Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran

Problem Based Learning SD Kanisius Klepu

Oleh

Yashinta Puji Lestari (121134103) Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Kanisius Klepu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan soal uarian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan siswa; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mngevaluasi proses pemecahan masalah; 2) Pembelajaran tipe PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kondisi awal 63,33 meningkat pada siklus I 74,09 dan pada siklus II sebesar sebesar 79,38. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 65, presentase siswa yang tuntas sebesar 50%, lalu pada siklus I menjadi 76%, dan meningkat menjadi 80% pada siklus II; 3) Peningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dari kondisi awal sebesar 56,20 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 8% dan termasuk kriteria tidak kritis meningkat pada akhir siklus menjadi 65,28 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 48% dan termasuk kriteria cukup kritis.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, hasil belajar, berpikir kritis, Problem Based


(2)

ABSTRACT

The improvement of learning outcome and critical thinking skill in Matematics for grade III in multiplication and division material through

problem based learning in Kanisius Klepu Elementary School

By:

Yashinta Puji Lestari (121134103) Sanata Dharma University 2016

This study was conducted because of the low learning outcome and critical thinking skill in Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School. The objective of this study is to describe the implementation of Problem Based Learning and improve the learning outcome and critical thinking skill in Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School.

This study employed Action Research with some steps including planning, implementation, observation, and reflection. The participants of this study were 25 students of third grade in Kanisius Klepu Elementarys School. The instruments utilized in this study were observation sheets, questionnaires sheets, and Math problems. The data was collected through conducting observation, distributing questionnaires and conducting tests.

The result of the study showed that:1) The PBL steps consisted of (1) students’ problem orientation, (2) organizing students to study, (3) guiding students’ observation, (4) developing and presenting the learning outcome, (5) analyzing and evaluating the process of problem solving. 2) PBL could improve the learning outcome in Math with initiate class average score 63,33, in cycle I improved until 74,09, and in cycle II it improved again until 79,38. The percentage of students who passed was 50%. In the cycle I, the percentage improved into 76%, and in cycle II it improved again until 80%; 3) PBL could improve the students’ critical thinking skill in Math started from 56,20 with a minimum percentage of students iscritical enugh 8% as the value average initiated condition categorized as uncritical to 65,28 with a minimum percentage of students iscritical enugh 48% at the end of the cycle categorized as critical enough.

Keywords: Action Research, learning outcome, critical thinking, Problem Based Learning (PBL)


(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SD KANISIUS KLEPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yashinta Puji Lestari NIM 121134103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SD KANISIUS KLEPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yashinta Puji Lestari NIM 121134103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Sumber kekuatan dan harapanku

Ibu dan Bapak tercinta

Ibu Anastasia Boni dan Antonius Wagita

yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan yang tak berkesudahan

Kakak-kakakku Christina Reni Nuryanti-Fransiskus Arito dan Maria Susi Dwi Martanti-Rafael Agung Kurniawan serta keponakanku Michelina Velda Adeline

Kurniawan yang selalu memberikan semangat yang luar biasa. Keluarga Tonorejo dan Martowiharjo yang mendoakan selalu.

Teman dekat dan sahabat-sahabat yang selalu memberi penghiburan Ambar, Asti, Vega, Dewi Utari, Desti, Yosafat, Christo, Solihin, Dewi Septiani, Tyas, Vita dan

Kristin serta teman-teman kelas D 2012

Teman-teman payung, Ambar, Asti, Riza, Wulan, Upik, Eva, Tesa, Frengky, Ibnu, Husein, Ardian, Adit, Ulil, Faisal, Janu, serta semua pihak yang

mendukung.


(8)

MOTTO

If There Is A Will There Is A Way

You Will When You Believe

“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu” -Lukas 1:38-

“Karena Masa Depan Sungguh Ada, Dan Harapanmu Tidak Akan Hilang”


(9)

23:18-PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Februari 2016 Penulis


(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yashinta Puji Lestari

Nomor Induk Mahasiswa : 121134103

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING SD KANISIUS KLEPU

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Februari 2016 Yang menyatakan,


(11)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran

Problem Based Learning SD Kanisius Klepu

Oleh

Yashinta Puji Lestari (121134103) Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Kanisius Klepu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mendiskripsikan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar dan (3) meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, lembar observasi dan soal uarian. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Langkah-langkah pembelajaran PBL adalah sebagai berikut: (1) Orientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan siswa; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mngevaluasi proses pemecahan masalah; 2) Pembelajaran tipe PBL dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada kondisi awal 63,33 meningkat pada siklus I 74,09 dan pada siklus II sebesar sebesar 79,38. Pencapaian KKM mengalami peningkatan dari kondisi awal 65, presentase siswa yang tuntas sebesar 50%, lalu pada siklus I menjadi 76%, dan meningkat menjadi 80% pada siklus II; 3) Peningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika dari kondisi awal sebesar 56,20 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 8% dan termasuk kriteria tidak kritis meningkat pada akhir siklus menjadi 65,28 dengan persentase siswa minimal cukup kritis 48% dan termasuk kriteria cukup kritis.

Kata Kunci: penelitian tindakan kelas, hasil belajar, berpikir kritis, Problem Based


(12)

ABSTRACT

The improvement of learning outcome and critical thinking skill in Matematics for grade III in multiplication and division material through

problem based learning in Kanisius Klepu Elementary School

By:

Yashinta Puji Lestari (121134103) Sanata Dharma University 2016

This study was conducted because of the low learning outcome and critical thinking skill in Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School. The objective of this study is to describe the implementation of Problem Based Learning and improve the learning outcome and critical thinking skill in Matematics of grade III in Kanisius Klepu Elementary School.

This study employed Action Research with some steps including planning, implementation, observation, and reflection. The participants of this study were 25 students of third grade in Kanisius Klepu Elementarys School. The instruments utilized in this study were observation sheets, questionnaires sheets, and Math problems. The data was collected through conducting observation, distributing questionnaires and conducting tests.

