Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IV PADA MATERI KPK DAN FPB MELALUI

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD KANISIUS KLEPU.

.

Margareta Asti Utami (121134105) Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu karena belum optimalnya penggunaan metode, model pembelajaran dan media pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menggambarkan dan mengetahui gambaran penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini siswa kelas IV SD Kanisius Klepu yang berjumlah 23 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian dan lembar kuesioner. Data dikumpulkan melalui tes prestasi dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang meliputi: (1) konstruktivisme, (2) bertanya, (3) menemukan, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) penilaian sebenarnya, dan (7) refleksi. Rata-rata nilai yang diperoleh pada kondisi awal adalah 75,04 meningkat menjadi 75,43 pada siklus I, meningkat menjadi 78,35 pada siklus II dan mencapai rata-rata 85,83 pada siklus akhir. Jumlah presentase ketercapaian KKM pada kondisi awal adalah 80% meningkat menjadi 82,6% pada siklus I, dan meningkat menjadi 86,96% pada siklus II dan mencapai 95,7% pada siklus akhir. Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari Peningkatan kemampuan berpikir kritis, nilai rata-rata kondisi awal 53,95 (sangat tidak kritis) dengan persentase 26,08% meningkat menjadi 74,43 (cukup kritis) dengan persentase mencapai 78,3%.

Kata kunci: hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, dan pembelajaran kontekstual.


(2)

ABSTRACT

STUDENTS’ IMPROVEMENT OF MATHEMATIC LEARNING OUTCOME AND

CRITICAL THINKING SKILL IN FOURTH GRADE STUDENTS IN KPK AND FPB MATERIAL THROUGH CONTEXTUAL MATERIAL KANISIUS

ELEMENTARYI SCHOOL KLEPU

Margareta Asti Utami (121134105) Sanata Dharma University 2016

The background of the study was concern about the low of learning outcome and critical thinking skill because the optimized in using method, learning method, and learning media of fourth grade students Kanisius Elementary School Klepu. The purpose of the study are: (1) to describe and to know the description about the implementation of learning contextual to improve students’ learning outcome and critical thinking skill, (2) to increase and to know the students’ improvement of learning outcome, and (3) to know and to increase the students’ critical thinking skill.

This study employed Classroom Action Research (CAR). The participant of this study were 23 students of fourth grade students Kanisius Elementary School Klepu. The study’s instruments were test and questionnaire sheet. Collect the data uses achievement test and questionnaire. To analyze data uses quantitative descriptive.

The steps of learning contextual were: (1) constructivism, (2) questioning, (3) inquiry, (4) learning community, (5) modelling, (6) truth assessment, (7) reflection. The average of first condition was 75,04 increase become 75,43 in first cycle, in second cycle increase become 78,35, and in the last cycle increase become 85,83. The KKM percentage in first condition was 80% increase become 82,6% in first cycle, in second cycle increase become 86,98%, and in the last cycle can reach 95,7%. Learning contextual can increase the students’ critical thinking skill with the average in first condition was 53,95 (not very critically), the percentage 26,08% increase become 74,43 (critically enough), the percentage 78,3%.


(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IV PADA MATERI KPK DAN FPB

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD KANISIUS KLEPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Margareta Asti Utami NIM: 121134105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IV PADA MATERI KPK DAN FPB

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD KANISIUS KLEPU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Margareta Asti Utami NIM: 121134105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

ii SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IV PADA MATERI KPK DAN FPB

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD KANISIUS KLEPU

Oleh:

Margareta Asti Utami NIM: 121134105

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I,

Drs. Paulus Wahana, M.Hum. Tanggal: 5 Februari 2016

Pembimbing II,


(6)

iii SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IV PADA MATERI KPK DAN FPB

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD KANISIUS KLEPU

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Margareta Asti Utami

NIM: 121134105

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 19 Februari 2016

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ……… Sekretaris : Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. ……… Anggota : Drs. Paulus Wahana, M.Hum. ……… Anggota : Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. ……… Anggota : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ………..

Yogyakarta, 19 Februari 2016

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(7)

iv

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, saya dapat menyelesaikan studi saya dengan baik.

Kupersembahkan karya ini untuk:

Orang tuaku, Bapak Bernadus Suyitno dan Ibu Christina Susanti yang telah mendukungku dan memberi motivasi dalam segala hal serta memberikan kasih

sayang yang teramat besar.

Adik saya Bernadeta Sadniawati.

Terimakasih telah menjadi teman bermain di rumah.

Sahabat-sahabatku, Yosafat Dwi Widi Hutomo, Casula Ambar Winanti, Dewi Utari, Elisabeth Vega Ratri, Yashinta Puji Lestari, Lucia Desti Riyanatalia,

Parmaditya Surya, Solihin.

Seluruh teman-teman kelas D 2012

Teman-temanku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


(8)

v MOTTO

“Mintalah, maka kamu akan diberi. Carilah, maka kamu akan mendapat.

Ketuklah, maka kamu akan dibukakan pintu”

(Lukas 11:9)

“Apa yang tidak mungkin bagi manusia, akan mungkin bagi Allah”


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Februari 2016 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Margareta Asti Utami

Nomor Mahasiswa : 121134105

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika

Kelas IV Pada Materi KPK dan FPB Melalui Pembelajaran Kontekstual

SD Kanisius Klepu”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 19 Februari 2015 Yang Menyatakan


(11)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS IV PADA MATERI KPK DAN FPB MELALUI

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SD KANISIUS KLEPU.

.

