Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan

Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Frengki Widiyatmoko (121134195) Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) memaparkan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa; (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian; dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang berjumlah 30 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner dan soal evaluasi essay. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) relating, (2) applying,(3) exsperiencing,(4) cooperting, dan (5) transfering. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan pada, kondisi awal rata-rata hasil belajar, yaitu 64,51 dengan persentase ketuntasan 44,44%, meningkat pada siklus I rata-rata hasil belajar menjadi 76,53 dengan persentase ketuntasan 73,33%, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi 87,2 dengan presentase ketuntasan 86,66%. Kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan, kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai 58,17 pada kriteria “tidak kritis”, setelah dilakukan tindakan nilai kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 79,36 pada kriteria “cukup kritis”, presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi awal 33,33% di kondisi akhir meningkat menjadi 83,33%.


(2)

ABSTRACT

The Improvement of Learning Outcomes and Critical Thinking Skill in the Third Grade of Karangmloko 1 Elementary School in Multiplication and

Division Operation by Using Contextual Learning Approach Frengki Widiyatmoko (121134195)

Sanata Dharna University 2016

The background of this research based on by the low of learning outcomes and critical thinking skill of the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school in the academic year of 2015/2016. This study is aimed: (1) To expose the implement of contextual learning approach to improve the students’ mathematics learning outcomes and critical thinking skill; (2) to improve and know the improvement of the students learning outcomes by using contextual learning approach in multiplication and division operation: and (3) to improve and know the improvement of the students in critical thinking skill by using contextual learning approach in multiplication and division operation.

The type of this study is classroom action research. The subject of this research is the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school consist of 30 students. Besides, the object of this study is improving student’s mathematics learning outcomes and knowing the students critical thinking skill. To collect the data, the writer using interview, observation, questionnaire, and giving essay test as instruments. Data analysis which is used of writer is using qualitative and quantitative data.

The steps for using contextual learning approach as follows: (1) relating, (2) eksperiencing, (3) applying, (4) cooperting, and (5) transfering. The improvement of the result is showed in the average at the first condition point 64,51 with percentage completeness is 44,44% improve in the cycle I with the average 76,53 with percentage completeness is 73,33% and in the cycle II the average point 87,2% with percentage completeness is 86,66%. The students critical thinking skill showed, in the first condition, the student’s critical thinking skill is got score 58,17 in the “not critics” criteria, after giving treatment get an

improvement become 79,36 in the “adequate critics” criteria, the student’s

percentage is adequate critics its showed in the last getting 83,33%. Key words: Student learning outcomes, Critical thinking skill, Contextual


(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS III SD NEGERI

KARANGMLOKO 1 PADA MATERI OPERASI HITUNG

PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Frengki Widiyatmoko NIM : 121134195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS III SD NEGERI

KARANGMLOKO 1 PADA MATERI OPERASI HITUNG

PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Frengki Widiyatmoko NIM : 121134195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu menyertai dan menguatkan saya dalam menjalani kehidupan saya.

2. Orang tua saya, Bapak Rochmadi dan Ibu Juwarti yang selalu memberikan yang terbaik untuk saya, semangat, serta doa demi kesuksesan dan masa depan saya.

3. Adik saya Bima Aramansah yang selalu memberikan semangat dan menyebut nama saya dalam doanya.

4. Sahabat-sahabat saya Faisal Arif Rifai, Muhamad Yusuf arofiq, Ririn Septianingrum, Armi Yustina, Arum Purna Andari, Leni Setiyaningsih, dan Dwi Marginingsih yang telah memberikan semangat dan keceriaan selama menempuh pendidikan di PGSD.

5. Seluruh warga SD Negeri Karangmloko 1 terimakasih atas bantuan, dan perhatian yang diberikan.


(8)

v

MOTTO

Memiliki sebuah tujuan untuk menanamkan keinginan dalam diri, memiliki keinginan akan menanamkan motivasi dalam diri untuk

melakukannya.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain). Dan kepada tuhanmulah engkau berharap.”

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

Be a strong wall in the hard times and be a smiling sun in the good times.”

Jadilah dinding yang kuat ketika masa-masa sulit. Jadilah matahari yang tersenyum, ketika masa-masa indah.


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Penulis,

Frengki Widiyatmoko


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Frengki Widiyatmoko

Nomor Mahasiswa : 121134195

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGMLOKO 1 PADA

MATERI OPERASI HITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN

MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 31 Maret 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan

Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Frengki Widiyatmoko (121134195) Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) memaparkan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa; (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian; dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang berjumlah 30 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran matematika dan kemampuan berpikir kritis siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner dan soal evaluasi essay. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.

Langkah-langkah pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: (1) relating, (2) applying,(3) exsperiencing,(4) cooperting, dan (5) transfering. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan pada, kondisi awal rata-rata hasil belajar, yaitu 64,51 dengan persentase ketuntasan 44,44%, meningkat pada siklus I rata-rata hasil belajar menjadi 76,53 dengan persentase ketuntasan 73,33%, pada siklus II rata-rata hasil belajar menjadi 87,2 dengan presentase ketuntasan 86,66%. Kemampuan berpikir kritis siswa menunjukkan, kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh nilai 58,17 pada kriteria “tidak kritis”, setelah dilakukan tindakan nilai kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 79,36

pada kriteria “cukup kritis”, presentase jumlah siswa yang minimal cukup kritis pada kondisi awal 33,33% di kondisi akhir meningkat menjadi 83,33%.


(12)

ix

ABSTRACT

The Improvement of Learning Outcomes and Critical Thinking Skill in the Third Grade of Karangmloko 1 Elementary School in Multiplication and

Division Operation by Using Contextual Learning Approach Frengki Widiyatmoko (121134195)

Sanata Dharna University 2016

The background of this research based on by the low of learning outcomes and critical thinking skill of the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school in the academic year of 2015/2016. This study is aimed: (1) To expose the implement of contextual learning approach to improve the students’ mathematics learning outcomes and critical thinking skill; (2) to improve and know the improvement of the students learning outcomes by using contextual learning approach in multiplication and division operation: and (3) to improve and know the improvement of the students in critical thinking skill by using contextual learning approach in multiplication and division operation.

The type of this study is classroom action research. The subject of this research is the students in the third grade of Karangmloko 1 elementary school consist of 30 students. Besides, the object of this study is improving student’s mathematics learning outcomes and knowing the students critical thinking skill. To collect the data, the writer using interview, observation, questionnaire, and giving essay test as instruments. Data analysis which is used of writer is using qualitative and quantitative data.