The result of the study showed that:1) The PBL steps consisted of (1) students’ problem orientation, (2) organizing students to study, (3) guiding students’ observation, (4) developing and presenting the learning outcome, (5) analyzing and evaluating the process of problem solving. 2) PBL could improve the learning outcome in Math with initiate class average score 63,33, in cycle I improved until 74,09, and in cycle II it improved again until 79,38. The percentage of students who passed was 50%. In the cycle I, the percentage improved into 76%, and in cycle II it improved again until 80%; 3) PBL could improve the students’ critical thinking skill in Math started from 56,20 with a minimum percentage of students iscritical enugh 8% as the value average initiated condition categorized as uncritical to 65,28 with a minimum percentage of students iscritical enugh 48% at the end of the cycle categorized as critical enough.

Keywords: Action Research, learning outcome, critical thinking, Problem Based Learning (PBL)


(13)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada peneliti, sehingga skripsi yang berjudul

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kepala Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakil Kepala Program

Studi PGSD.

4. Drs. P. Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik. 7. A. Yance Eko Sutopo selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu yang

telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

8. Yuliana Ika Ristanti, S.Pd. selaku guru kelas III SD SD Kanisius Klepu yang telah membantu dalam melakukan validasi dan membantu selama penelitian berlangsung di sekolah.

9. Seluruh siswa kelas III SD Kanisius Klepu yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

10.Kedua orang tuaku, Anastasia Boni dan Antonius Wagita yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan.

11.Kakak-kakakku Mbak Reni – Mas Frans dan Mbak Susi – Mas Agung serta Velda yang selalu memberikan semangat.


(14)

12.Teman dekat dan sahabat-sahabatku Ambar, Asti, Vega, Dewi Utari, Desti, Yosafat, Christo, Solihin, Dewi Septiani, Tyas, Vita, dan Kristin, serta semua teman-teman kelas D 2012 yang selalu memberikan semangat. 13.Teman-teman skripsi payung Ambar, Asti, Riza, Wulan, Upik, Eva, Tesa,

Frengky, Ibnu, Husein, Ardian, Adit, Ulil, Faisal dan Janu yang telah memberikan motivasi, inspirasi, ide dan dukungannya.

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 19 Februari 2016

Peneliti

Yashinta Puji Lestari


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G.Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Belajar ... 10

2. Hasil Belajar ... 11

3. Berpikir Kritis ... 13

4. Matematika ... 16

5. Materi Pembelajaran ... 16

6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 17

B. Penelitian Yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 33

1. Tempat Penelitian ... 33

2. Subjek Penelitian ... 33

3. Objek Penelitian ... 33

C. Persiapan ... 33

D. Rencana Tindakan ... 34

1. Tindakan Siklus I ... 34

2. Tindakan Siklus II ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Wawancara ... 40


(16)

3. Kuesioner ... 41

4. Tes ... 41

5. Dokumen Foto ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 42

1. Lembar Wawancara ... 43

2. Lembar Kuesioner ... 44

3. Lembar Observasi ... 45

4. Soal Tes ... 46

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 47

H. Teknik Analisa Data ... 49

1. Kuesioner Berpikir Kritis ... 50

2. Observasi ... 55

3. Hasil Belajar ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Proses Penelitian ... 58

2. Penjelasan Proses Pembelajaran ... 59

3. Hasil Belajar ... 69

4. Kemampuan Bepikir Kritis ... 76

5. Hasil Observsi Berpikir Kritis ... 85

B. Pembahasan ... 91

1. Penerapan Problem Based Learning (PBL) ... 91

2. Hasil Belajar ... 92

3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 92

4. Hasil Observasi ... 94

BAB V PENUTUP ... 96

A. Kesimpulan ... 96

B. Keterbatasan Penelitian ... 97

C. Saran ... 98

DAFTAR REFERENSI ... 99

LAMPIRAN ... 100


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Yang Relevan ... 25

Gambar 3.1 Skema Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... 28

Gambar 4.1 Diagram Presentase Pencapain KKM ... 71


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Indikator Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis ... 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Siklus I ... 46

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Siklus II ... 46

Tabel 3.6 Kriteria PAP I... 47

Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Instrumen ... 48

Tabel 3.8 Hasil Penghitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 48

Tabel 3.10 PAP I ... 49

Tabel 3.11 Rentang Skor Indikator 1 ... 50

Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 51

Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 52

Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 53

Tabel 3.15 Keseluruhan Indikator ... 54

Tabel 3.16 Kriteria Observasi ... 54

Tabel 3.17 Rentang Observasi ... 55

Tabel 3.18 Indikator Keberhasilan ... 56

Tabel 3.19 Jadwal ... 58

Tabel 4.1 Nilai Kondisi Awal Siswa ... 70

Tabel 4.2 Nilai Evaluasi Siklus I ... 72

Tabel 4.3 Nilai Evaluasi Siklus II ... 73


(19)

Tabel 4.5 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 76

Tabel 4.6 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 78

Tabel 4.7 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 79

Tabel 4.8 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 80

Tabel 4.9 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 81

Tabel 4.10 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 82

Tabel 4.11 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 83

Tabel 4.12 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 84

Tabel 4.13 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 85

Tabel 4.14 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Siswa ... 86

Tabel 4.15 Skor keseluruhan Indikator Kondisi Akhir ... 87

Tabel 4.16 Skor Kemampuan Berpikir Kritis Akhir Siklus II ... 88

Tabel 4.17 Peningkatan Nilai Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis ... 89

Tabel 4.18 Hasil Observasi Berpikir Kritis ... 90

Tabel 4.19 Perbandingan Pencapaian Penelitian ... 92


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 101

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 102

Lampiran 3 Silabus ... 103

Lampiran 4 RPP ... 109

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 160

Lampiran 6 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 1 ... 161

Lampiran 7 Soal Evaluasi Akhir ... 162

Lampiran 8 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 163

Lampiran 9 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 167

Lampiran 10 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 168

Lampiran 11 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 169

Lampiran 12 Kisi-kisi Kuesioner ... 178

Lampiran 13 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 179

Lampiran 14 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 182

Lampiran 15 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 185

Lampiran 16 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 186

Lampiran 17 Pedoman Observasi ... 187

Lampiran 18 Hasil Wawancara ... 188

Lampiran 19 Foto Kegiatan ... 191


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika diajarkan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, misalnya kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan, teknologi dan untuk hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari. Karena pentingnya matematika bagi kehidupan manusia, matematika perlu diajarkan di semua jenjang dan jenis sekolah (Runtukahu & Kandou, 2014: 15). Tujuan diajarkannya pembelajaran matematika dasar lebih mengacu pada fungsi matematika itu sendiri sebagai alat, pola pikir, dan ilmu pengetahuan serta tujuan pendidikan nasional. (Runtukahu & Kandou, 2014: 16). Pembelajaran matematika lebih dikhususkan pada operasi hitung bilangan yang menghadirkan masalah matematika dan melatih siswa untuk berpikir menghadapi realitas kehidupan nyata. Pengertian matematika sendiri menurut Johnson dan Rising (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 28) adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Selain itu matematika adalah bahasa symbol tentang baerbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat.