Margareta Asti Utami (121134105) Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu karena belum optimalnya penggunaan metode, model pembelajaran dan media pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menggambarkan dan mengetahui gambaran penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini siswa kelas IV SD Kanisius Klepu yang berjumlah 23 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian dan lembar kuesioner. Data dikumpulkan melalui tes prestasi dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang meliputi: (1) konstruktivisme, (2) bertanya, (3) menemukan, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) penilaian sebenarnya, dan (7) refleksi. Rata-rata nilai yang diperoleh pada kondisi awal adalah 75,04 meningkat menjadi 75,43 pada siklus I, meningkat menjadi 78,35 pada siklus II dan mencapai rata-rata 85,83 pada siklus akhir. Jumlah presentase ketercapaian KKM pada kondisi awal adalah 80% meningkat menjadi 82,6% pada siklus I, dan meningkat menjadi 86,96% pada siklus II dan mencapai 95,7% pada siklus akhir. Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari Peningkatan kemampuan berpikir kritis, nilai rata-rata kondisi awal 53,95 (sangat tidak kritis) dengan persentase 26,08% meningkat menjadi 74,43 (cukup kritis) dengan persentase mencapai 78,3%.

Kata kunci: hasil belajar, kemampuan berpikir kritis, dan pembelajaran kontekstual.


(12)

ix ABSTRACT

STUDENTS’ IMPROVEMENT OF MATHEMATIC LEARNING OUTCOME AND

CRITICAL THINKING SKILL IN FOURTH GRADE STUDENTS IN KPK AND FPB MATERIAL THROUGH CONTEXTUAL MATERIAL KANISIUS

ELEMENTARYI SCHOOL KLEPU

Margareta Asti Utami (121134105) Sanata Dharma University 2016

The background of the study was concern about the low of learning outcome and critical thinking skill because the optimized in using method, learning method, and learning media of fourth grade students Kanisius Elementary School Klepu. The purpose of the study are: (1) to describe and to know the description about the implementation of learning contextual to improve students’ learning outcome and critical thinking skill, (2) to increase and to know the students’ improvement of learning outcome, and (3) to know and to increase the students’ critical thinking skill.

This study employed Classroom Action Research (CAR). The participant of this study were 23 students of fourth grade students Kanisius Elementary School Klepu. The study’s instruments were test and questionnaire sheet. Collect the data uses achievement test and questionnaire. To analyze data uses quantitative descriptive.

The steps of learning contextual were: (1) constructivism, (2) questioning, (3) inquiry, (4) learning community, (5) modelling, (6) truth assessment, (7) reflection. The average of first condition was 75,04 increase become 75,43 in first cycle, in second cycle increase become 78,35, and in the last cycle increase become 85,83. The KKM percentage in first condition was 80% increase become 82,6% in first cycle, in second cycle increase become 86,98%, and in the last cycle can reach 95,7%. Learning contextual can increase the students’ critical thinking skill with the average in first condition was 53,95 (not very critically), the percentage 26,08% increase become 74,43 (critically enough), the percentage 78,3%.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas IV Pada Materi KPK dan FPB melalui Pembelajaran Kontekstual SD Kanisius Klepu” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari banyak pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebab tanpa itu semua penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka dengan hati yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang

telah membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Para dosen dan staf PGSD yang telah membantu penulis mempersiapkan

penelitian.

7. A. Yance Eko Sutopo, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Klepu yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah.


(14)

xi

8. Sri Mantoro, S.Pd., selaku wali kelas IV SD Kanisius Klepu yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Bapak dan Ibu Guru SD Kanisius Klepu yang berkenan menerima serta memberikan waktu dan tempat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. 10.Siswa-siswi kelas IV SD Kanisius Klepu yang telah memberikan waktu dan

kerjasama yang baik dalam melaksanakan penelitian.

11.Bapak Bernadus Suyitno dan Ibu Christina Susanti selaku orang tua penulis yang telah setia memberikan dukungan dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12.Seluruh keluarga penulis yang memberikan dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Sahabat-sahabat ku Dewik, Ambar, Shinta, Vega, Desti, Fira, Yosafat, Christo, dkk yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

14.Teman-teman kelompok payung yang telah memberikan waktu, ide, motivasi dan dukungan yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi mutu pendidikan di sekolah khususnya SD Kanisius Klepu, sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya.

Namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 19 Februari 2015 Peneliti


(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5


(16)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Hasil Belajar ... 8

2. Berpikir Kritis ... 11

3. Pembelajaran Kontekstual ... 14

4. Matematika ... 18

5. Kelipatan Persekutuan Terkecil ... 20

6. Faktor Persekutuan Terbesar ... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 22

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Setting Penelitian ... 30

C. Persiapan ... 30

D. Rencana Setiap Siklus ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 56

I. Indikator Keberhasilan ... 60

J. Jadwal Penelitian ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 62


(17)

xiv

1. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 62

2. Hasil Belajar ... 72

3. Kemampuan Berpikir Kritis... 78

B. Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 102

C. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 40

Tabel 3.2 Tabel Pedoman Wawancara ... 41

Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis ... 42

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 43

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 43

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus Akhir ... 44

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Berpikir Kritis ... 44

Tabel 3.8 Pedoman Acuan Pembelajaran I ... 46

Tabel 3.9 Rentang Skor Validasi Perangkat Pembelajaran... 47

Tabel 3.10 Hasil Validasi Silabus ... 49

Tabel 3.11 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 51

Tabel 3.12 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa ... 53

Tabel 3.13 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 54

Tabel 3.14 Hasil Validasi Soal Evaluasi ... 55

Tabel 3.15 Penilaian Acuan Patokan Tipe I ... 57

Tabel 3.16 Rentang Skor Per-Indikator ... 58

Tabel 3.17 Rentang Skor untuk Seluruh Indikator ... 58

Tabel 3.18 Rentang Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis ... 59

Tabel 3.19 Kriteria Observasi Kemampuan Berpikir Kritis ... 59

Tabel 3.20 Kriteria Berpikir Kritis Keseluruhan ... 60

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 60


(19)

xvi

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Matematika Kelas IV TA 2013/ 2014 ... 72

Tabel 4.2 Hasil Belajar Evaluasi Siklus I ... 73

Tabel 4.3 Hasil Belajar Evaluasi Siklus II ... 74

Tabel 4.4 Hasil Belajar Evaluasi Siklus Akhir ... 75

Tabel 4.5 Data Perbandingan Hasil Belajar ... 76

Tabel 4.6 Kondisi Awal Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 79

Tabel 4.7 Kondisi Awal Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis ... 79

