36
Buku Guru
Kelas VIII SMP
36
Buku Guru
Kelas VIII SMP
2. Abraham
Ketika Abraham disuruh Tuhan untuk meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi ke suatu negeri yang belum ia ketahui, ia taat kepada perintah
Tuhan itu tanpa bertanya atau mengeluh. Allah berjanji akan menjadikan keturunan Abraham sebagai bangsa yang besar dan diberkati oleh Allah.
Demikianlah, Abraham pergi tanpa kejelasan arah dan tujuan. Ia hanya mengandalkan janji Allah dan ia tetap memegang teguh janji tersebut.
Abraham percaya dan dengan sepenuh hati menyerahkan masa depannya kepada janji Allah. Ia harus berpisah dengan sanak keluarganya, dari
habitatnya demi menjalani perintah Allah. Berbagai rintangan dan kesulitan ia hadapi, puncak dari perjuangannya adalah ketika Allah
meminta Abraham mempersembahkan Ishak sebagai kurban bagi-Nya. Anak tunggal yang diperoleh dari Allah setelah lama menantikannya.
Iapun memenuhi perintah Allah untuk mengurbankan Ishak. Namun, Allah meluputkan Ishak. Sebagai gantinya, Ia menyediakan hewan kurban
bagi Abraham. Melalui ujian ini, Abraham disebut sebagai bapa segala orang beriman.
Riwayat Nuh dan Abraham dapat menjadi petunjuk bagaimana manusia beriman menampakkan iman dan percayanya kepada Tuhan.
Mereka bertindak menyenangkan hati Tuhan. Tindakan Nuh dan Abraham didasari oleh aspek “percaya” kepada janji Tuhan, mereka
mengenal Tuhan yang dipercayai, mereka merasakan kedekatan dengan- Nya, mereka membangun relasi atau hubungan yang intim dengan Tuhan
dan berkomunikasi dengan-Nya secara teratur. Hubungan dengan Tuhan dibangun berdasarkan pengenalan, kedekatan serta pengetahuan akan
Tuhan yang melibatkan seluruh diri mereka, baik hati nurani maupun akal budi.
3. Perempuan Kanaan yang Percaya
Dalam Kitab Perjanjian Baru ada peristiwa yang dapat diangkat sebagai contoh dalam kaitannya dengan aspek percaya yakni perempuan Kanaan
yang percaya Mat. 15:21-28. Anak perempuan Kanaan ini kerasukan setan dan amat menderita. Ketika ia mendengar Yesus sedang berada di
sekitar daerah tempat tinggalnya, perempuan ini segera pergi ke sana dan meminta Yesus menyembuhkan penyakit anak perempuannya itu.
Yang menarik adalah Yesus ternyata tidak mempedulikan permintaan tolong perempuan Kanaan itu. Perempuan itu terus berusaha mendekati
Yesus sambil memohon. Perkataan Yesus kemudian sebenarnya bisa
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
37
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
37
sangat menyakitkan hatinya, tetapi perempuan Kanaan itu tidak peduli; ia tetap meminta tolong Yesus untuk menyembuhkan anaknya. Oleh karena
melihat keteguhan hati perempuan Kanaan itu, Yesus pun mengabulkan permintaannya dengan menyembuhkan penyakit anaknya itu.
4. Yesus Menyembuhkan hamba Seorang Perwira di Kapernaum
Ada seorang perwira yang hambanya menderita sakit keras. Menurut Sabda.org, rupanya perwira itu adalah orang Romawi. Ia sangat mengasihi
hambanya itu. Ketika sang perwira mendengar Yesus memasuki kota Kapernaum, ia mengutus beberapa orang suruhannya untuk meminta
Yesus menyembuhkan penyakit hambanya itu. Yesus pun mengabulkan permintaan perwira Romawi itu. Pada waktu ia mengetahui bahwa
Yesus bersedia menyembuhkan hambanya, justru perwira Romawi merasa dirinya tidak pantas menerima kehadiran Yesus di rumahnya.
Ia hanya meminta Yesus untuk menyembuhkan hambanya itu dari jauh, karena ia percaya, tanpa perlu datang ke rumahnya pun, Yesus sanggup
menyembuhkan hambanya itu. Demikianlah Yesus memuji “iman” perwira Romawi itu dan menyembuhkan hambanya yang sakit itu.
Kesimpulan dari dua buah cerita dalam Perjanjian Baru tersebut, adalah, apabila kita percaya dan berpegang teguh kepada Yesus melalui firman-Nya
dengan segenap jiwa, hati dan akal budi, maka apa yang dikehendaki-Nya atas diri kita pasti terjadi. Inilah juga pengharapan kita dalam iman kepada-
Nya. Sifat iman itu aktif; artinya, orang percaya harus benar-benar yakin akan kebenaran firman Tuhan dan sungguh-sungguh melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, jika seseorang mengaku beriman kepada Yesus, tetapi hanya di dalam ucapan saja, tanpa perilaku
yang menunjukkan iman itu, maka sebenarnya iman itu sudah mati. Surat Yakobus mengatakan: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakikatnya adalah mati” Yakobus 2:17.
E. Memelihara Iman