(22)

Purnomo (2015: 5) menerangkan bahwa guru memiliki peran vital dalam membangun pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Guru harus kaya akan pengetahuan tentang isi yang akan diajarkan dan bagaimana membelajarkannya. Menurut Kamli (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 16) pembelajaran matematika dasar dimulai dari berbagai kegiatan fisik, seperti menghitung dan mengelompokkan objek-objek.Sumber belajar bukan kegiatan fisik yang dilakukan anak, melainkan penciptaan hubungan-hubungan dan pola-pola dalam pemikiran anak.Dalam proses pembelajaran matematika, siswa dihadapkan pada sebuah masalah-masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak akan lebih mudah memahami pembelajaran yang disampaikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.Hasil belajar yang dicapai oleh siswa tentu saja melalui keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.Dalam hal ini keterampilan berpikir yang dimaksud adalah keterampilan berpikir kritis.Berdasarkan hasil wawancara yang sudah peneliti lakukan, kemampuan berpikir kritis siswa di SD Kanisius Klepu belum begitu terlihat.Kebanyakan siswa hanya sekedar menerima pembelajaran dari guru.Padahal untuk mendapatkan hasil yang baik diperlukan keterampilan berpikir yang baik pula.Oleh sebab itu para pendidik tertarik untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan ini. Norris dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4) menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Sedangkan menurut Paul, Fisher dan Nosich (dalam Fisher, 2008: 4) berpikir kritis adalah mode berpikir –


(23)

mengenai hal, substansi atau masalah apa saja – dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas III di SD Kanisius Klepu, diperoleh informasi tentang hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian pada materi perkalian dan pembagian.KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika di SD Kanisius Klepu pada tahun ajaran 2014/2015 adalah 60. Siswa dikatakan mencapai KKM jika nilai yang didapatkan mencapai 60 keatas. Hasil ulangan harian yang telah dilakukan pada mata pelajaran matematika dengan materi perkalian dan pembagian kelas III menunjukkan bahwa dari 24 siswa ada 12 siswa (50%) yang sudah mencapai KKM, sedangkan 12 siswa (50%) belum mencapai KKM dengan nilai rata-rata adalah 63,3.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan khususnya pada pelajaran matematika menunjukkan bahwa guru hanya sekedar menjelaskan materi yang disampaikan kemudian memberikan tugas untuk dikerjakan serta memberikan pekerjaan rumah setelah selesai pembelajaran. Proses pembelajaran yang terjadi sekarang-sekarang ini terutama pembelajaran pada mata pelajaran matematika cenderung kurang bervariasi sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar para siswa. Rendahnya hasil belajar tersebut bisa dijadikan sebagai bukti bahwa para siswa masih merasa kesulitan untuk menerima materi dalam pembelajaran matematika.Salah satu penyebab rendahnya kemampuan berhitung adalah pembelajaran yang


(24)

diterapkan oleh guru belum tepat. Menurut Soesilowati (2001: 21) belajar menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dan merupakan proses yang cukup menyakitkan bagi kebanyakan anak karena kita tidak tahu proses belajar yang benar, kita tidak pernah belajar, diajar atau mengajarkan cara belajar yang benar dan gaya mengajar tidak sejalan dengan gaya belajar.

Dari masalah-masalah yang dipaparkan diatas, penulis menganggap bahwa model pembelajaran yang inovatif sangat berperan penting dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran. Salah satu indikator untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa didalam kelas.Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru untuk siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan ukuran kualitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Siswa sering mengeluh ketidakpuasannya terhadap perolehan hasil belajar. Beberapa merasa mampu, siap dalam ujian dan belajar sungguh-sungguh dalam usahanya namun memperoleh hasil belajarnya rendah (Purwanto, 2009).

Model pembelajaran sebagai pendukung proses pembelajaran sangat perlu untuk diterapkan. Guru dituntut supaya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan media-media atau model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang berhubungan denganrealita kehidupan untuk dapat menemukan masalah, memaknai masalah dan dapat menyelesaikannya. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran


(25)

PBL merupakan metode instruksional yang menantang agar “belajar untuk

belajar”, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah

yang nyata. Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009: 21) memaparkan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang didalamnya dirancang masalah-masalah yang menuntut para pemelajar untuk mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa PBL bercirikan sebuah masalah.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, peneliti membuat penelitian untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis matematika agar siswa dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang diinginkandengan menggunakan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL) berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berfikir Kritis

Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu untuk membantu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang muncul diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang ada:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian pada siswa kelas III SD Kanisius Klepu


(26)

2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pda materi perkalian dan pembagain pada siswa kelas III SD Kanisius Klepu

3. Pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa sehingga menyebabkan hasil belajar siswa kurang memuaskan.

C. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran Matematika tentang materi Perkalian dan Pembagian di SD Kanisius Klepu.Objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam upayameningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa kelas III pada mata pelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu.

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu? 3. Bagaimana penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning


(27)

pelajaran matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu?

E. Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan dan mengetahui gambaran penerapan model pembelajaran Problem Based Learning(PBL) untuk meningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika tentang materi perkalian dan pembagain di SD Kanisius Klepu.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu dengan menggunakan pembelajaran tipe Problem

Based Learnin (PBL)

3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu dengan menggunakan pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL).

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan motivasi pembelajaran inovatif pada mata pelajaran matematika sekolah dasar yang sesuai dengan karakter siswa dan kondisi sekolah.


(28)

a. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah untuk menambah keterampilan guru dalam mengajar siswa-siswi dengan model pembelajaran yang menarik dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa.

b. Bagi Siswa

Dengan penerapan pembelajaran inovatif, siswa bisa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang di sampaikan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti sehingga peneliti dapat memiliki pandangan yang luas tentang metode mengajar dan model pembelajaran yang menarik.