The steps for using contextual learning approach as follows: (1) relating, (2) eksperiencing, (3) applying, (4) cooperting, and (5) transfering. The improvement of the result is showed in the average at the first condition point 64,51 with percentage completeness is 44,44% improve in the cycle I with the average 76,53 with percentage completeness is 73,33% and in the cycle II the average point 87,2% with percentage completeness is 86,66%. The students critical thinking skill showed, in the first condition, the student’s critical thinking skill is got score 58,17 in the “not critics” criteria, after giving treatment get an improvement become 79,36 in the “adequate critics” criteria, the student’s percentage is adequate critics its showed in the last getting 83,33%.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual” ini dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Serta dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan, seperti keterbatasan waktu, pengetahuan, dan pengalaman. Namun, berkat semangat dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma

3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(14)

xi

5. Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Sumarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Karangmloko 1 yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

7. Ratna Indrayanti, S.Pd. selaku guru kelas III SD Negeri Karangmloko 1 yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian tindakan kelas.

8. Para guru SD Negeri Karangmloko 1 telah memberikan banyak bantuan selama penelitian di sekolah.

9. Teman-teman kelompok skripsi Faisal, Janu, Ibnu, Husein, Ulil, Ardian, Adit, Ambar, Yashinta, Asti, Riza, Upik, Eva, Tesa dan Wulan yang telah berbagi pengetahuan, semangat, dalam proses penyusunan skripsi.

10.Teman-teman PGSD angkatan 2012 khususnya kelas E, yang berjuang dalam suka dan duka selama menumpuh pendidikan di PGSD.

11.Keluarga saya, Bapak Rochmadi, Ibu Juwarti, dan Bima Aramansah yang selalu mendoakan dan memberikan semangat demi kesuksesan dan masa depan saya.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyusun skripsi ini.


(15)

xii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan senang hati kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus menjadi sumber belajar dan meningkatkan pengetahuan yang digunakan sebagai acuan dan pegangan bagi pembaca.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Penulis,


(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G.Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Belajar ... 12

2. Hasil Belajar ... 13


(17)

xiv

4. Matematika ... 22

5. Materi Pembelajaran ... 27

6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual ... 28

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 42

D. Hipotesis Tindakan ... 44

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Setting Penelitian ... 48

1. Tempat Penelitian ... 48

2. Subjek Penelitian ... 48

3. Objek Penelitian ... 48

4. Waktu Penelitian ... 49

C. Persiapan Penelitian ... 49

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 50

1. Siklus I ... 50

2. Siklus II ... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 60

1. Non Tes ... 61

2. Tes... 63

F. Instrumen Penelitian ... 64

1. Pedoman Wawancara... 65

2. Pedoman Observasi ... 66

3. Lembar Kuesioner ... 67

4. Tes Evaluasi ... 69

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 72

1. Validitas ... 72

H. Teknik Analisa Data ... 82

1. Analisis Data Hasil Belajar ... 82

2. Analisis Data kemampuan Berpikir Kritis Kuesioner ... 83


(18)

xv

I. Indikator Keberhasilan ... 94

J. Jawal Penelitian ... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 96

A. Hasil Penelitian ... 96

1. Proses Penelitian ... 96

2. Hasil Belajar ... 112

3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 117

B. Pembahasan ... 139

1. Proses Penerapan Pendekatan Kontekstual ... 140

2. Peningkatan Hasil Belajar... 143

3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 145

BAB V PENUTUP ... 159

A. Kesimpulan ... 159

B. Keterbatasan Penelitian ... 160

C. Saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 162


(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 42

Gambar 3.1 Siklus PTK Model Kemmis dan Mc Taggart. ... 46

Gambar 4.1 Persentase Pencapain Kondisi Awal ... 144

Gambar 4.2 Hasil Pencapaian Nilai Siklus I ... 145

Gambar 4.3 Persentase Pencapaian Siklus I ... 146

Gambar 4.4 Hasil Pencapaian Nilai Siklus II... 147

Gambar 4.5 Persentase Pencapaian Siklus II ... 147

Gambar 4.6 Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar ... 148

Gambar 4.7 Persentase Pencapaian Hasil Belajar ... 149

Gambar 4.8 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis ... 152

Gambar 4.9 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis ... 154


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Berpikir Kritis ... 65

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Proses Pembelajaran ... 66

Tabel 3.3 Lembar Observasi Kemampuan Berpikir Kritis . ... 67

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 68

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kuesioner ... 68

Tabel 3.6 Soal Evaluasi Siklus I ... 69

Tabel 3.7 Soal Evaluasi Siklus II ... 70

Tabel 3.8 Soal Evaluasi Akhir Siklus I dan Siklus II ... 70

Tabel 3.9 Rubik Penskoran Soal Evaluasi ... 72

Tabel 3.10 Kriteria Kelayakan Validasi ... 73

Tabel 3.11 Hasil Validasi Silabus ... 74

Tabel 3.12 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 75

Tabel 3.13 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 77

Tabel 3.14 Hasil Validasi Materi Ajar ... 78

Tabel 3.15 Hasil Validasi Kuesioner ... 79

Tabel 3.16 Hasil Validasi Lembar Evaluasi ... 81

Tabel 3.17 Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) ... 84

Tabel 3.18 Rentang Skor Indikator 1 ... 85

Tabel 3.19 Rentang Skor Indikator 2 ... 86

Tabel 3.20 Rentang Skor Indikator 3 ... 87

Tabel 3.21 Rentang Skor Indikator 4 ... 88

Tabel 3.22 Rentang Skor Indikator 5 ... 89

Tabel 3.23 Rentang Skor Indikator 6 ... 90

Tabel 3.24 Rentang Skor Seluruh Indikator ... 91

Tabel 3.25 Rentang Skor Observasi ... 93

Tabel 3.26 Target Kriteria Keberhasilan ... 94

Tabel 3.27 Jadwal Pelaksanaan Tindakan ... 95

Tabel 4.1 Hasil Ujian Tengah Semester 2014/2015... 112


(21)

xviii

Tabel 4.3 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 114

Tabel 4.4 Data Peningkatan Hasil Belajar Akhir Siklus ... 116

Tabel 4.5 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 1 ... 118

Tabel 4.6 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 2 ... 119

Tabel 4.7 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 3 ... 120

Tabel 4.8 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 4 ... 121

Tabel 4.9 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 5 ... 122

Tabel 4.10 Data Kuesioner Kondisi Awal Siswa Indikator 6 ... 123

Tabel 4.11 Data Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 124

Tabel 4.12 Kondisi Awal Data Kuesioner Berpikir Kritis ... 126

Tabel 4.13 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 1 ... 128

Tabel 4.14 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 2 ... 129

Tabel 4.15 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 3 ... 130

Tabel 4.16 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 4 ... 131

Tabel 4.17 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 5 ... 132

Tabel 4.18 Data Kuesioner Kondisi Akhir Siswa Indikator 6 ... 133

Tabel 4.19 Data Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 134

Tabel 4.20 Kondisi Akhir Data Kuesioner Berpikir Kritis ... 135

Tabel 4.21 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus I ... 137

Tabel 4.22 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siklus II ... 138