Tabel 4.8 Kondisi Awal Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 80

Tabel 4.9 Kondisi Awal Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis ... 81

Tabel 4.10 Kondisi Awal Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis ... 82

Tabel 4.11 Skor Keseluruhan Kemampuan Awal Berpikir Kritis ... 83

Tabel 4.12 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 83

Tabel 4.13 Kondisi Akhir Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis ... 84

Tabel 4.14 Kondisi Akhir Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis ... 85

Tabel 4.15 Kondisi Akhir Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

Tabel 4.16 Kondisi Akhir Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis ... 86

Tabel 4.17 Kondisi Akhir Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis ... 87

Tabel 4.18 Skor Keseluruhan Kemampuan Akhir Berpikir Kritis ... 88

Tabel 4.19 Nilai Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 89

Tabel 4.20 Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 90

Tabel 4.21 Hasil Observasi Sebelum Penelitian ... 92

Tabel 4.22 Hasil Observasi Saat Penelitian ... 93


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Keterkaitan Penelitian Relevan dengan Penelitian Peneliti ... 25

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart ... 28

Gambar 4.1 Nilai Rata-rataHasil Belajar ... 77

Gambar 4.2 Persentase Pencapaian KKM ... 78


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ... 105

Lampiran 2 Rencana Pelaksananaan Pembelajaran ... 116

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 170

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 187

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus I ... 188

Lampiran 6 Tabel Penskoran Evaluasi Siklus I ... 191

Lampiran 7 Hasil Evaluasi Siklus I ... 196

Lampiran 8 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 197

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus II ... 198

Lampiran 10 Tabel Penskoran Evaluasi Siklus II ... 200

Lampiran 11 Hasil Evaluasi Siklus II ... 204

Lampiran 12 Kisi-Kisi Siklus Akhir ... 205

Lampiran 13 Soal Evaluasi Siklus Akhir ... 206

Lampiran 14 Tabel Penskoran Siklus Akhir ... 208

Lampiran 15 Hasil Evaluasi Siklus Akhir ... 212

Lampiran 16 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 213

Lampiran 17 Rekapitulasi Validasi Perangkat Pembelajaran ... 230

Lampiran 18 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis ... 235

Lampiran 19 Validasi Kuesioner ... 236

Lampiran 20 Rekapitulasi Validasi Kuesioner Kemampuan Berpikir Kritis .. 240

Lampiran 21 Kuesioner Kemamampuan Berpikir Kritis ... 242


(22)

xix

Lampiran 23 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 247 Lampiran 24 Hasil Penelitian ... 249 Lampiran 25 Daftar Nilai Dua Tahun Lalu ... 250 Lampiran 26 Hasil Wawancara ... 251 Lampiran 27 Pedoman Observasi ... 254 Lampiran 28 Hasil Observasi ... 255 Lampiran 29 Lembar Jawaban Siswa Evaluasi Siklus I ... 256 Lampiran 30 Lembar Jawaban Siswa Evaluasi Siklus II ... 260 Lampiran 31 Lembar Jawaban Siswa Evaluasi Siklus Akhir ... 264 Lampiran 32 Lembar Kuisioner Berpikir Kritis Sebelum Penelitian ... 268 Lampiran 33 Lembar Kuisioner Berpikir Kritis Sesudah Penelitian ... 270 Lampiran 34 Surat Ijin Penelitian ... 273 Lampiran 35 Surat Keterangan Penelitian ... 274 Lampiran 36 Foto Penelitian ... 275


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Matematika merupakan salah satu ilmu pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan utuk berhitung, mengukur, dan menemukan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam bahasa Belanda matematika disebut wiskunde yang berarti ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam Susanto, 2013:184). Sedangkan dalam bahasa latin matematika disebut manthanein atau mathema yang berarti belajar atau dipelajari. Setiap hari kita dihadapkan dengan persoalan yang melibatkan matematika, sehingga matematika memiliki peranan yang sangat penting yang dapat memajukan daya pikir seseorang. Oleh karena itu matematika perlu diberikan pada siswa mulai dari sekolah dasar karena dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan berpikir logis, analisis, siswa tematis, kritis, dan kreatif seperti yang telah dipaparkan oleh Susanto (2013:189). Sehingga matematika memiliki tujuan yang sangat bermanfaat bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika yang seharusnya dilakukan yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Selain itu siswa dihadapkan pada masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika bagi sebagian besar siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dipahami, karena siswa matematika selalu dihubungkan dengan angka-angka dan rumus. Pernyataan tersebut didukung dari keyataan yang yang terdapat dilapangan yang menunjukkan masih terdapat 5 siswa dari 25


(24)

siswa kelas IV SD Kanisius Klepu yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65, sehingga rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,04. Data tersebut diperoleh dari hasil belajar ulangan harian siswa kelas IV SD Kanisius Klepu tahun pembelajaran 2013/2014 mata pelajaran matematika pada materi kelipata persekutuan terkecil (KPK) dan factor persekutuan terbesar (FPB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, ketidaktuntasan beberapa siswa di atas dapat terjadi karena belum optimalnya penggunaan pembelajaran inovatif di kelas karena keterbatasan waktu untuk persiapan apabila menggunakan pembelajaran inovatif. Selain hal tersebut, beliau juga mengungkapkan bahwa siswa belum berperan aktif ketika proses pembelajaran. Siswa juga tidak dihadapkan pada masalah hitungan dalam realita kehidupan, sehingga tingkat kesulitaan mata pelajaran juga menjadi faktor pemicu ketidaktuntasan beberapa siswa tersebut di atas.

Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran itu sendiri merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun pengetahuan atau pemahaman terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa tertentu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sani (2013:41) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran yang kontekstual atau berdasarkan kondisi nyata yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah dipahami dan diserap dengan dengan baik oleh peserta didik. Ketercapaiannya proses pembelajaran tersebut, juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa selama


(25)

pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan sebuah inovasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inovatif dengan pendekatan kontekstual (Contextual

Teaching and Learning / CTL), karena menurut Nurhadi (dalam Sugiyanto,

2009:14) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) merupakan sebuah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan guru karena berdasarkan situasi nyata yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna pada siswa, karena proses pembelajaran berlangsung secara alamiah (Daryanto dan Rahardjo, 2012:153) sehingga pada akhir pembelajaran siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual. Variabel yang akan diteliti yaitu hasil belajar siswa dan berpikir kritis matematika.

B. Batasan Permasalahan

Dalam penelitian ini penulis membatasi lingkup pada peningkatan hasil belajar dan berpikir kritis mata pelajaran matematika kelas IV dalam materi kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)


(26)

melalui pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) di SD Kanisius Klepu.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

and Learning/ CTL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan berpikir

kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada materi KPK dan FPB?

2. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD

Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada materi KPK dan FPB? 3. Apakah penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

kelas IV SD Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada materi KPK dan FPB?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada materi KPK dan FPB.


(27)

2. Melalui penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) dapat meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada KPK dan FPB.

3. Melalui penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) dapat meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada KPK dan FPB.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat praktis

a) Bagi peneliti, dapat meningkatkan wawasan pendidikan mengenai penelitian tindakan kelas dengan penerapan pembelajaran kontekstual yang kelak dapat diterapkan ketika menjadi guru.

b) Bagi guru, dapat memberi masukan dan pembanding dalam peningkatan hasil belajar dan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yang dapat dikembangkan pada materi lain.

c) Bagi peserta didik, dapat memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual.


(28)

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti merumuskan batasan pengertian sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan nilai dari hasil belajar yang dicapai dari kemampuan yang dimiliki siswa selama mengikuti proses pembelajaran yang dapat diukur menggunakan tes berstandar yang dioperasionalkan dalam indikator. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam aspek kognitif saja.

2. Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan sebuah kemampuan dalam proses berpikir seseorang untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi dan menemukan langkah-langkah yang tepat. Kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas IV SD Kanisius Klepu selama proses pembelajaran berlangsung yaitu kemampuan mengenal masalah, kemampuan menemukan solusi (cara penyelesaian) dari permasalahan, kemampuan mengumpulkan dan menyusun informasi, kemampuan menganalis, dan kemampuan menarik kesimpulan.

3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsep

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan menghubungkan atau menggabungkan materi pembelajaran dengan kondisi dunia nyata siswa.


(29)

4. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

Kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah kelipatan-kelipatan dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama, sehingga kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan merupakan kelipatan persekutuan yang nilainya paling kecil.

5. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Faktor persekutuan dari dua bilangan adalah faktor-faktor dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama, sehingga faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan merupakan faktor persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling besar.


(30)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan perubahan-perubahan tingkah laku dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2010:3). Sejalan dengan pendapat tersebut, Kunandar (2013:62) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:149) evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk mengumpulkan informasi, mempertimbangkan dari informasi tersebut, serta mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan. Menurut pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang selama mengikuti suatu proses pembelajaran.

Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik serta digunakan untuk penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Sehingga, dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram melalui tes dan non tes dalam


(31)

bentuk tertulis dan lisan (Rusman, 2010:13). Hasil belajar tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan evaluasi pembelajaran pada setiap akhir pembelajaran, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 1999:200). Bedasarkan dari pendapat beberapa ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tersebut diperoleh melalui tes atau nontes dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran.

b. Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2010:5) terdapat lima jenis penilaian hasil belajar, antara lain:

1) Penilaian formatif, merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir program pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian ini berorientasi pada proses pembelajaran.

2) Penilaian sumatif, merupakan penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, seperti catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Penilaian ini berorientasi pada produk, bukan pada proses. 3) Penilaian diagnostik, merupakan penilaian yang bertujuan untuk

melihat kelemahan−kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial, menemukan kasus−kasus dan lain−lain.


(32)

4) Penilaian selektif, merupakan penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga tertentu.

5) Penilaian penempatan, merupakan penilaian yang ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa jenis penilaian hasil belajar di atas, pada penelitian ini digunakan jenis penilaian formatif yang diberikan setiap akhir pembelajaran dengan tujuan untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor dari dalam yaitu dari siswa itu sendiri dan faktor dari luar yaitu lingkungan (Susanto, 2013:12). Faktor dari dalam berarti kemampuan untuk berpikir atau tingkah laku, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Sedangkan faktor dari luar yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan.

Walisman (dalam Susanto, 2012:12) juga berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut uraian mengenai faktor internal dan eksternal:


(33)

1) Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengarui hasil belajar yaitu berasal dari luar yaitu sekolah, masyarakat, dan keluarga. Sedangkan faktor dari dalam berasal dari motivasi, minat, kondisi fisik, dan sikap dari siswa itu sendiri.

2. Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir Kritis

Glaser (dalam Fisher, 2008:20) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan suatu sikap berpikir secara mendalam tentang masalah−masalah ataupun hal−hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Selain itu beliau juga mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan keterampilan untuk menerapkan metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis. Menurut beliau, berpikir kritis juga menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.


(34)

Sejalan dengan pendapat Kusuwana (2011:19) berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk mengambil keputusan. Berbeda dengan pendapat Fisher dan Scriven (dalam Fisher, 2008:14) yang menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan interprestasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi, dan argumentasi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan cara berpikir seseorang yang diukur melalui kriteria tertentu.

Johnson (2007:187) berpendapat bahwa berpikir kritis merupakan merupakan proses berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir merupakan bagian dari berpikir dengan baik. Proses berpikir kritis menhgaruskan keterbukaan pikiran, kerendahan hati, dan kesabaran. Sedangkan menurut Chaffee (dalam Johnson, 2007:167) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir untuk menyelidiki secara sistematis proses berpikir itu sendiri. Dengan kata lain, tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu kemampuan untuk berfikir mandiri dengan menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk mengambil keputusan.