G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan soal evaluasi.

2. Berpikir Kritis

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, berpikir kritis adalah sebuah pemikiran atau kemampuan menalar yang terarah, jelas dan reflektif


(29)

terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan suatu masalah, mengambil sebuah keputusan dan menganalisis asumsi.

3. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah yang berkaitan dengan dunia nyata, kemudian pemelajar atau peserta didik secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi perbedaan pengetahuan mereka.Para peserta didik mempelajari dan mencari sendiri materi yang berkaitan dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah tersebut.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Belajar

Menurut Anton (dalam Mufarrokah, 2009: 12) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Batasan ini sering terlihat pada kenyataan disekolah-sekolah bahwa guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat melakukannya. Menurut Usman (dalam Mufarrokah, 2009: 12) belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Belajar menurut King Sley (dalam Mufarrokah, 2009: 13) adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. Sedangkan yang dimaksud pengalaman dalam proses belajar tidak lain adalah interaksi individu dengan lingkungannya.

Slameto (2003: 2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Witherington (dalam Siregar & Nara, 2010: 4) menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian.


(31)

Berdasarkan pendapat para ahli, belajar adalah proses perubahan untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, merubah perilaku melalui pengalaman dengan lingkungan dan latihan-latihan. 2. Hasil Belajar

Menurut Gagne (dalam Purwanto, 2009: 42) hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Menurut Majid (2014: 27) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained) (Purwanto, 2009: 45). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, tes hasil belajar sebagai untuk mengukur hasil belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku (Purwanto, 2009: 45)

Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam aspek kognitif, Bloom menyebutkan enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengertian, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses belajar ditandai dengan


(32)

perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Proses perubahan dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai pada yan paling kompleks yang bersifat pemecahan masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar (Daryanto dan Rahardjo, 2012:27)

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri siswa sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan. Faktor psikologis ini meliputi:

1) Faktor intelektual yang terdiri atas:

a) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat. b) Faktor aktual, yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

2) Faktor non intelektual, merupakan komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.

c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal ialah:


(33)

1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah c) Faktor lingkungan masyarakat d) Faktor kelompok

2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Faktor-faktor diatas saling berhubungan dan saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang.

Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan hasil belajar siswa yang terdiri dari tiga macam hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dipengaruhi dari faktor internal atau eksternal sesuai dengan tujuan pengajaran yang dicapai.

3. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (dalam Fisher, 2008: 4) adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Menurut Sukmadinata (2004) berpikir kritis adalah


(34)

suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan, memberikan keyakinan, menganalisis asumsi, dan pencarian ilmiah. Sedangkan menurut Glaser (dalam Fisher, 2008: 4) berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan atau mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif.

Johnson (2010: 183) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, berpikir kritis adalah sebuah pemikiran atau kemampuan menalar yang terarah, jelas dan reflektif terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan suatu masalah, mengambil sebuah keputusan serta menganalisis asumsi.

b. Keterampilan dalam Berpikir Kritis

Beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat penting, khususnya bagaimana: mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan


(35)

gagasan-gagasan; menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya; menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan-penjelasan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat keputusan-keputusan; menarik inferensi-inferensi; menghasilkan argumen-argumen (Fisher, 2008: 8)

c. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7) ciri-ciri berpikir kritis yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai pernyataan-pernyataan, (h) mengenal sebab akibat suatu masalah, (i) menarik kesimpulan, (j) menguji kebenaran pendapat orang lain, dan (k) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil 4 indikator kemampuan berpikir kritis menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7) seperti yang disebutkan diatas, yaitu mengenal masalah, menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, menganalisis data dan mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah.


(36)

4. Matematika

Matematika menurut Nasution (dalam Agustin 2011: 47) yang diuraikan bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Menurut Agustin (2011: 46) pada hakikatnya, matematika tidak hanya sebatas persoalan hitung menghitung. Cakupan matematika jauh lebih luas dari persepsi orang kebanyakan.

Matematika merupakan pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Learner (dalam Abdurahman 2003: 252) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.

Berdasarkan paparan para ahli diatas, matematika adalah pola pikir menggunakan logika yang memungkinkan manusia untuk berpikir tentang teori atau sifat yang telah dibuktikan kebenarannya yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran matematika yang digunakan dalam peneitian ini adalah materi tentang perkalian dan pembagian.


(37)

a. Pengertian Perkalian

Perkalian merupakan penjumlahan berulang b. Pengertian Pembagian

Pembagian merupakan pengurangan berulang 6. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) pertama kali digunakan di

perguruan tinggi dalam perkuliahan medis di Southern Illinois University SSchool of Medicine. Barrows dan Kelson (dalam Amir, 2009: 21) mendefinisikan PBL sebagai kurikulum dan proses pembelajaran dimana dalam kurikulumnya dirancang masalah-masalah yang menuntut pemelajar mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran

yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog (Sani, 2014:127). Menurut Wena (2009: 91), Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Boud, Falleti dan Fogarty (dalam Wena, 2009) mengemukakan bahwa


(38)

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis, melalui stimulus dalam belajar.

Kesimpulan dari beberapa pengertian tentang Problem

Based Learning diatas adalah pembelajaran yang di dasarkan pada

masalah-masalah yang dihadapkan pada siswa, dimana siswa dapat mengembangkan daya pikirnya untuk memecahkan permasalahan tersebut secara mandiri.

Metode PBL ini kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial dan lebih cocok diterapkan pada kelas yang kreatif dengan peserta didik yang berpotensi akademik tinggi. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa (Sani, 2014:127).

Menurut Tan, 2003 (dalam Sani, 2014:129) tujuan belajar dengan menggunakan metode PBL terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, ketrampilan menyelesaikan masalah, belajar multidisiplin, dan ketrampilan hidup.

Resnick (dalam Sugiyanto, 2010:155) memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk PBL. Resnick mengatakan bahwa bentuk pengajaran PBL ini sangat penting untuk memberikan jembatan untuk kesenjangan antara pembelajaran sekolah formal


(39)

dan kegiatan mental yang lebih praktikal, yang terjadi diluar sekolah.

