sebesar 100,0, tetapi responden pada Desa Muara Tandi desa tidak intervensi sebesar 16,9 responden yang memiliki tindakan yang jelek.
4.3. Analisis Bivariat 4.3.1. Perbedaan Pengetahuan Responden Pada Desa Ngalam Baru dan Desa
Muara Tandi
Tabel 4.12. Perbedaan Pengetahuan Tentang BAB Sembarangan pada Desa
Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Variabel Nilai
Rata- Rata
Responden T P
Diberi Intervensi STBM 24,49
Pengetahuan Tidak Diberi Intervensi STBM
20,35 12,452 0,000
Diberi Intervensi STBM 26,28
16,774 0,000
Sikap Tidak Diberi Intervensi
STBM 22,48
Diberi Intervensi STBM 27,03
19,185 0,000
Tindakan Tidak Diberi Intervensi
STBM 15,25
Dengan hasil analisis statistik uji independent- sampel T test diatas, dapat dilihat dari nilai t hitung adalah 12,452 serta nilai probabilitas p=0,000. Oleh
karena nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan yang signifikan responden antara yang diberi intervensi dengan yang tidak diberi
intervensi. Dapat diartikan bahwa pengetahuan responden pada desa yang di intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang tidak diberi intervensi.
Hasil penelitian diatas menunjukkan nilai t hitung sikap responden adalah 16,774 serta nilai probabilitas p=0,000. Oleh karena nilai p0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap yang signifikan antara responden yang diberi intervensi dengan yang tidak diberi intervensi. Dapat diartikan bahwa sikap
Universitas Sumatera Utara
responden pada desa yang di intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang tidak diberi intervensi.
Dari tabel diatas juga dapat dilihat nilai t hitung tindakan adalah 19,185 serta nilai probabilitas p=0,000. Oleh karena nilai p0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan tindakan yang signifikan antara responden yang diberi intervensi dan yang tidak diberi intervensi. Dapat diartikan bahwa tindakan
responden pada desa yang di intervensi STBM lebih baik dibandingkan desa yang tidak diberi intervensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Hasil penelitian secara umum dapat dilihat bahwa pendidikan responden pada Desa Ngalam Baru dan Desa Muara Tandi masih rendah, pada Desa Ngalam Baru
responden yang tidak tamat SD 21,5, untuk yang tamat SD 40, sementara itu untuk Desa Muara Tandi responden yang tidak tamat SD 6,2, untuk yang tamat SD
55,4. Masyarakat yang mempunyai pendidikan menengah akan lebih memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang dampak yang akan ditimbulkan dari kebiasaan
buang air besar sembarangan. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman terhadap suatu masalah.
Pendidikan merupakan suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat, dan bertujuan untuk bertahan
hidup termasuk memenuhi kebutuhan sandangnya Azwar, 2007 Tingkat pendidikan juga dapat menentukan daya nalar seseorang yang lebih
baik, sehingga dapat menyerap informasi-informasi dan dapat berfikir secara rasional dalam menanggapi informasi dan masalah yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan
buang air besar sembarangan. Menurut Widyastuti 2005 yang dikutip dari Elisabeth 2008, orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada
tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Budiarja
2001 yang dikutip dari Elisabeth 2008, pendidikan yang rendah membuat rendahnya partisipasi di bidang kesehatan. Rendahnya pengetahuan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
tentang dampak yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan buang air besar sembarangan menjadikan masyarakat masih melakukan kebiasaan buang air besar sembarangan.
Hasil penelitian juga menunjukkan 80 responden pada Desa Ngalam Baru sebagai desa intervensi gerakan STBM bekerja sebagai petani dan tidak ada
responden yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Akan tetapi pada Desa Muara Tandi hanya 73,8 responden yang bekerja sebagai petani dan 6,2 responden
bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Bekerja sebagai petani bukan merupakan pekerjaan yang memiliki penghasilan yang tetap, akan tetapi kesadaran akan
pentingnya untuk memulai hidup sehat dengan meningkatkan sarana sanitasi dasar untuk mengurangi perilaku buang air besar sembarangan telah dimiliki masyarakat
Desa Ngalam Baru. Berbeda halnya dengan responden Desa Muara Tandi walaupun persentase responden yang bekerja sebagai petani cukup tinggi, akan tetapi kesadaran
akan pentingnya untuk memulai hidup sehat degan tidak buang air besar sembarangan masih rendah.
Menurut teori Maslow 1943 yang dikutip oleh Malayu 2002, jika seseorang yang ingin memiliki kebutuhan rasa aman dan kenyamanan maka akan
melakukan berbagai upaya untuk mencapainya, salah satu faktornya adalah kecukupan penghasilan, dan ini hanya diperoleh jika mempunyai suatu pekerjaan
yang layak. Menurut jumlah penghasilan yang dikategorikan menurut Upah Minimum
Regional UMR Propinsi Sumatera Selatan, sebagian besar responden berpenghasilan lebih dari Rp 824.730,- yaitu sebesar 72,3 untuk Desa Ngalam
Baru dan 70,8 untuk Desa Muara Tandi. Tingginya penghasilan masyarakat ini
Universitas Sumatera Utara
berasal dari hasil pertanian masyarakat yang sebagian besar memiliki kebun kopi. Semakin tinggi penghasilan penduduk, maka semakin tinggi pula persentase
pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang, makanan dan semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status kesehatannya BPS, 2006.
Penghasilan yang tinggi memungkinkan anggota keluarga untuk memeperoleh yang lebih baik seperti kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Demikian sebaliknya jika pendapatan rendah maka akan terdapat hambatan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keadaan ekonomi memegang peranan penting
dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Dengan demikian penghasilan akan mempengaruhi masyarakat untuk memulai hidup sehat dengan mendirikan jamban
sebagai salah satu cara untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan. Akan tetapi dalam penelitian ini, walaupun sebagian besar masyarakat
berpenghasilan di atas UMR, akan tetapi kesadaran akan pentingnya membangun jamban untuk mengurangi kebiasaan buang air besar sembarangan masih sangat
rendah. Hal ini dapat dijumpai pada masyarakat pada Desa Muara Tandi.
5.2. Kepemilikan Sanitasi Dasar