Kajian Pustaka LANDASAN TEORI

10

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik Majid,2014: 27.Hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.Andersond dan Krathwohl dalam Rusmono, 2012:8 menyebut ranah kognitif dari taksonomi Bloom merevisi menjadi dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam tingkatan: 1 ingatan, 2 pemahaman, 3 pengetahuan terdiri atas empat tingkatan, yaitu 1 pengetahuan faktual, 2 pengetahuan konseptual, 3 pengetahuan prosedural, dan 4 pengetahuan meta-kognitif. Sedangkan Snelbeker dalam Rusmono, 2012: 8 perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran, peneliti memfokuskan pada aspek kognitif. b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Susanto 2013 : 12, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman dalam Susanto 2012:12, hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal, maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut: 1 Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2 Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar, yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Kemampuan Berpikir Kritis a. Model Berpikir Kritis Richard Paul Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode tertentu atau ranah berpikir Richard Paul dalam Kuswana 2012: 205. Standar berpikir kritis bagi pendidikan dasar dalam model Paul adalah upaya untuk mengidentifikasi komponen berpikir kritis, berikut adalah daftar standar berpikir kritis: kejelasan clarity, presisi precision, spesial specificity, akurasi accuracy, relevan relevance, konsisten consistency, logis logic, mendalam dept, kelengkapan completeness, signifikan significance, kecukupan adequacy, dan keadilan fairness. Kuswana 2011 : 19 berpendapat berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. Sedangkan menurut Norris dan Ennis dalam Alec Fisher, 2008 : 4 berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. b. Indikator Berpikir Kritis Menurut Glaser dalam Fisher, 2008 :7, ciri-ciri berpikir kritis yaitu: a mengenal masalah, b menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, c mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, d mengenal ide dan nilai yang tidak dinyatakan, e memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, f menganalisis data, g menilai fakta dan menilai pernyataan-pernyataan, h mengenal sebab akibat suatu masalah, i menarik kesimpulan, j menguji kebenaran pendapat orang lain, k menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan l membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan 12 indikator tersebut, peneliti memilih enam indikator yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: a mengenal masalah, b menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, c mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, d menganalisis data, e menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan- kesimpulan yang seorang ambil, dan f membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari- hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Keterampilan Penting dalam Pemikiran Kritis Beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat penting menurut Fisher 2008 : 8, khususnya bagaimana: 1 mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan; 2 mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; 3 mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan- pernyataan dan gagasan-gagasan; 4 menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; 5 mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya; 6 menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan-penjelasan; 7 menganalisis, mengevaluasi dan membuat keputusan-keputusan; 8 menarik inferensi-inferensi; 9 menghasilkan argumen-argumen. 3. Problem Based Learning PBL a. Pengertian Problem Based Learning PBL Triyanto 2009 : 90 mengemukakan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya masalah yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian secara nyata. Ratumanan dalam Triyanto, 2009 : 92, menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran cara berproses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam diri siswa, dan menyusun pengetahuannya tentang dunia sosial dan sekitarnya. Peterson dalam Amir, 2009 : 13 mengatakan bahwa yang mendapatkan fokus dalam pembelajaran berbasis masalah bukan hanya pada saat pembelajaran itu berlangsung tetapi juga kelak, yakni kecakapan yang diperoleh akibat proses tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan dengan langkah-langkah tertentu. b. Karakteristik Problem Based Learning PBL Karakteristik Problem Based Learning menurut Arends dalam Trianto,2009 : 93 adalah sebagai berikut: 1 Pengajuan pertanyaan atau masalah Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran berdasarkan masalah dan pertanyaan yang terjadi dan masalah tersebut penting untuk dipecahkan dan bermakna bagi seseorang. 2 Berfokus pada keterkaitan antar disiplin Masalah yang akan dipecahkan adalah masalah yang nyata agar dalam pemecahannya siswa tidak hanya melihat dari satu sisi mata pelajaran tetapi siswa mampu melihat masalah itu dari berbagai mata pelajaran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Penyelidikan autentik Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. 4 Membuat produk dan memamerkannya Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya.Karya tersebut mampu mewakili atau menjelaskan penyelesaian masalah yang mereka temukan. 