Dari beberapa pengertian para ahli diatas, kesimpulan dari pengertian PBL adalah proses pembelajaran yang dalam penyampaiannya didasarkan pada masalah-masalah praktis untuk mengarahkan siswa untuk berpikir bagaimana memcahkan masalah tersebut secara mandiri, memiliki strategi belajar sendiri dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Menurut Savoie dan Hughes (dalam Wena, 2009: 91), karakteristik dari pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut: 1) Belajar di mulai dengan permasalahan.

2) Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa.

3) Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu.

4) Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

5) Menggunakan kelompok kecil.

6) Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.


(40)

c. Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)

Di bawah ini adalah 7 langkah proses Problem Based Learning menurut Amir (2009: 24):

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini merupakan tahap untuk membuat setiap peserta memulai dengan cara pandang yang sama atas istilah atau konsep yang terdapat dalam masalah.

2) Merumuskan masalah

Fenomena yang ada di dalam masalah membutuhkan penjelasan hubungan apa saja yang terjadi diantara fenomena itu. Terkadang ada hubungan yang belum nyata anatara fenomenanya dan harus diperjelas terlebih dahulu.

3) Menganalisis masalah

Anggota melakukan diskusi untuk membahas informasi factual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada pada pikiran setiap anggota. Dalam tahap ini dilakukan

Brainstorming (mencurahkan gagasan). Anggota kelompok

mendapatkan kesempatan untuk melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.


(41)

4) Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam

Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan, mana yang bertentangan, dan sebagainya. 5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok merumuskan tujuan pemebelajaran yang akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporan.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)

Tiap kelompok harus mencari informasi tambahan dan menentukan sumber informasi. dalam tahapan ini, setiap anggota harus bisa belajar sendiri dengan efektif agar mendapatkan informasi yang relevan misalnya dengan menentukan kata kunci, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran. Para siswa harus meringkas sumber pembelajaran dengan kalimat sendiri dan harus mencantumkan sumbernya. Keaktifan setiap anggota kelompok harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap indivdu yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.


(42)

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat lapiran untuk dosen/kelas

Dari laporan individu yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi baru. Anggota yang mendengarkan laporan harus kritis tentang laporan tersebut. Pada langkah ini, kelompok sudah dapat

membuat sintesis dengan menggabungkan dan

mengkombinasikan hal-hal yang relevan.

Langkah-langkah kegiatan menggunakan pembelajaran tipe PBL dalam penelitian ini menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96) adalah sebagai berikut:

1) Langkah pertama: Orientasi siswa pada masalah

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran.

2) Langkah kedua: Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Siswa menyelidiki masalah secara bersama-sama, oleh karena itu siswa di bentuk kedalam kelompok-kelompok belajar. Guru membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.

3) Langkah ketiga: Membantu penyelidikan siswa

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-data sampai siswa benar-benar memahami masalah tersebut. Setelah itu siswa menjelaskan dan memaparkan pemecahan masalah. Guru


(43)

mendorong semua ide siswa dan menerima semua ide-ide tersebut.

4) Langkah keempat: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing kelompok menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh ketika diskusi.

5) Langkah kelima: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Siswa diberi kesempatan untuk menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, juga untuk mengevaluasi ketrampilan penyelidikan dan ketrampilan intelektual yang mereka gunakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah PBL menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012: 96) seperti yang sudah dipaparkan diatas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama adalah penelitian dari Kartika (2015) tentang berpikir kritis. Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar

Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Kelas IV SD Ngampel Purworejo menggunakan


(44)

metode Penelitian Tindakan Kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa kelas IV SD Negeri Ngampel tahun pelajaran 2014/2015, untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan prestasi belajar dalam mata palajaran IPS SD Negeri Ngampel tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ngampel Purworejo. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini menunjukan bahwa upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, telah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru menyampaikan materi pembelajaran, siswa belajar dalam kelompok, siswa mengerjakan tes mandiri, guru memberikan penghargaan kelompok; pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari skor rata-rata kelas kondisi awal sebesar 38,13 (rendah) meningkat menjadi 55,19 (sedang) pada siklus I, dan menjadi 68,57 (tinggi) pada siklus II; pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi belajar dari kondisi awal prestasi belajar IPS siswa yang tuntas KKM (65) yaitu 39% dengan nilai rata-rata 54,3 meningkat menjadi 56,25% pada siklus I dengan nilai rata-rata 62,82 dan mencapai 81,25% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,15.

Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian dari Gunantara, Suarjana & Riastini (2014). Penelitian ini berjudul Penerapan


(45)

Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kleas V. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek penelitian ini berjumlah 28 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah tentang kemampuan pemecahan masalah matematika dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian dari Wulandari, Budi & Suryandari (2013) dengan judul Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal dengan menerapkan model PBL. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Mudal yang berjumlah 21 siswa. Berdasarkan hasil analisis data, skor perolehan yang diperoleh dari penerapan PBL meningkat pada setiap siklusnya yaitu


(46)

dari 18 pada siklus I, 22 pada siklus II dan 27 pada siklus III. Persentase penggunaan ketrampilan proses IPA oleh siswa juga meningkat setiap siklusnya, siswa yang sudah menguasai ketrampilan prosesnya 46,71% pada siklus I, 76,19% pada siklus II dan 92,06% pada siklus III.

Dari ketiga penelitian tersebut, penelitian pertama mengatakan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Penelitian kedua menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

pada mata pelajaran Matematika. Dan penelitian yang terakhir mengatakan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal. Berkaitan dengan hal ini, peneliti membuat penelitian dengan kebaruan menggunakan pembelajaran tipe

Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan pembagian.


(47)

Gambar 2.1 Keterkaitan Penelitian yang Relevan dengan Penelitian Peneliti

Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan bahwa model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis siswa. peneliti meneliti tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III pada materi perkalian dan pembagian dalam pembelajaran matematika melalui model pembelajaran

Problem Based Learning di SD Kanisius Klepu.

