jamban. Adanya perbedaan persentase kepemilikan jamban pada Ngalam Baru dan Muara Tandi juga disebabkan dengan adanya intervensi STBM, intervensi STBM
telah menimbulkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya untuk memulai hidup sehat dengan memperbaiki sarana sanitasi dasar untuk tempat buang air besar.
Ada beberapa jenis jamban yang dapat digunakan, diantaranya jamban cubluk, empang, kimia, plengsengan dan leher angsa. Jamban leher angsa merupakan
pilihan jamban yang paling baik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan diantara jenis-jenis jamban yang ada. Azwar, 1990.
Hasil penelitian juga menunjukkan 38,0 responden pada Desa Ngalam Baru memiliki jamban yang letaknya berada diluar rumah, tetapi sebesar 96,3 responden
pada Desa Muara Tandi yang memiliki jamban diluar rumah. Letak jamban diluar ataupun didalam rumah tidak akan menimbulkan masalah kesehatan jika jarak antara
lubang penampungan tinja dengan sumber air lebih dari sepuluh meter. Akan tetapi letak jamban didalam rumah akan memberikan kemudahan dalam melakukan
aktifitas buang air besar, terlebih lagi jika dalam keadaan malam hari, letak jamban yang didalam rumah akan lebih memberikan kenyamanan pada pemiliknya
dibandingkan yang berada diluar rumah. Jamban yang dimiliki reponden ternyata sebagian besar memiliki jarak
≥ 10 meter dari sumber air yaitu sebesar 78,0 pada desa Ngalam Baru dan 51,9 pada
desa Muara Tandi. Dengan demikian masih terdapat jarak jamban dengan sumber air ≤ 10 meter. Menurut Ehler dan Steel 2000, jamban yang digunakan sebagai tempat
Universitas Sumatera Utara
penampungan kotoran manusia memiliki jarak dengan sumber air minum 10 meter. Tetapi bila kondisi tanah berkapur, dan letak jamban pada sumber air ditanah
miring, maka jaraknya sekitar 15 meter. Dari hasil penelitian juga dapat dilihat sebesar 72,0 responden pada Desa
Ngalam Baru memiliki jamban setelah adanya intervensi STBM, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intervensi STBM dapat mengubah perilaku masyarakat
untuk tidak buang air besar sembarangan. Setelah berubahnya kesadaran untuk tidak buang air besar sembarangan, maka tahapan selanjutnya adalah kesadaran tentang
pentingnya memiliki jamban.
5.3. Perilaku Responden 5.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Buang Air Besar Sembarangan