(35)

b. Ciri-ciri Berpikir Kritis

Glaser (dalam Fisher, 2008:7) mengemukakan bahwa orang yang berpikir kritis memiliki kemampuan untuk:

1) Mengenal masalah.

2) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu.

3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan. 4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan. 5) Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas. 6) Menganalisis data.

7) Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan.

8) Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah. 9) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang

diperlukan.

10)Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil.

11)Menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas.

12)Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Johnson (2006:187) ciri-ciri berpikir kritis yaitu sebagai berikut:

1) Menemukan jawaban dan mencapai pemahaman 2) Meneliti proses berpikir diri sendiri dan orang lain


(36)

3) Mengevaluasi data yang diperoleh 4) Memecakan masalah

5) Membuat keputusan

6) Mengembangkan sebuah proyek 7) Menganalisis

8) Bertanya

c. Indikator Berpikir Kritis

Berdasarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kritis yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas, maka peneliti mengambil beberapa ciri-ciri kemampuan berpikir kritis untuk dijadikan indikator kemampuan berpikir kritis, adalah sebagai berikut:

1) Mengenal masalah

2) Menentukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah.

3) Mengumpulkan dan menusun informasi yang diperlukan 4) Menganalisis data

5) Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.

3. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) a. Pengertian Pembelajara Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan sebuah konsep belajar yang membantu guru untuk mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan begitu siswa dapat membuat hubungan antara


(37)

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka (Nurhadi dalam Rusman, 2010:189). Sejalan dengan pendapat Nurhadi (dalam Sugiyanto, 2009:14) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL) merupakan sebuah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata siswa.

Sedangkan menurut Shoimin (2014:41) contextual teaching

and learning merupakan suatu proses pembelajaran yang holistic dan

bertujuan untuk memotivasi siswa dalam memahami makna materi yang diajarkan dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan sehari-hari. Menurut pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsep belajar yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari.

b. Komponen pembelajaran CTL

Menurut Sanjaya (dalam Sugiyanto,2010:17) pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu:

1) Kontruktivisme (Contruktivism) merupakan proses untuk membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman

2) Bertanya (questioning) merupakan bagian inti belajar dan menemukan pengetahuan, sehingga dengan bertanya pengetahuan selalu berkembang.


(38)

3) Menemukan (Inquiry) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

4) Masyarakat belajar (learning community) didasarkan pada pendapat Vygotsky bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain. sehingga dalam model CTL hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya dari guru.

5) Pemodelan (modeling) merupakan proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa.

6) Penilaian sebenarnya (authentic assessment) merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi mengenai perkembangan belajar siswa.

7) Refleksi (reflection) merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya untuk mendapatkan pemahaman yang baik.

c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode CTL

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode CTL, guru terlebih dahulu membuat desain atau langkah-langkah pembelajaran yang dapat digunakan sebagai pedoman atau alat kontrol dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut antara lain (Rusman, 2012:192):


(39)

1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3) Mengembangkan sifat rasa ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

4) Menciptakan masyarakat belajar melalui kegiatan kelompok, diskusi, tanya jawab, dll.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran melalui ilustrasi, model, atau media.

6) Membiasakan siswa melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

7) Melakukan penilaian secara obyektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Sedangkan menurut Johnson (2006:93) langkah-langkah pembelajaran kontekstual antara lain:

1) Mengembangkan minat siswa agar mampu bekerja sendiri maupu dalam kelompok.

2) Membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata.


(40)

4) Siswa menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sintesis, dan membuat keputusan.

5) Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok 6) Mengembangkan sikap individu siswa.

7) Menunjukkan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1) Guru membangun dan menyusun pengetahuan baru berdasarkan

pengalaman siswa.

2) Siswa menyusun pertanyaan mengenai materi yang terkait dengan hitungan.

3) Siswa mencari dan menemukan melalui berpikir secara sistematis. 4) Siswa dibagi kedalam kelompok belajar.

5) Guru menggunakan media dalam proses pembelajaran. 6) Guru melakukan penilaian formatif di setiap pertemuan.

7) Siswa dan guru merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan. 4. Matematika

a. Hakikat Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin mothanein dan mothena yang berarti belajar atau hal yang di pelajari (Depdiknas dalam Susanto, 2013:184). Sedangkan menurut James (dalam Suherman, 2003:18) matematika merupakan ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga bidang


(41)

yaitu : aljabar, analisis, dan geometri. Pengertian lain mengatakan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari kuantitas berupa bilangan-bilangan serta operasi-operasinya (Hujono, 1998:2). sedangkan menurut Kline (dalam Mulyono, 2003:252) matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara penalaran yang deduktif dan induktif. Dari beberapa pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bilangan-bilangan yang dipelajari dengan menggunakan penalaran untuk melakukan hitungan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar matematika

Proses belajar matematika dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Peserta didik

Kemampuan, minat, kesiapan, kondisi fisiologis maupun jasmani peserta didik sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.

2) Pengajar

Efektivitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh kepribadian, motivasi dan pengalaman pengajar.

3) Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang lengkap (misalnya buku, media, ruang kelas,dll) sangat mendukung dan menunjang proses pembelajaran.


(42)

4) Penilaian

Penilaian digunakan untuk melihat perkembangan siswa dalam proses pembelajaran.

5. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

a. Pengertian Kelipatan Persekutuhan Terkecil

Kelipatan suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang merupakan hasil kali bilangan itu dengan bilangan asli (Yuniarto, 2009:37). Misalnya kelipatan 2 = 2 × 1, 2 × 2, 2 × 3, …, 2 × 10, dst. Sedangkan kelipatan persekutuan dua bilangan merupakan bilangan-bilangan yang merupakan kelipatan dari kedua bilangan tersebut yang nilainya sama (Yuniarto, 2009:39). Misalnya bilangan kelipatan 2 = 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, … dan kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, … Bilangan yang terdapat pada kelipatan 2 maupun kelipatan 4 merupakan kelipatan persekutuhan yaitu bilangan-bilangan 4, 8, 12, 16, …

Sejalan dengan pendapat Mustaqim, B dan Astuty, A (2008:46) kelipatan persekutuan dari dua bilangan merupakan kelipatan-kelipatan dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama. Oleh karena itu, menurut beliau kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan merupakan kelipatan persekutuan dari bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling kecil. Sejalan dengan pendapat Yuniarto (2009:41) yang menyatakan bahwa kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan atau lebih


(43)

adalah sebuah bilangan terkecil yang merupakan kelipatan bilangan tersebut.

b. Langkah-langkah menentukan KPK

Yuniarto (2009:41) berpendapat bahwa untuk menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dapat dilakukan melalui tiga tahapan, antara lain:

1) Menentukan kelipatan dari masing-masing bilangan 2) Menentukan kelipatan persekutuannya.