Kartika (2015) tentang berpikir kritis. Penelitian ini berjudul

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division Kelas IV SD Ngampel Purworejo

Gunantara,

Suarjana & Riastini (2014). Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kleas V

Wulandari, Budi & Suryandari (2013). Penelitian ini berjudul Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III PADA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN TIPE PROBLEM


(48)

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran matematika perlu diajarkan di semua jenjang dan jenis sekolah karena matematika diajarkan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, misalnya kebutuhan industri, ilmu pengetahuan, perdagangan, teknologi dan untuk hampir semua kebutuhan hidup sehari-hari, dengan kata lain, matematika adalah pembelajaran yang menghadapkan kita pada masalah-masalah dalam kegiatan sehari-hari. Guru memiliki peran vital dalam membangun pengetahuan baru dalam proses pembelajaran. Guru harus kaya akan pengetahuan tentang isi yang akan diajarkan dan bagaimana membelajarkannya. Dalam hal ini pembelajaran lebih ditekankan berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Siswa dihadapkan pada masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang matematis. Dengan dihadapkan pada masalah, siswa bisa lebih berpikir kritis untuk menghadapi dan memecahkan masalah tersebut sehingga kemampuan berpikir kritis dan perolehan hasil belajar siswa meningkat lebih baik untuk menyelesaikan masalah.

Berpikir kritis merupakan sebuah pemikiran atau kemampuan menalar yang reflektif terhadap suatu pengetahuan untuk menilai dan memecahkan suatu masalah. Metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran inovatif tipe Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran Problem Based

Learning merupakan pembelajaran berbasis masalah dimana


(49)

Maka peneliti menggunakan model pembelajaran PBL ini agar siswa bisa menjadi lebih aktif, dan materi mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan pembagian.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung kerangka berpikir yang ditulis oleh peneliti, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran tipe Problem Based Learning (PBL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III pada mata pelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian di SD Kanisius Klepu.

2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian dan pembagian Di SD Kanisius Klepu tahun ajaran 2015/2016.

3. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi perkalian dan pembagian Di SD Kanisius Klepu tahun ajaran 2015/2016.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007; 16).

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar, artinya pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya (Kunandar, 2008; 41).

Penelitian ini menggunakan model PTK milik Stephen Kemmis dan Mc Taggart. Berikut adalah skema penelitian yang dilakukan :


(51)

Gambar 3.1 Skema Penelitian

(adaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart dalam (Suyadi, 2012: 19)

Peneliti mengadaptasi model penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart ini, namun karena adanya keterbatasan dalam hal waktu dan perijinan peneliti menggunakan model penelitian ini hanya sampai siklus 2.

Penjelasan dari setiap tahapan tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:

1. Tahap I: Perencanaan

Langkah pertama adalah membuat perencanaan secara matang. Dalam perencanaan ini terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Masing-masing kegiatan

2. Tindakan 1. Perencanaan

SIKLUS I

4. Refleksi

3. Observasi

1. Perencanaan

2.Tindakan

4.Refleksi SIKLUS II


(52)

tersebut terdapat sub-sub kegiatan yang akan menunjang perencanaan yang lebih sempurna.

2. Tahap II: Tindakan

Langkah kedua adalah pelaksanaan. Yang dimaksud pelaksanaan dalam tahap ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap pertama yaitu bertindak di kelas. Tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan rencana namun terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan mempengaruhi ketika refleksi pada tahp empat sehingga hasilnya dapat disesuaikan dengan maksud awal.

3. Tahap III: Observasi

Langkah ketiga yaitu pengamatan. Pengamatan atau observasi ini adalah alat untuk melihat seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan datanya yang dapat berupa angket, wawancara, observasi, dan lain-lain.

4. Tahap IV: Refleksi

Langkah yang terakhir adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi ini baru bisa dilakukan jika pelaksanaan tindakan sudah selesai dilakukan. refleksi akan lebih efektif bila anatar guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator (kepala sekolah). Jika PTK dilakukan sendirian, refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi yang harus diperbaiki.


(53)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Klepu yang terletak di Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para siswa-siswi kelas III di SD Kanisius Klepu yang berjumlah 25 anak pada tahun pelajaran 2015/2016. 3. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika dengan penggunaan tipe pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) pada mata pelajaran matematika tentang materi

perkalian dan pembagian kelas III di SD Kanisius Klepu.

C. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas III untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada siswa

3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas III guna memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa. 4. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui kondisi awal


(54)

5. Meminta dokumen nilai siswa dari guru kelas III dari tahun ajaran sebelumnya.

6. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di kelas III tentang perkalian dan pembagian.

7. Merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis. 8. Menyusun rencana penelitian

9. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, Soal Evaluasi Siklus I dan II, kunci jawaban dan instrument penelitian. 10.Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari validasi perangkat

pembelajaran dua dosen ahli dan guru kelas.

D. Rencana Tindakan

Rencana tindakan dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan sebelum penelitian dan rencana setiap siklus. Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang akan diajarkan, LKS, media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan soal evaluasi siklus I.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini dilakukan dalam 2 pertemuan dimana setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran. Setiap 1


(55)

jam pelajaran berlangsung selama 35 menit. Tahapan proses pelaksanaan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I a) Kegiatan awal

Pada kegiatan awal, guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan presensi, kemudian guru membagikan kuesioner mengenai kemampuan berpikir kritis siswa. Setelah itu guru melakukan kegiatan apersepsi dengan tujuan untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b) Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru melakukan demonstrasi penggunaan media berupa beberapa gambar benda-benda yang ditempel di atas kertas karton untuk menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang. Hal ini dilakukan untuk mengarahkan siswa pada sebuah masalah. Kemudian beberapa siswa diminta maju kedepan untuk berpartisipasi dalam penggunaan media. Setelah itu, untuk mengorganisasikan siswa untuk belajar, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan LKS. Beberapa perwakilan siswa di setiap kelompok maju kedepan kelas untuk menuliskan hasil pekerjaannya di papan tulis.