5 Kolaborasi Ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah dengan adanya siswa yang bekerjasama dalam menyelesaikan masalahnya.Bekerjasama memberikan motivasi, mengembangkan keterampilan sosial, dan keterampilan berpikir. d. Tujuan Problem Based Learning PBL Berdasarkan ciri-ciri PBL yang telah disebutkan diatas, menurut Trianto 2009 : 94, tujuan PBL adalah untuk: 1 membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, 2 belajar peranan orang dewasa yang autentik, 3 menjadi pembelajar yang mandiri. e. Kelebihan dan Kekurangan PBL Kelebihan Problem Based Learning PBL sebagai suatu model pembelajaran menurut Trianto 2009 : 96 adalah : 1 realistik dengan kehidupan siswa, 2 konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, 3 memupuk sifat inkuiri siswa, 4 memupuk kemampuan Problem Solving atau pemecahan masalah. Selain kelebihan tersebut pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kekurangan yaitu : 1 persiapan pembelajaran alat, problem, konsep yang kompleks, 2 sulitnya mencari problem yang relevan, 3 memerlukan waktu yang panjang, dan 4 sering terjadi miss-konsepsi. f. Langkah–langkah Problem Based Learning PBL Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Menurut Amir 2009 : 24 ada 7 langkah PBL setelah membentuk kelompok kecil: 1 Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah. 2 Merumuskan masalah Fenomena atau kejadian yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. 3 Menganalisis masalah anggota menggeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimuliki anggota tentang masalah. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah. 4 Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah- memilah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya. 5 Memformulasikan tujuan pembelajaran kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran kan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasan –penugasan individu disetiap kelompok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain di luar diskusi kelompok saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan dan menentukan di mana hendak dicarinya atau menentukan sumber informasi.Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individukelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran. 7 Mensintesa menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas dari laporan-laporan individukelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Kelompok sudah dapat membuat sistesis; menggabungkan dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan. Arends 2013 : 115 menyatakan bahwa ada lima tahap dalam sintaksis untuk pembelajaran berbasis masalah, yaitu: Tahap 1: Mengarahkan siswa kepada masalah Guru meninjau ulang tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah Tahap 2: Mempersiapkan siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan menyusun tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tahap 3: Membantu penelitian mandiri dan kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, mengadakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusinya Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mepersiapkan hasil karya Tahap 5:Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan Sedangkan Pannen dalam Ngalimun, 2012 : 94 langkah- langkah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan, yaitu: 1 mengidentifikasi masalah, 2 mengumpulkan data, 3 menganalisis data, 4 memecahkan masalah berdasarkan data pada data yang ada dan analisisnya, 5 memilih cara untuk menyelesaikan masalah, 6 merencanakan penerapan pemecahan masalah, 7 melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan 8 melakukan tindakan action untuk memecahkan masalah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lima fase dalam PBL sesuai dengan pendapat Arends 2013 : 115 yang meliputi: 1 orientasi siswa pada masalah, 2 mengorganisasi siswa untuk belajar, 3 membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5 menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 4. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Johnson dan Myklebust dalam Sundayana, 2003 : 252 mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Sedangkan menurut Schoenfeld dalam Hendriana Soemarmo,2014 : 6 mengemukakan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang hidup dan tumbuh di mana kebenaran dicapai secara individu dan melalui masyarakat matematis. Selanjutnya ia menyarankan agar: a Pakar matematika mengembangkan pemahaman matematik yang dalam melalui latihan magang dalam masyarakat terutama untuk mahasiswa pascasarjana dan professional muda, b Dalam standar pembelajaran untuk siswa menengah ke bawah siswa tidak didorong untuk magang seperti itu, oleh karena itu hendaknya siswa didorong untuk doing dan knowing mathematics. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. b. Tujuan Pembelajaran Matematika Hendriana dan Soemarmo 2014:7 menyatakan bahwakurikulum KTSP yang disempurnakan pada kurikulum 2013 mencantumkan tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan peryataan matematika, 3 memecahkan masalah, 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. c. Materi Pembelajaran 1 Perkalian Konsep perkalian adalah penjumlahan berulang. Contoh: Banyak seluruh apel Bu Santi ada 9 buah. Kita dapat memperolehnya dengan cara menjumlahkan 3 + 3 + 3 = 9 Penjumlahan itu disebut penjumlahan berulang. Penjumlahan bilangan 3 dilakukan 3 kali.Penjumlahan berulang dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian yaitu 3 x 3. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Pembagian Konsep pembagian adalah pengurangan berulang. Contoh: Bu Sita memindahkan 12 butir telur itu ke keranjang kecil. Setiap kali ia memindahkan 4 butir telur ke masing-masing keranjang kecil. Ternyata, semua telur dapat menempati 3 keranjang kecil dan tidak ada telur yang tersisa. 12 - 4 - 4 - 4 = 0 Bentuk pengurangan di atas disebut pengurangan berulang. Pengurangan dengan 4 dilakukan sebanyak 3 kali. Jadi, 12 : 4 = 3. Pembagian dapat dinyatakan sebagai pengurangan berulang.

B. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI MENCARI PASANGAN PADA

0 0 15

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

1 9 359