3) Menentukan bilangan terkecil pada kelipatan persekutuan tersebut.

6. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

a. Pengertian Faktor Persekutuan Terbesar

Menurut Yuniarto (2009:36) faktor suatu bilangan merupakan sebuah bilangan yang dapat membagi habis bilangan tersebut. Untuk menentukan faktor suatu bilangan dapat ditempuh dengan cara mencari pasangan bilangan bilangan yang apabila dikalikan hasilnya bilangan yang dicari faktornya. Sehingga faktor persekutuan dari dua bilangan merupakan faktor-faktor dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama (Mustaqim dan Astuty, 2008:49)

Sedangkan menurut Mustaqim dan Astuty (2009:49) faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan merupakan faktor persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling besar. Sejalan dengan pendapat Yuniarto yang menyatakan bahwa faktor


(44)

persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan atau lebih merupakan faktor dari bilangan-bilangan tersebut.

b. Langkah-langkah menentukan FPB

Yuniarto (2009:42) berpendapat bahwa untuk menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dapat dilakukan melalui tiga tahapan, antara lain:

1) Menentukan faktor dari masing-masing bilangan 2) Menentukan faktor persekutuannya.

3) Menentukan faktor terbesar pada faktor persekutuan tersebut. B. Penelitian yang Relevan

Pada tahun 2014 Yunus pernah melakukan penelitian dengan judul "Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika melalui model Contextual

Teaching and Learning di SD". penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

aktivitas pembelajaran matematika melalui model contextual teaching and

learning (CTL) di kelas III Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai kakap. sampel

dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas III Sekolah Dasar Negeri 21 Sungai Kakap yang berjumlah 36 orang. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model CTL di kelas III SDN 21 Sungai Kakap sangat memuaskan. Terbukti skor rata-rata pada siklus I diperoleh sebesar 2,98 dan pada siklus II diperoleh sebesar 3,95; 2) Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model CTL di kelas III SDN 21 Sungai Kakap sangat memuaskan. Terbukti skor rata-rata pada siklus I diperoleh sebesar 3,00 dan pada siklus II diperoleh sebesar 3,95;


(45)

3) Pembelajaran matematika dengan model CTL dapat meningkatkan aktivitas fisik peserta didik kelas III SDN 21 Sungai Kakap secara signifikan. Terbukti nilai rata-rata siklus I yang muncul sebesar 59,38% dan pada siklus II meningkat menjadi 82,81%; 4) Pembelajaran matematika dengan model CTL dapat meningkatkan aktivitas mental peserta didik kelas III SDN 21 Sungai Kakap secara signifikan. Terbukti nilai rata-rata siklus I yang muncul sebesar 41,97% dan pada siklus II meningkat menjadi 65,97%. Dengan demikian telah terjadi adanya peningkatan sebesar 24,00%; dan 5) Pembelajaran matematika dengan model CTL dapat meningkatkan aktivitas emosional peserta didik kelas III SDN 16 Segedong Pontianak secara signifikan. Terbukti nilai rata-rata siklus I yang muncul sebesar 59,03% dan pada siklus II meningkat menjadi 86,81%. Dengan demikian telah terjadi adanya peningkatan sebesar 27,78%. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Yunus tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan aktivitas pembelajaran matematika SD melalui model CTL.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Murniati yang dilakukan pada tahun 2015 dengan judul penelitian " Penerapan Pendekatan Kontekstual sebagai Strategi dalam Pembelajaran IPS". tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan pendekatan kontekstual dengan bantuan media power

point, kartu, bagan, gambar, dan pasar dalam pembelajaran IPS; mendapatkan

bukti empirik peningkatan kualitas pembelajaran IPS dilihat dari proses dan hasil belajar peserta didik; dan menemukan faktor-faktor yang menjadi kendala dan pendorong dalam penerapannya. Penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas VIII SMP Wiradesa Kabupaten Pekalongan


(46)

yang berjumlah 28 siswa. Hasil dari penelitian ini yaitu penerapan pendekatan konstekstual dengan Bantuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS sebesar 93%. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Murniati, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan kontekstual, kualitas pembelajaran IPS dapat meningkat.

Selanjutnya penelitian yang terakhir dilakukan oleh Kartika pada tahun 2015, dengan judul penelitian "Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division Kelas IV SDN Ngampel Purworejo". Tujuan

dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Ngampel Purworejo. Pada penelitian ini sampel yang digunakan yaitu siswa kelas IV SDN Ngampel Purworejo yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 14 laki-laki dan 18 perempuan. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kritis dari skor rata-rata kelas kondisi awal sebesar 38,13 (rendah) meningkat menjadi 55,19 (sedang) pada siklus I, dan menjadi 68,57 (tinggi) pada siklus II. Selain kemampuan berpikir kritis, pembelajaran kooperatif model STAD juga dapat meningkatkan prestasi belajar dari kondisi awal prestasi belajar IPS siswa yang tuntas KKM (65) yaitu 39% dengan nilai rata-rata 54,3 meningkat menjadi 56,25% pada siklus I dengan nilai rata-rata 62,82 dan mencapai 81,25% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75,15. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kartika tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan prestasi belajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(47)