(56)

Dalam kegiatan penutup atau akhir, guru bersama dengan siswa melakukan tanya jawab kemudian membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran yang sudah dipelajari. Kemudian guru meminta siswa untuk membuat refleksi pembelajaran untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2) Pertemuan II a) Kegiatan Awal

Guru melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi sebelumnya.

b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan tentang sifat operasi hitung perkalian yaitu sifat penyebaran dan tentang cara mengalikan bilangan satu angka dengan bilangan dua angka dengan membacakan sebuah soal cerita untuk memberikan stimulus siswa menemukan masalah. Kemudian untuk mengarahkan siswa untuk belajar, siswa mengerjakan LKS yang dibagikan oleh guru.

c) Kegiatan Akhir

Untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah, sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi akhir siklus. Kemudian guru dan


(57)

siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari.

c. Observasi

Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis sesuai dengan pedoman observasi kemampuan berpikir kritis yang sudah dibuat. Pelaksanaan proses pembelajaran ini sudah sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus I. Refleksi ini bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus ini akan digunakan sebagai pertimbangan untuk merencakan pembelajaran pada siklus II.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang akan diajarkan, LKS, media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan soal evaluasi siklus I.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran dengan waktu 35


(58)

menit setiap 1 jam pelajaran. Tahapan proses pelaksanaan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I a) Kegiatan Awal

Guru bertanya mengenai pengetahuan siswa seputar kegiatan sehari-hari dengan materi pembagian.

b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan materi pembagian sebagai pengurangan berulang dengan menggunakan media kelereng. Kemudian untuk mengarahkan siswa untuk belajar siswa dibagi menjadi 5 kelompok untuk mengerjakan LKS bergambar tentang pembagian supaya siswa dapat menyelidiki masalah secara bersama-sama.

c) Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum jelas. Kemudian siswa melakukan refleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa.

2) Pertemuan II a) Kegiatan Awal

Guru bertanya kepada siswa tentang materi sebelumnya tentang pembagian sebagai penjumlahan berulang.


(59)

Guru memberikan penjelasan tentang bagaimana membagi bilangan dua angka dengan bilangan satu angka. Untuk mengarahkan siswa dalam belajar siswa dibagi kedalam 5 kelompok untuk berdiskusi mengerjakan LKS. Perwakilan kelompok maju kedepan kelas untuk menuliskan jawabannya dipapan tulis.

c) Kegiatan Akhir

Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan kuesioner tentang berpikir kritis. Selanjutnya guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang belum jelas. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi akhir siklus. Setelah itu guru dan siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

c. Observasi

Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus II ini. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis sesuai dengan pedoman observasi kemampuan berpikir kritis yang sudah dibuat.

d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus II. Refleksi ini bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.


(60)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes yang meliputi:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee (Masidjo, 1995:72). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara tak berstruktur atau terbuka sehingga Interviewee bebas dalam menjawab atau mengemukakan pendapat.

Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 22 Juni 2015. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum dan karakteristik siswa dari kelas III. Informasi yang peneliti dapatkan dari wawancara ini adalah gambaran-gambaran baik dari proses pembelajaran, cara mengajar dari guru kelas III itu sendiri maupun karakteristik masing-masing anak.

2. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan dan indra pendukung lainnya, seperti pendengaran, penciuman, dan lain-lain utnuk mencermati secara langsung fenomena atau objek yang sedang diteliti (Gani, 2014: 143). Observasi ini dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan, yaitu empat kali pertemuan pada tanggal 8 Oktober 2015, 12 Oktober 2015, 2


(61)

November 2015 dan 4 November 2015. Peneliti membuat lembar pengamatan berpikir kritis untuk mempermudah ketika melakukan pengamatan. Peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu seorang teman atau observer. Lembar pengamatan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran17

3. Kuesioner

Kuesioner diberikan di awal sebelum siklus dan di akhir siklus. Dari segi informasi yang dikumpulkan, kuesioner ini bertujuan untuk mengungkap fakta dan jika dilihat dari sifatnya termasuk kuesioner tertutup. Jawaban yang berisi kemungkinan fakta yang diharapkan sudah tersedia atau disajikan sehingga murid tinggal memilih dengan cara memberi tanda, pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya (Supratiknya, 2012:40). Sedangkan menurut Masidjo (1995:70), kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya, seperti bagaimana kondisi siswa, bagaimana karakteristik setiap siswa, bagaiman cara mengatasi, dan lain-lain.

4. Tes

Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan , atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab dan pembagian jenis-jenis dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang (Arifin,2011: 226). Tes berupa soal uraian atau soal cerita untuk kelas III mata pelajaran matematika tentang materi


(62)

perkalian dan pembagian. Tes diberikan di akhir siklus I pertemuan kedua sebagai evaluasi akhir siklus I dan di akhir siklus II pertemuan kedua sebagai evaluasi akhir siklus II serta evaluasi akhir siklus I dan II.

5. Dokumentasi Foto

Pengambilan data melalui dokumentasi foto ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta bantuan rekan untuk mengambil gambar, sehingga siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku siswa pada saat pengambilan gambar.

Doumentasi ini akan memeperkuat analisis hasil penelitian pada setiap siklus. Selain itu melalui dokumentasi foto dapat memperjelas data yang lain yang hanya dideskripsikan melalui observasi. Hasil dokumentasi ini, kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang ada dan dipadukan dengan data lainnya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi, lembar kuesioner, dan soal tes. Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika, hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa. lembar observasi dan lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mate pelajaran matematika. soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada


(63)

materi perkalian dan pembagian. Masing-masing instrumen pengumpulan data diuraikan sebagai berikut:

1. Lembar Wawancara

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas III SD Kanisius Klepu. berikut ini adalah pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan:

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

No Pertanyaan

1 Bagaimana karakteristik siswa kelas III dari tahun ke tahun? 2 Bagaimana cara ibu mengajar dikelas?

3 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar matematika di kelas III ? 4 Apabila ada kesulitan, pada materi apa?

5 Menurut anda apakah penyebab dari kendala tersebut? 6 Bagaimana usaha anda untuk mengatasi kendala tersebut?

7 Apakah anda selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran Matematika?

8 Media yang digunakan, dibuat sendiri oleh guru atau sudah tersedia disekolah? 9 Apa contoh medianya?

10 Digunakan untuk mengajar materi apa?

11 Bagaimana peran serta siswa dalam penggunaan media ? 12 Menurut anda bagaimana peran media pembelajaran itu sendiri? 13 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?