Tabel 4.23 Data Peningkatan Hasil Belajar ... 148

Tabel 4.24 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. ... 151

Tabel 4.25 Persentase Jumlah Siswa Yang Minimal Cukup Kritis ... 153

Tabel 4.26 Data Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 155


(22)

xix

LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 165 Lampiran 2 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 168 Lampiran 3 Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 187 Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 220 Lampiran 5 Materi Pembelajaran ... 253 Lampiran 6 Soal Evaluasi Siklus I ... 266 Lampiran 7 Soal Evaluasi Siklus II ... 270 Lampiran 8 Soal Evaluasi Akhir Siklus I dan Siklus II ... 274 Lampiran 9 Daftar Nilai Soal Evaluasi ... 278 Lampiran 10 Data Nilai Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 282 Lampiran 11 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 284 Lampiran 12 Validasi Instrumen Kuesioner ... 291 Lampiran 13 Instrumen Kuesioner Berpikir Kritis ... 300 Lampiran 14 Hasil Kuesioner Awal dan Akhir Kemampuan Berpikir Kritis .. 305 Lampiran 15 Lembar Pengamatan/ Observasi Kemampuan Berpikir kritis .... 324 Lampiran 16 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 326 Lampiran 17 Hasil Wawancara ... 330 Lampiran 18 Foto-Foto Kegiatan ... 333


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Peneliti membahas ketujuh topik tersebut secara berurutan.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan dirinya, sehingga mampu menjadi manusia yang berkualitas dan berpotensi serta mampu bersaing di era globalisasi. Melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pendidikan mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak untuk melahirkan generasi muda yang cerdas dan bermartabat. Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 (dalam sistem pendidikan nasional, pasal 1) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar peserta didik agar lebih aktif untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan tersebut sangat jelas bahwa tujuan utama dari pendidikan adalah membentuk individu yang lebih baik.

Sekolah dasar merupakan sekolah jenjang pendidikan pertama yang mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan dasar, seperti membaca,


(24)

menulis, berhitung, dan keterampilan dasar lainnya. Siswa sekolah dasar mengalami perkembangan dalam tingkat berpikir yang memerlukan stimulus untuk memahami pengetahuan yang diterimanya agar bisa berpikir kritis dalam menerima pengetahuan dan memecahkan suatu masalah, karena dengan berpikir kritis siswa dapat membuat suatu keputusan atau kesimpulan yang masuk akal tentang apa yang mereka yakini atau mereka lakukan. Berpikir kritis adalah suatu kegiatan cara berpikir untuk mencapai suatu tujuan. Berpikir kritis mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, atau menarik kesimpulan dari suatu masalah. Menurut Ennis (dalam Susanto, 2013: 121), berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir dengan tujuan membuat suatu keputusan yang dapat diterima tentang apa yang diyakini atau dilakukan.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang angka dan bilangan (Soedjadi, 2000: 11). Pembelajaran matematika sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari baik secara umum maupun khusus. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah melatih cara berpikir dan nalar siswa dalam menarik kesimpulan serta mengembangkan daya imajinatif, kreatif dan kritis dengan cara membuat prediksi dugaan atau mencoba, sehingga dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Menurut Muhlisrarini (2014: 148) berpendapat bahwa tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk


(25)

meningkatkan keberhasilan dalam mencapai tujuan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika yang ideal, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dalam pembelajaran matematika anak dihadapkan pada realitas kehidupan nyata siswa yang memuat permasalahan matematis.

Dalam kenyataannya sekarang, penguasaan matematika, baik oleh siswa sekolah dasar (SD) hinggasiswa sekolah menengah atas (SMA), selalu menjadi permasalahan besar. Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan bagi siswa. Permasalahan dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika merupakan bukti bahwa selama proses pembelajaran siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pembelajaran. Salah satu materi pelajaran matematika di sekolah dasar yang dianggap sulit dipahami siswa adalah materi tentang perkalian dan pembagaian. Materi perkalian dan pembagian merupakan materi yang saling berpasangan. Materi perkalian dan pembagian juga merupakan salah satu materi yang sulit untuk dipahami siswa dan merupakan materi yang cukup lama proses penanamannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada tanggal 31 Juli 2015, peneliti memperoleh informasi bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup lama proses penanamannya, dimana dijelaskan dalam proses pembelajaran siswa masih sulit menerima materi yang di berikan


(26)

oleh guru. Salah satu mata pelajaran matematika yang pencapaian hasil belajarnya masih rendah adalah tentang perkalian dan pembagian. Diketahui bahwa kriteria kentuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada tahun ajaran 2014/2015 adalah 60. Siswa dikatakan mencapai KKM, jika nilainya mencapai 60 atau lebih. Hasil ujian tengah semester pada mata pelajaran matematika kelas III, semester ganjil pada tahun 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 27 terdapat 12 siswa (44,44%) yang mencapai KKM, sedangkan 15 (55,55%) belum mencapai KKM. Dengan rentang nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 44 dan nilai rata-rata kelas 64,51.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 3 agustus 2015, khususnya pada pelajaran matematika, menunjukkan bahwa penguasan siswa terhadap materi pelajaran matematika masih rendah. Permasalahan dalam belajar matematika ini karena siswa tidak memiliki dorongan belajar sebagai akibat dari pembelajaran yang menekankan pada pemberian materi secara langsung. Permasalahan tersebut menjadikan siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran dan menjadikan banyak siswa yamg memiliki nilai dibawah KKM. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Akibat rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara danobservasi dengan guru kelas III dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas III SD Negeri Karangmloko 1 relatif rendah.


(27)

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berhitung pada materi perkalian dan pembagian dikarenakan pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat satu arah dimana guru sebagai sumber, penyedia, dan pemberi informasi (konvensional), sedangkan siswa hanya mencatat apa yang disampaikan guru. Dengan kata lain, guru masih menggunakan pendekatan teacher centered, artinya guru menjadi sumber dari segala pengetahuan yang akan diterima dan diketahui siswa. Selain itu, guru dalam menjelaskan materi juga belum mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa.

Dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru, terlihat bahwa siswa tidak dihadapkan pada realitas kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematis, dan juga tidak dilatih untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sedangkan kemampuan berpikir kritis memiliki peran penting dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. Apabila siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kritis mengakibakan siswa sulit menerima pengetahuan baru dan sulit memecahkan suatu persoalan dalam pembelajaran matematika. Dimana dalam pembelajaran matematika dibutuhkan kemampuan berpikir kritis untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan matematika.

Dalam mengatasi permasalahan tersebut, guru harus kritis dan kreatif dalam memilih pendekatan pembelajaran yang cocok bagi siswa. Dengan pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa menjadikan hasil


(28)

belajar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Salah satu konsep atau prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui pendekatan yang membawa anak untuk berpikir konkret ke abstrak, yaitu melalui pendekatan pembelajaran kontekstual atau contekstual teaching and

learning. CTL merupakan sebuah sistem belajar yang bertujuan memotivasi

siswa untuk memahami makna materi pelajaran dengan mengkaitkan materi tersebut dan dunia nyata siswa atau dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Nurhadi (dalam Hosnan (2014: 267), CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata siswa dan menghubungkan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1.

2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada materi perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1.


(29)

3. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran siswa kurang menarik bagi siswa sehingga hasil pembelajaran siswa menjadi kurang memuaskan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penulis hanya meneliti siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

2. Objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis matematika.

3. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kontekstual atau

Contekstual Teaching and Learning.

4. Mata pelajaran yang diteliti, yaitu matematika dengan materi perkalian dan pembagian pada SK 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka dan KD 1.3 Melakukan perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangantiga angka.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagi berikut:

1. Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?


(30)

2. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar pada materi perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?

3. Apakah melalui pendekatan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada materi perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian adalah:

1. Memaparkan penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun ajaran 2015/2016?

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konteksual pada materi perkalian dan pembagian kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun 2015/2016?

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi perkalian dan pembagian kelas III SD Negeri Karangmloko 1 semester ganjil tahun 2015/2016?


(31)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis:

Secara teoritis, penelitian ini adalah sarana untuk mengembangkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran dengan mengguakan pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa serta kondisi sekolah.

2. Manfaat Praktis: a.Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran matematika khususnya pada operasi hitung perkalian dan pembagian.

2) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. b. Bagi Peneliti

1) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Penelitian ini merupakan sarana untuk belajar, berlatih,

menerapkan, dan mengembangkan pengetahuan peneliti yang telah berproses dalam penelitian.

3) Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang berpikir kritis. c. Bagi Guru

1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memperkenalkan belajar matematika menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.


(32)

2) Sebagai dasar pemikiran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Bagi Sekolah

1) Dapat menanbah bahan bacaan yang terkait dengan PTK khususnya dalam penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

2) Memberikan inspirasi bagi guru-guru secara umum di sekolah untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar atau penelitian yang sama.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang terjadi dalam diri siswa yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan, analisis, evaluasi, serta nilai dan hasil belajar harus bermakna bagi siswa. Dalam penelitian ini hasil belajar diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran, dan hanya mengukur aspek kognitif saja.

2. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubunganan dengan konsep atau masalah. Berpikir kritis juga merupakan suatu berpikir dengan tujuan membuat suatu keputusan yang masuk akal dan dapat diterima.


(33)

3. Matematika

Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hitungan dan menggunakan bilangan atau angka, serta simbol-simbol matematika untuk memecahkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari.

4. Perkalian

Perkalian merupakan penjumlahan berulang. Contoh: 3 + 3 + 3 = 9

Bentuk 3 + 3 + 3 menunjukkan penjumlahan 3 sebanyak 3 kali. Jadi, 3 + 3 + 3 dapat ditulis menjadi 3 × 3 = 9t

5.Pembagian

Pembagian merupakan pengurangan berulang sampai hasinya 0 (nol). Contoh: 15 ÷ 3 = 5

Jadi, 15 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0 , Berarti 15 ÷ 3 = 5

6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning

Pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning adalah konsep belajar yang membantu guru untuk mengkaitkan

antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata siswa, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.


(34)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas empat topik, yaitu kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Peneliti membahas keempat topik tersebut secara berurutan.

A. Kajian Pustaka 1.Belajar

Pengertian belajar menurut Gagne (dalam Susanto, 2013: 1) adalah suatu proses dimana seseorang dalam belajarnya akan bisa berubah perilakunya akibat dari pengalaman yang dilakukannya. Sedikit berbeda yang dikemukakan Woolfolk dan Nicolish (dalam Hosnan, 2014: 3) berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang ada dalam diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman. Dari kedua tokoh tersebut terdapat persamaan dalam mendefinisikan belajar, yaitu belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dialami seseorang akibat dari pengalaman.

Hilgard (dalam Suyono, 2011: 12) mendefinisikan belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku akan muncul karena adanya respon terhadap situasi. Sedangkan menurut Burton dalam Hosnan (2014: 3), belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri individu akibat adanya interaksi antara individu dengan individu dan lingkungannya, sehingga individu tersebut dapat berinteraksi dengan lingkungannya.


(35)

Adapun pendapat dari Suyono dan Hariyanto (2011: 1), belajar adalah suatu proses yang selalu dilakukan dan dialami oleh manusia sejak manusia masih di dalam kandungan sampai manusia meninggal, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Trianto (2009: 16) bahwa belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya seseorang sejak lahir. Menurut Hilgard (dalam Susanto, 2013: 3), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud adalah perubahan pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku. Perubahan-perubahan tersebut dapat diperoleh seseorang melalui latihan atau pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan manusia untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan atau melalui latihan.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Kunandar (2014: 62) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan kognitif adalah pengetahuan yang mencakup kecerdasan bahasa dan logika siswa. Kemampuan afektif diperoleh siswa dari sikap dan nilai yang mencakup kecerdasan


(36)

emosional, sedangkan kemampuan psikomotor adalah keterampilan yang mencakup kecerdasan kinetis, kecerdasan visual-spasial, dan keserdasan musical. Kemampuan tersebut dapat diperoleh setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar.