Penelitian yang sudah dilakukan di atas digunakan peneliti sebagai pendukung penelitian yang relevan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan berpikr kritis siswa pada pelajaran matematika menggunakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL). Literatur map penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Literatur Map C. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran matematika merupakan suatu mata pelajaran yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan

“Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika Melalui Model CTL di SD” “Penerapan Pendekatan Konteksual Sebagai Strategi

dalam Pembelajaran IPS”

Penelitian Saya: “Peningkatan Hasil Belajar

dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas IV

Pada Materi KPK dan FPB Melalui Pembelajaran Kontekstual SD Kanisius

Klepu Tahun Pelajaran “Peningkatan Kemampuan

Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa Melalui

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division Kelas IV SDN


(48)

sehari-hari, yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu, siswa harus selalu dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri untuk dihadapkan pada realitas dalam memecahkan permasalahan, sehingga siswa dapat mengatasi realitas yang diperkirakan akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2012:195). Dengan memberikan latihan soal-soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa mampu menggunakan penalarannya untuk menyelesaikan soal cerita tersebut. Dengan dihadapakan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, siswa nantinya akan terlatih untuk berpikir kritis dalam membantu menyelesaikan permasalahan secara matematis.

Pembelajaran kontekstual atau yang biasa disebut contextual teaching and

learning merupakan suatu konsep belajar yang mengkaitkan materi

pembelajaran dengan kehidupan siswa sehari-hari. Sehingga dalam proses pembelajaran guru menggunakan pendekatan kontekstual yakni mengkaitkan materi yang sedang diajarkan dengan situasi kehidupan nyata siswa sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual, siswa akan lebih mudah memahami materi yang sedang diajarkan, dan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu komponen dalam pembelajaran kontekstual yaitu siswa mampu berpikir secara kritis ketika menyikapi suatu permasalahan. Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan untuk berfikir mandiri dengan menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk mengambil keputusan dengan cara menganalisis permasalahan terlebih dahulu melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan. Dalam pembelajaran


(49)

matematika menggunakan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching

and Learning) agar siswa lebih mudah memahami konsep materi yang

diajarkan karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kontekstual dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan dari teori-teori yang mendukung, peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning/ CTL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar

dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada materi KPK dan FPB adalah sebagai berikut: a) membangun pengetahuan, b) siswa menyusun pertanyaan, c) siswa mencari dan menenemukan data, d) siswa dibagi kedalam kelompok belajar, e) guru menggunakan media dalam pembelajaran, f) guru melakukan penilaian, g) siswa dan guru melakukan refleksi.

2. Penggunaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu mata pelajaran matematika pada materi KPK dan FPB. 3. Penggunaan pembelajaran kontekstual (Conextual Teaching and

Learning/ CTL) dapat meningkatkan berpikir kritis siswa kelas IV SD


(50)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti dalam meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika ialah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Hermawan (2015:13), penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. PTK terdiri dari empat rangkaian kegiatan utama pada setiap siklus, yakni (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

(Kemmis & Mc Taggart dalam Kunandar, 2008: 70)

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Mc. Taggart

Siklus II

Observasi

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan

Siklus I

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi Refleksi


(51)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang terdiri dari empat tahapan sebagai berikut (Arikunto, 2008:16):

1. Perencanaan (Planning)

Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenism yaitu perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum yaitu penyusunan rancangan yang meliputi keseluruhan aspek PTK antara lain identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan bentuk tindakan yang akan dilakukan. Sedangkan perencanaan khusus merupakan penyusunan rangkaian per siklus.

2. Pelaksanaan (Act)

Setelah ditentukannya rangkaian tindakan yang akan dilakukan, maka langkah berikutnya yaitu menerapkan rangkaian tindakan tersebut dalam peoses pembelajaran yang sesuai dengan rancangan tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan pada penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi.

3. Observasi (Observing)

Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui serta memperoleh gambaran yang lengkap mengenai proses pembelajaran. Peneliti harus mencatat semua peristiwa (kejadian) yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk memikirkan dan merenungkan mengenai proses pembelajaran yang dilakukan sebagai evaluasi oleh guru dan peneliti.


(52)

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah SD Kanisius Klepu, yang terletak di Dusun Klepu, Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli hingga bulan Oktober 2015.

2. Subjek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 23 siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

3. Obyek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas IV SD Kanisius Klepu melalui pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL).

C. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Meminta ijin penelitian kepada Kepala SD Kanisus Klepu

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas IV untuk mengetahui permasalahan yang sering dialami siswa mengenai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas IV guna memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa. 4. Peneliti menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kondisi awal


(53)

5. Meminta dokumentasi nilai siswa dari guru kelas IV tahun sebelumnya. 6. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di kelas IV yaitu

rendahnya kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika mengenai materi kelipatan persekutuan terkecil dan faktor persekutuan terbesar.

7. Merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokoknya.

8. Menyusun rencana penelitian.

9. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, RPP, LKS, Soal Evaluasi Siklus 1 dan siklus 2, kunci jawaban, dan instrumen penelitian.

10.Validasi perangkat pembelajaran pada dua dosen ahli dan guru kelas. 11.Mendata nama-nama siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah pada mata pelajaran matematika melalui wawancara dengan guru kelas.

D. Rencana Setiap Siklus 1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan yang dillakukan oleh peneliti sebelum memberikan tindakan pada siswa yaitu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang diajarkan, LKS dan soal evaluasi siklus I. selanjutnya peneliti juga mempersiapkan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I.