14 Menurut anda pada materi apa hasil belajar siswa rendah dan membutuhkan pemahaman yang lebih?

15 Bagaimana strategi pembelajaran matematika yang anda gunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?


(64)

16 Apakah siswa memahami jika guru memberikan masalah atau kasus sebagai pengantar sebuah materi?

17 Bagaimana menurut anda cara atau metode yang tepat untuk memberikan materi kepada siswa?

18 Apakah siswa pernah mengemukakan jawaban sendiri dengan alternatif cara penyelesaian yang lain?

Berdasarkan tabel 3.1, pedoman wawancara yang digunakan peneliti untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dan hasil belajar siswa. Dari garis besar pedoman wawancara tersebut peneliti dapat mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan kepada guru kelas III saat proses wawancara berlangsung. Hasil wawancara dapat dilihat di lampiran

19.

2. Lembar Kuesioner

Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Kuesioner ini diisi sendiri oleh siswa dengan bentuk checklist. Berikut ini adalah kisi-kisi yang digunakan dalam pengamatan kemampuan berpikir kritis:

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Indikator Berpikir Kritis

No Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Pernyataan

Jumlah Favorabel Unfavorabel

1 Mengenal masalah 3 1 4

2 Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah tersebut

6 1 7

3 Menganalisis data 3 3 6

4 Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah

1 2 3

Total 20


(65)

3. Lembar Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa. Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan tanda checklist (√) pada lembar observasi yang sudah dibuat. Glaser (dalam Fisher, 2008: 7) menyatakan 12 indikator berpikir kritis yaitu: 1) mengenal masalah, 2) menemukan cara-cara yang dapat dipakai menangani masalah-masalah, 3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, 4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, 5) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas, 6) menganalisis data, 7) menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan, 8) mengenal adanya hubungan yang logis anata masalah-masalah, 9) menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan yang diperlukan, 10) menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil, 11) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan 12) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Dari 12 indikator tersebut peneliti mengambil empat indikator yang sesuai dengan kemampuan kelas III sebagai berikut:

Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis No Indikator Berpikir Kritis

1 Mengenal masalah

2 Menemukan cara–cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu


(66)

3 Menganalisis data

4 Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah

Tabel 3.3 menunjukkan indikator-indikator berpikir kritis yang kemudian akan dikembangkan menjadi lembar pedoman observasi pada lampiran 17.

4. Soal Tes

Soal tes pada instrumen pengumpulan data ini dibuat dalam bentuk soal uraian. Tujuannya adalah untuk mengukur hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Soal evaluasi diujikan sebanyak dua kali yakni pada saat akhir siklus I dan akhir siklus II.

Tabel 3.4 Kisi-kisi soal Evaluasi Siklus I

Indikator Nomor Soal Jumlah Soal

1.3.1 Mengetahui konsep perkalian

1 dan 2 2

1.3.2 menerapkan sifat-sifat operasi hitung perkalian

3 dan 4 2

Jumlah 4

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II

Indikator Nomor Soal Jumlah Soal

1.3.2 Menerapkan sifat pembagian

1 dan 2 2

1.3.3 Menyelesaikan

operasi hitung

pembagian sebagai pengurangan berulang

3 dan 4 2

Jumlah 4

G. Teknik Pengujian Instrumen

Perangkat pembelajaran yang dibuat peneliti berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, bahan ajar, dan soal


(67)

evaluasi. Peneliti perlu gambaran kriteria yang tepat dalam sebuah penelitian, maka diperlukan validasi perangkat pembelajaran. Peneliti menggunakan validitas jenis Content Validity dan Face Validity untuk validasi instrument penelitian. Suharsaputra (2014: 98), menjelaskan tentang jenis validitas: a. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus diukur.

b. Validitas Rupa (Face Validity)

Validitas rupa adalah validitas yang menunjukkan apakah instrumen penelitian dari segi rupanya tampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok (dalam Suharsaputra, 2014: 99) validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

Dalam penelitian ini perangkat yang dibuat peneliti divalidasi oleh 2 dosen Universitas Sanata Dharma dan guru kelas III SD Kanisius Klepu. Kelayakan instrument dilihat dari kriteria PAP I menurut Masidjo (1995: 153) sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria PAP I (Masidjo, 1995: 153)

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Kriteria

90% - 100% Sangat Baik

80% - 89% Baik

65% - 79% Cukup Baik

55% - 64% Tidak Baik

di bawah 55% Sangat Tidak Baik


(68)

Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Instrumen

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Skor Kriteria

90% - 100% 4,5 – 5 Sangat Layak

80% - 89% 4 – 4,4 Layak

65% - 79% 3,25 – 3,99 Cukup Layak

55% - 64% 2,75 – 3,24 Tidak Layak

di bawah 55% 1 – 2,74 Sangat Tidak Layak

Adapun hasil perhitungan validasi perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran

Hasil Penghitungan rata-rata validasi perangkat pembelajaran silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS dan soal evaluasi, memperoleh rata-rata 4,15 maka perangkat ini layak digunakan sebagai instrumen penelitian sesuai dengan kriteria PAP I (Masidjo, 1995: 153). Sedangkan hasil validasi kuesioner berpikir kritis siswa oleh dosen ahli Universitas Sanata Dharma sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis

Penilai Hasil Penilaian

Dosen ahli 4

Berdasarkan tabel 3.9 lembar kuesioner berpikir kritis memenuhi kriteria

Perangkat Pembelajaran

Expert Judgement Hasil Penilaian Rata-rata Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran, dan Soal Evaluasi

Dosen I Universitas Sanata Dharma

4,42 Dosen II Universitas Sanata Dharma

4,25 Guru Kelas III SD Kanisius Klepu

3,78

Jumlah 12,45


(1)

(2)

Lampiran 18 Hasil Wawancara


(3)

(4)

Lampiran 19 Foto Kegiatan


(5)


(6)

CURRICULUM VITAE

Yashinta Puji Lestari lahir di Sleman, 8 Juni 1994. Putri ketiga dari pasangan suami istri Antonius Wagita dan Anastasia Boni. Tahun 1999 - 2000 menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Kanisius Ngapak II. Pendidikan dasar diperoleh di SD Kanisius Ngapak II, tamat pada tahun 2006. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Pangudi Luhur Moyudan, tamat pada tahun 2009. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA Negeri 1 Godean, tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu”.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 5 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 3 14

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

1 9 359

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung.

0 1 232