Susanto (2013:5) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak setelah anak melewati proses pembelajaran. Brahim (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan skor nilai dari mempelajari materi tersebut. Gagnet (dalam Dahar, 2011: 118) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa baik kemampuan kognitif, sikap, informasi verbal, maupun keterampilan motorik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang terjadi dalam diri siswa yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan, analisis, evaluasi, serta nilai dan hasil belajar harus bermakna bagi siswa. Dalam menciptakan kreatifitas siswa tidak hanya terbatas pada perolehan nilai dari suatu bidang studi, tetapi dapat diperoleh dari belajar yang diikutinya yang menjadi bekal dasar pengalaman belajar berikutnya. Jadi, seorang siswa dikatakan berhasil dalam belajar atau tercapainya tujuan


(37)

pembelajaran, apabila siswa tersebut dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan perubahan perilaku pada dirinya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Gestalt (dalam Susanto, 2013:12) menjelaskan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu siswa dan lingkungan. Pertama berasal dari siswa, artinya hasil belajar itu dipengaruhi oleh kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua berasal dari lingkungan, artinya bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, keluarga, dan lingkungan.

Pendapat lain dikemukakan Wasliman (dalam Susanto, 2013:12) berpendapat bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya, meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor tersebut, yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.


(38)

Selanjutnya pendapat lain yang tidak jauh berbeda mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munandi (2008: 24) dibedakan menjadi 2, yaitu :

1) Faktor Internal

a) Faktor Fisiologis; Secara umum hal yang mempengaruhi kondisi fisologis siswa, seperti kesehatan, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya.

b) Faktor Psikologis; Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda tentunya hal ini sangat berpengaruh dalam proses belajar.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan; Kondisi lingkungan sangat berpengaruh dalam proses belajar dan hasil belajar yang meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

b) Faktor Instrumental; Faktor instrumental berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Ruseffendi (dalam Susanto, 2013:14) yang mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya: kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemamuan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.


(39)

1) Kecerdasan Anak; Kecerdasan anak sangat mempengaruhi terhadap cepat dan lambatnya dalam menerima suatu informasi. Kecerdasan anak juga membantu pengajar untuk menentukan apakah siswa tersebut mampu mengikuti pelajaran atau tidak.

2) Kesiapan atau Kematangan; Kesiapan atau kematangan merupakan tingkat perkembangan dimana individu atau organ tubuh berfungsi dengan sebagaimana mestinya. Kesiapan atau kematangan juga mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

3) Bakat Anak; Bakat anak adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mencapai keberhasilan di waktu yang akan datang. 4) Kemauan Belajar; Kemauan belajar juga mempengaruhi hasil

belajar dimana kemauan yang tinggi dan rasa tanggung jawab berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.

5) Minat; Minat adalah salah satu faktor penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memusatkan perhatiannya terhadap suatu pelajaran memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mempengaruhi hasil yang diinginkan.

6) Model Penyajian Materi Pelajaran; Model penyajian materi pelajaran yang bisa menyenangkan dan tidak membosankan dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

7) Pribadi dan Sikap Guru; Siswa dalam belajar tidak hanya melalui bacaan atau guru, tetapi melalui contoh yang baik dari sikap yang kreatif dan inovatif dalam perilakunya.


(40)

8) Suasana Pengajaran; Suasana pengajaran yang tenang dan aktif diantara siswa dengan guru dapat memberikan nilai positif dalam proses belajar mengajar.

9) Kompetensi Guru; Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan guru yang profesional. Guru yang professional adalah guru yang memliliki kompeten dalam bidangnya dan menguasainya dengan baik.

10) Masyarakat; Dalam pendidikan, lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian siswa.

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Sudjana (dalam Susanto, 2013: 15) mengungkapkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa, yaitu kemampuan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu lingkungan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang memengaruhi hasil belajar siswa, contohnya kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap, kondisi fisik dan kesehatan. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa baik lingkungan maupun non lingkungan, misalnyakeluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor yang terkait dengan penelitian ini sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar dan kemamuan berpikir kritis siswa adalah faktor eksternal dan internal.


(41)

Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sedangkan faktor internal dalam penelitian ini adalah tentang kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karateristik siswa menjadikan siswa mampu untuk berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Berpikir Kritis

a) Pengertian Berpikir Kritis

Susanto (2013: 121) mengatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep atau suatu masalah. Adapun pendapat menurut Johnson (2007: 185), berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan tentang suatu ide dengan percaya diri bahwa ide yang dipaparkan memiliki alasan yang logis dan bukti yang kuat. Pendapat tersebut diperkuat oleh Ennis (dalam Susanto, 2013: 121) bahwa berpikir kritis merupakan suatu bentuk berpikir dengan tujuan memperoleh keputusan yang bisa masuk akal tentang kejadian atau masalah apa yang dilakukan.

Halpen (dalam Susanto, 2013: 122) menambahkan bahwa berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif untuk menentukan suatu tujuan. Berpikir kritis juga merupakan suatu kegiatan mengevaluasi dan mempertimbangkan untuk menarik kesimpulan dalam mengambil keputusan. Pendapat tersebut hampir sama seperti


(42)

yang diungkapkan Anggelo (dalam Susanto, 2013: 122) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah menerapkan kegiatan berpikir tingkat tinggi yang, meliputi menganalisis, mengenal permasalahan, dan pemecahan masalah, menyimpulkan, serta mengevaluasi. Menurut Tapilouw (dalam Susanto, 2013: 122), berpikir kritis adalah cara berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kecerdasan. Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu kegiatan dengan cara berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep atau masalah.

Baron dan Sternberd (dalam Susanto, 2013: 123), berpendapat bahwa ada lima kunci dalam berpikir kritis, yaitu: (1) praktis, (2) relaktif, (3) masuk akal, (4) keyakinan, dan (5) tindakan. Strategi berpikir kritis terdiri dari tiga jenis, yaitu strategi afektif, kemampuan makro, dan keterampilan mikro (Susanto, 2013: 123). Pertama, strategi afektif bertujuan untuk meningkatkan berpikir individu dengan caranya sendiri dan percaya diri. Kedua, kemampuan makro adalah suatu proses dalam kegiatan berpikir, bertujuan untuk menghasilkan suatu keterampilan-keterampilan yang saling terpisah. Ketiga, keterampilan mikro adalah keterampilan yang menekankan pada kemampuan global. Selama proses pembelajaran, guru memiliki peran penting dalam mengembangkan proses berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran.


(43)

b) Indikator Berpikir Kritis

Ennis (dalam Susanto, 2013: 125) mengungkapkan bahwa ada 12 indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir antara lain:

1.Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi; (a) memfokuskan pertanyaan, (b) menganalisis pertanyaan, (c) bertanya dan menjawab tentang sesuatu penjelasan atau tantangan.

2.Membangun keterampilan dasar yang meliputi; (a) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, (b) mengamati dan mempertimbangkan laporan hasil observasi.

3.Menyimpulkan yang meliputi; (a) mendeduksi dan mempertimbngkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (c) membuat dan menentukan nilai pertimbangan.

4.Memberikan penjelasan lebih lanjut yang meliputi; (a) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi dalam tiga dimensi, (b) mengidentifikasi asumsi.

5.Mengatur strategi dan taktik yang meliputi; (a) menentukan tindakan dan (b) berinteraksi dengan orang lain.

Sedangkan menurut Angelo (dalam Achmad, 2007) mengidentifikaasi lima indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu sebagai berikut : (1) Ketrampilan menganalisis, (2) Ketrampilan mensintesis. (3) Ketrampilan mengenal dan memecahkan masalah, (4) Ketrampilan menyimpulkan, (5) Ketrampilan mengevaluasi dan menilai.


(44)

Kemudian Wowo (2012: 198) menambahkan bahwa berpikir kritis terdiri dari beberapa indikator sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan, dan kesimpulan. 2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan. 4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai alasan. 5. Mengamati dan menilai laporan observasi.

6. Menyimpulkan dan menilai keputusan.

7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran (berpikir yang disangka benar). 8. Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuat dan

mempertahankan keputusan.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang indikator kemampuan berpikir kritis tersebuat, kemudian peneliti mencari kesamaan dari indikator-indikator yang sudah dipaparkan diatas. Dari indikator-indikator tersebut kemudian peneliti memilih 6 indikator sebagai fokus penelitian, yaitu (1) menganalisis argumen, (2) mampu bertanya, (3) mampu menjawab pertanyaan, (4) memecahkan masalah, (5) membuat kesimpulan, dan (6) keterampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan. Pemilhan enam indikator tersebut dipilih berdasarkan karateristik siswa dalam pembelajaran kontekstual.


(45)

4. Matematika

Matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang

mempunyai arti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam susanto, 2013: 184). Nasution (1982: 12) mengungkapkan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang mempunyai arti mempelajari.

a. Pengertian Matematika

Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik yang erat hubungannya dengan angka dan bilangan (Soedjadi, 2000: 11). Menurut Susanto (2013: 185), matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol dalam matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Lerner (dalam Agustin, 2011: 47) menambahkan bahwa matematika selain sebagai bahasa simbolis, matematika juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia berpikir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.

Johnson dan Myklebust (dalam Agustin, 2011: 47) mendefinisikan matematika sebagai bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis dan teoritis. Fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif, sedangkan fungsi teoritisnya untuk mempermudah dalam berpikir.


(46)

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian matematika tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari tentang angka dan bilangan serta menggunakan simbol-simbol dalam matematika untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Matematika

Tujuan umum pembelajaran matematika disekolah dasar adalah membentuk siswa agar mampu dan terampil menggunakan matematika (Susanto, 2013:189). Muhlisrarini (2014:148) menambahkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah meningkatkan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Artinya, matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan suatu informasi atau pengetahuan tentang pembelajaran matematika. Soedjadi (2000: 43), menjelaskan ada dua tujuan umum pendidikan matematika, yaitu:

1) Mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan dan perkembangan jaman yang semakin berkebang. Hal tersebut diharapkan agar siswa dapat berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.

2) Mempersiapkan siswa agar bisa menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan khusus pembelajaran matematika di sekolah dasar menurut Susanto (2013: 190) sebagai berikut:


(47)

1) Memahami konsep matematika dengan cara menjelaskan dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, menjelaskan gagasan dan pernyataan tentang matematika

3) Memecahkan suatu masalah, merancang suatu model matematika, dan menganalisa tentang solusi yang diperoleh.

4) Menyampaikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan suatu masalah dalam matematika.

5) Menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat tersebut hampir sama seperti yang diungkapkan Soedjadi (2000: 43) bahwa terdapat empat tujuan khusus dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, diantaranya:

1) Mengembangkan keterampilan dalam berhitung, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mengembangkan kemampuan siswa agar bisa digunakan dalam kegiatan matematika.

3) Mengembangkan kemampuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

4) Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin siswa. Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika secara umum adalah (1) melatih cara berfikir dan nalar siswa dalam menarik suatu kesimpulan, (2) mengembangkan daya imajinatif dan kreatif dengan cara membuat


(48)

prediksi dugaan atau mencoba, (3) mengembangkan kemampuan dalam menyampaikan informasi atau idesecara lisan, dan (4) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Selain itu, tujuan pembelajaran matematika secara khusus di sekolah dasar, yaitu siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari dan bertindak atas dasar pemikiran logis dan kritis.

c. Langkah Pembelajaran Matematika

Heruman (2007: 2) langkah-langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar dibedakan menjadi tiga sebagai berikut:

1) Penanaman konsep dasar, yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika. Dalam pembelajaran konsep dasar ini penggunaan media sangat diperlukan untuk membantu pola pikir siswa.

2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

3) Pembinaan keterampilan adalah pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika.

Berdasarkan pendapat tersebut, langkah-langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Kegiatan penanaman konsep dasar diawali dengan memberikan konsep awal, misalnya menarik perhatian siswa, mengemukakan tujuan pembelajaran, dan


(49)

memunculkan pengetahuan awal. Kegiatan pemahaman konsep, yaitu memberikan pembelajaran lanjutan, misalnya membimbing belajar siswa dan memberikan penguatan materi. Terakhir adalah pembinaan keterampilan agar siswa lebih terampil menggunakan matematika. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran matematika yang dihubungkan dengan pendekatan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran matematika. Penanaman konsep dalam pendekatan pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini adalah dengan mengkaitkan anatara materi yang sedang dipelajari dengan dunia nyata siswa atau dalam kehidupan sehari-hari siswa.

5. Materi Pembelajaran a. Pengertian Perkalian

Heruman (2007: 22) menjelaskan bahwa perkalian sama dengan penjumlahan berulang. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Soedjadi (2000: 38) bahwa perkalian merupakan penjumlahan yang berulang. Jadi, perkalian adalah penjumlahan berulang.

Berikut ini merupakan contoh perkalian:

Ada 3 wadah yang berisi kelereng. Setiap wadah berisi 5 kelereng. Banyak permen seluruhnya dapat dihitung dengan cara:


(50)

Bentuk 5 + 5 + 5 menunjukkan penjumlahan 5 sebanyak 3 kali. Jadi, 5 + 5 + 5 dapat ditulis menjadi 5 × 3 = 15

b. Pengertian Pembagian

Heruman (2007: 26) mengatakan bahwa pembagian adalah lawan dari perkalian. Pembagian juga disebut pengurangan berulang sampai habis atau sampai hasilnya nol.

Berikut ini merupakan contoh soal pembagian: Perhatikan gambar berikut ini!

1 2 3

27 ÷ 3 = 9

Pengurangan berulang oleh bilangan 3 sebanyak 9 kali. 27 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0

Jadi, 27 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 – 3 = 0 , Berarti 27 ÷ 3 = 9

6. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Kata contextual berasal dari kata contex, yang berarti hubungan, konteks, suasana, atau keadaan. Jadi, contextual artinya berhubungan dengan suasana (konteks). CTL (contextual teaching and learning) diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014: 267). Daryanto (2012: 155)


(51)

menjelaskan bahwa CTL adalah suatu konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuan yang dimiliki.

Pendapat tersebut hampir sama seperti yang dikatakan Hamdayama (2014: 51) bahwa CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari penjelasan tersebut, ada kesamaan bahwa pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan suatu konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan siswa.

Siregar (2010: 117) dan Hosnan (2014: 267) menambahkan bahwa CTL adalah konsep belajar yang dilakukan guru dengan cara mengkaitkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan menerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Trianto (2009: 104) menyatakan bahwa CTL merupakan konsep yang membantu guru mengkaitkan konteks mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar bisa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan warga negara.


(52)

Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat Johnson (dalam Hosnan, 2014: 268) bahwa CTL adalah proses pendidikan yang mempunyai tujuan untuk membantu siswa melihat makna di dalam materi yang mereka pelajari dengan cara mengkaitkan materi dengan konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa CTL (contextual teaching and learning) adalah suatu konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa.

b. Langkah atau TahapanPendekatan Pembelajaran Kontekstual

Hamdayama (2014: 51) proses pembelajaran kontekstual terdiri dari delapan komponen sebagai berikut:

1)Membangun hubungan yang bermakna (relating); Siswa menghubungkan apa yang dipelajari di sekolah dengan pengalamannya sendiri, kejadian dirumah, media massa, atau yang lainnya, sehingga siswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna.

2)Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing); Ada beberapa langkah guru dalam mengaitkan meteri dengan konteks kehidupan siswa, diantaranya (a) mengkaitkan pelajaran dengan sumber yang berhubungan dengan kehidupan siswa, (b) menggunakan sumber dari


(53)

bidang lain, (c) mengkaitkan berbagai macam pelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, dan (d) belajar melalui kegiatan sosial. 3)Belajar secara mandiri; Setiap anak memiliki kemampuan yang

berbeda, sehingga siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri sesuai dengan kondisi siswa masing-masing.

4)Kolaborasi (cooperating); Mendorong siswa untuk berkerjasama dengan teman atau didalam kelompok.

5)Berpikir kritis dan kreatif (applaying); Mendorong siswa agar bisa berpikir kritis dan kreatif serta menerapkan dalam dunia nyata siswa. 6)Mengembangkan potensi individu (transfering); Memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi atau bakat yang dimiliki.

7)Standar pencapaian yang tinggi; Dengan standar pencapaian yang tinggi, maka akan memacu siswa untuk berusaha lebih baik.

8)Asesmen yang autentik; Pencapaian hasil belajar diukur dengan asesmen autentik yang mampu menyediakan informasi mengenai kualitas pendidikan.

Dari delapan tahapan atau langkah pendekatan kontekstual kemudian peneliti memilih atau memfokuskan langkah-langkah dalam pendekatan pembelajaran kontekstual menjadi 5, yaitu: (1) Relating, (2)


(54)

c. Komponen Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Prinsip pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran. Menurut Trianto (2009: 111) tujuh komponen tersebut antara lain :

1) Konstruktivisme (Contructivism)

Salah satu landasan teoritis pendidikan moderen termasuk CTL adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahun mereka melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai pada pembelajaran siswa aktif. Sebagian besar proses belajar mengajar dengan berbasis pada aktivitas siswa.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dipikiran mereka sendiri. Pada teori konstruktivisme, siswa menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif selama proses belajar dan mengajar. 2) Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa


(55)

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam hal ini, tugas guru adalah merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya adalah strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam proses pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam sebuah pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna untuk (1) menggali informasi baik administrasi maupun akademis, (2) mengecek pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (6) memfokuskan perhatian siswa, (7) membangkitkan pertanyaan dari siswa yang lebih banyak, dan (8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil pembelajaran diperoleh dari berbagi antarteman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu. Hal ini menimbulkan komunikasi dua arah dan saling memberikan informasi satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa membentuk kelompok kerja yang anggotanya bersifat heterogen,baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun bakat dan


(56)

minatnya. Dalam kerja kelompok, siswa saling membelajarkan, misalnya siswa yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar dan siswa yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

5) Pemodelan (Modeling)

Selama proses pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan harus ada model yang ditiru. Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru bukan sepenuhnya model. Pemodelan dirancang dengan melibatkan siswa secara langsung berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan kembali aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, pengalaman belajar akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya atau menambah pengetahuan yang baru.

7) Penilaian Autentik (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai macam data yang

dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaiannya pada penyelesaian tugas


(57)

yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan berdasarkan proses dan hasil.

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hosnan (2014: 369) bahwa pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama, sebagai berikut:

1) Kontruktivisme (Contructivism); Kontruktivisme merupakan proses pembelajaran membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang dimiliki seseorang.

2) Menemukan (Inquiry); Inquiry merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui berpikir secara sistematis. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion)

3) Bertanya (Questioning); Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari kegiatan bertanya. Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon kepada siswa, mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, memunculkan banyak pertanyaan dari siswa, dan menyegarkan kembali pengetahuan siswa.


(58)

4) Masyarakat Belajar (Learning Community); Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar tersebut dapat diperolah dari orang lain, teman, kelompok, dan sumber lain. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5) Pemodelan (Modelling); Pemodelan pada dasarnya membahasakan apa yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan mendatangkan dari luar.

6) Refleksi (Reflection); Refleksi adalah cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh dihari itu.

7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment); Penilaian nyata adalah penilaian yang berkenaan dengan seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi penilaian sikap, pengetahuan, keterampilan, penilaian selama proses pembelajaran, penilaian melalui tes dan non tes, dan penilaian portofolio.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tujuh komponen utama dalam pendekatan pembelajaran kontekstual sesuai dengan pendapat dari


(59)

para ahli diatas. Tujuh komponen tersebut meliputi; (1) Kontruktivisme

(Contructivism), (2) Menemukan (Inquiry), (3) Bertanya (Questioning), (4)

Masyarakat Belajar (Learning Community), (5) Pemodelan (Modelling), (6) Refleksi (Reflection), (7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment). Serta dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Relating, (2) Eksperiencing, (3) Applying,(4) Cooperting, dan (5) Transfering.

d. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

Hosnan (2014: 279) mengungkapkan kelebihan dan kelemahan pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1) Kelebihan pendekatan pembelajaran kontekstual

a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill. Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Siswa mengabungkan materi yang telah didapat dengan kehidupan nyata siswa. Kemudian materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar ”mengalami” bukan


(60)

2) Kelemahan pendekatan pembelajaran kontekstual

a) Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam pembelajaran kontekstual. Guru berperan sebagai mengelola kelas dalam sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan baru bagi siswa. Jadi peran guru bukan sebagai penguasa yang memaksa kehendak siswa, melainkan peran guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide yang mereka miliki dan mengajak siswa agar bisa dengan sadar menggunakan strategi sendiri dalam belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya tentang pendekatan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learningadalah sebagai berikut:

Penelitian pertama dilakukan oleh Erna Nurmaningsih (2009) dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian

Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri Bendo

Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan kontekstual siswa kelas III SDN


(61)

1 Bendo, dan memaparkan cara penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SDN 1 Bendo. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Bendo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai yang diperoleh siswa dari data awal tes siswa 42,72, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 70,45, dan dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 82,72. Dengan persentase ketuntasan pada awal sebelum dilakukan tindakan hanya 36,36%, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 81,82%, dan dilanjutkan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuan menghitung perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SDN 1 Bendo Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada tahun ajaran 2009/2010.

Penelitian kedua dilakukan oleh Ahdi pada tahun 2013 yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual Di Kelas IV SDN 15 Emberas Tayan Hilir”.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran dengan pendekatan kontekstual di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 15 Emberas Tayan Hilir. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 15 Emberas Tayan Hilir. Subjek


(62)

penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 15 Emberas Tayan Hilir. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan bentuk penelitian tindakan kelas (PTK) melalui langkah-langkah merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor nilai rata-rata siklus I perencanaan pembelajaran adalah 2,60 dan meningkat pada siklus II menjadi 3,58. Kemampuan guru melaksanakan pembalajaran dari rata-rata nilai siklus I, yaitu 2,89 meningkat menjadi 3,77. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I adalah 54,61 meningkat menjadi 66,15 pada siklus II. Dengan jumlah siswa yang tuntas pada siklus I berjumlah 6 siswa dari 13 siswa pada siklus II dari 13 siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi hitung campuran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 15 Embars Tayan Hilir.

Penelitian ketiga ditulis oleh Nur Prafitriani (2014) yang berjudul

“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kontekstual dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika di kelas IV A SD Negeri Margoyasan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Margoyansan dengan subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV A SD Negeri Margoyasan yang berjumlah 17 siswa, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas


(63)

(PTK) atau Classroom Action Resarch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian hasil analisis prates sampai akhir siklus II menunjukkan adanya peningkatan. Dari hasil prates ke siklus I naik sebesar 17% dari kondisi awal 60% menjadi 77%. Kemudian pada siklus I ke siklus II naik 3% dari 77% menjadi 80%. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model tersebut berhasil. Dapat dibuktikan dengan persentase ketuntasan siswa dalam kemampuan berpikir kritis telah memenuhi 88% siswa memenuhi KKM dengan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematika pada kategori baik dengan persentase sebesar 80%.

Penelitian ini membahas tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam penelitian ini diharapkan ada peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu terlihat adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Dari ketiga penelitian yang relevan dua diantaranya membahas tentang peningkatan hasil belajar, dan satu diantaranya membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan penelitian terbaru yang akan dilakukan peneliti adalah tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemudian dari ketiga penelitian yang relevan diatas digunakan peneliti sebagai pendukung dalam penelitian ini, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Berikut ini merupakan bagan dari penelitian yang relevan:


(64)

Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan

C.Kerangka Berpikir

Matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hitungan dan menggunakan bilangan atau angka, serta simbol-simbol matematika untuk memecahkan permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Susanto (2013: 185), matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang berisi bilangan-bilangan serta simbol-simbol dalam matematika yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari pembelajaran matematika adalah untuk menyelesaikan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.

Erna Nurmaningsih

(2009) “Peningkatan

Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian

Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa

Kelas III SD Negeri Bendo Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran

2009/2010”.

Ahdi (2013)

“Peningkatan hasil

belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan

pendekatan kontekstual di kelas IV SDN 15 Emberas

Tayan Hilir”.

Nur Prafitriani (2014)

“Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematikapada

siswa kelas IVA SD

Negeri Margoyasan”

Yang akan diteliti dalam penelitian ini: Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Tahun Pelajaran 2015/2016.


(1)

332

No Pertanyaan Wawancara Jawaban

12 Bagaimana jika siswa dihadapkan pada materi (soal cerita) ?

Masih kurang bisa memahami, siswa masih merasan kebinggungan dalam menerima soal cerita.

13 Apakah siswa bisa menemukan cara sendiri untuk menjawab soal cerita?

Tidak bisa, karena pada dasarnya siswa belum bisa memahami materi.

14 Apakah pernah menerapkan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika?

Pernah tetapi belum secara maksimal cara pengajarannya. 15 Bagaimana proses pembelajaran

matematika pada materi perkalian dan pembagian?

Siswa masih sulit memahami materi tersebut, Terkadang sudah menggunakan media contohnya menggunakan kelereng, krikil, jarimatika.

16 Apakah dalam pembelajaran matematika materi perkalian dan pembagian nilai siswa sudah mencapai diatas KKM?

Belum, masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah(KKM 60).

17 Berapa nilai tertinggi dan berapa nilai terendah pada saat ulangan khususnya pada materi perkalian dan pembagian?

Nilai tertinggi mencapai 100, terendah 40.


(2)

LAMPIRAN 18


(3)

334

Guru menjelaskan materi

Guru menjelaskan materi


(4)

Menjelaskan materi menggunakan media Siswa mencoba menggunakan media


(5)

336

Berdiskusi Kelompok Berdiskusi Kelompok

Mengerjakan Soal Mengerjakan Soal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Frengki Widiyatmoko lahir di Magelang pada tanggal 24 Juli 1993. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Peneliti menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Dukun IV pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Dukun lulus pada tahun 2009. Melanjutkan di SMA Negeri 1 Dukun lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Kuguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Di akhir masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma menulis skripsi dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas III SD Negeri Karangmloko 1 Pada Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual”.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III

0 6 107

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian Dan Pembagian Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V SDN 04 Plumbon Tahun 2012/ 2013.

0 0 13

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung.

0 1 232