(54)

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus I akan dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran, setiap jam pelajaran terdiri dari 40 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan ke 1 a) Kegiatan awal

Diawal kegiatan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari yaitu materi kelipatan dan kelipatan persekutuan. Selanjutnya guru juga melakukukan presensi terhadap siswa, setelah itu dilanjutkan dengan membuat kontrak belajar dengan siswa.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru memberikan motivasi kepada siswa dengan melakukan tepuk kelipatan, motivasi ini juga bertujuan untuk memberikan pengalaman mencari kelipatan pada siswa (modeling). Selanjutnya, siswa dan guru bersama-sama mencari konsep kelipata melalui tepuk kelipatan yang telah dilakukan (contructivism). Setelah siswa paham terhadap konsep kelipatan dan kelipatan persekutuan, guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil (learning community). Siswa mencari penyelesaian terhadap permasalah yang telah diberikan guru dengan berdiskusi bersama kelompoknya (inquiry). Setelah selesai berdiskusi, masing-masing


(55)

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Guru dan siswa melakukantanya jawab seputar materi yang dipelajari (questioning).

c) Kegiatan penutup

Guru memberikan kuis mengenai materi yang dipelajari (authentic assessment). Kemudian guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (reflection). Guru dan siswa juga membuat rangkuman atau kesimpulan tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan. 2) Pertemuan ke 2

a) Kegiatan awal

Diawal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya kepada siswa mengenai faktorisasi bilangan. Guru juga melakukan presensi dan kontrak belajar bersama siswa.

b) Kegiatan Inti

Guru menjelaskan terlebih dahulu mengenai konsep dari faktorisasi bilangan (contructivism). setelah dijelaskan materi, guru memberikan contoh permasalahan dan cara penyelesaian dengan mengunakan media permen dan kelereng (modeling). Selanjutnya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang telah diberikan guru (learning community). Masing-masing kelompok mencari penyelesaian terhadap masalah yang


(56)

diberikan guru. Setelah semua kelompok selesai berdiskusi, masing-masing kelompok mempresentasikan dhasil kerja kelompok di depan kelas. Selanjutnya siswa bersama guru mengkoreksi jawaban kelompok.

c) Kegiatan penutup

Guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar faktor dan faktor persekutuan terbesar (questioning). Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus I (authentic assessment). Sebelum pembelajaran usai, guru dan siswa melakukan refleksi mengenai pembelajaran hari ini (reflection).

c. Observasi

Obsevasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis siswa dengan mengisi lebar observasi kemamampuan berpikir kritis.

d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus I. refleksi bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus I ini akan digunakan peneliti sebagai pertimbangan merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II.


(57)

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II ini peneliti memperbaiki kekurangan pada siklus I. Peneliti juga mengkaji ulang RPP yang akan digunakan pada siklus II. Peneliti juga mempersiapkan LKS, materi ajar dan media yang digunakan pada siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus kedua ini dilakukan dalam 2 pertemuan, karena setiap siklus terdapat dua RPP. Masing-masing pertemuan dilakukan selama 2 jp. Setiap jam pelajaran terdiri dari 40 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan ke-1 a) Kegiatan Awal

Diawal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya kepada siswa mengenai faktorisasi bilangan. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru juga melakukan presensi dan kontrak belajar bersama siswa.

b) Kegiatan Inti

Sebelum masuk kedalam materi, guru terlebih dahulu mengulang materi kelipatan dan kelipatn persekutuan terkecil untuk mengulang ingatan siswa, kemudian guru memberikan


(58)

materi mengenai kelipatan persekutuan terkecil (contructivism). Guru memberikan contoh permasalahan yang berkaitan dengan KPK dan contoh penyelesaiannya dengan menggunakan media papan pohon faktor (modeling). Kemudian siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan diskusi (learning community). Ketika berdiskusi, masing-masing siswa mencari penyelesaian terhadap permasalahan yang diberikan guru (inquiry). Selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari (questioning).

c) Kegiatan Penutup

Guru memberikan kuis mengenai materi yag dipelajari (authentic assessment). Sebelum pulang, guru memberikan refleksi pada siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (reflection).

2) Pertemuan ke-2 a) Kegiatan Awal

Diawal pembelajaran, guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara bertanya kepada siswa mengenai faktorisasi bilangan. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru juga melakukan presensi dan kontrak belajar bersama siswa.


(59)

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru terlebih dahulu menjelaskan materi mengenai faktor persekutuan terbesar (contructivism), kemudian guru memberi contoh permasalahan yang berkaitan dengan FPB dan cara penyelesaiannya dengan menggunakan media permen, kelereng dan papan pohon faktor (modeling). Kemudian siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil untuk melakukan diskusi terhadap permasalahan-permasalahan yang diberikan guru (learning community), ketika berdiskusi, siswa mencari penyelesaian dari permasalahan yang diberikan guru (inquiry). Setelah berdiskusi, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Selanjutnya guru dan siswa tanya jawab seputar materi yang telah dipelajari (questioning). c) Kegiatan Penutup

Siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II yang telah dibagikan guru (authentic assessment). Setelah selesai mengerjakan evaluasi siklus II, siswa menerjakan soal evaluasi akhir. Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan (reflection).

c. Observasi

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti mengamati kemampuan berpikir kritis ketika mengikuti pembelajaran di dalam kelas. Dari kegiatan observasi ini peneliti


(60)

mampu mengamati secara langsung perkembangan siswa dalam pembelajaran.

d. Refleksi

Ketika tindakan pada siklus II terlaksana, peneliti kemudian mengevaluasi kegiatan pada siklus II yang telah dilakukan. Kemudian peneliti menganalisis pembelajaran, hasil evaluasi dan kuisioner berpikir kritis yang telah dibagikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik non tes dan tes. Teknik non tes digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berikut dijabarkan teknik pengumpulan data:

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menanyakan secara langsung pada responden mengenai beberapa hal yang dibutuhkan dari suatu penelitian (Ghani, 2014:176). Pada penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Wawancara dilakukan dengan wali kelas IV dengan tujuan mengetahui kondisi awal siswa dan karakteristik siswa kelas IV.

2. Observasi

Observasi merupakan aktivitas yang dilakukan denggan menggunakan indra pengelihatan, dan indra pendukung lainnya yang bertujuan untuk mencermati secara langsung fenomena atau obyek yang sedang diteliti (Ghani, 2014:143-144). Pada penelitian ini, teknik


(61)

observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur. Observasi terstruktur merupakan observasi yang telah dirancang secara sistematis, mengenai apa yang diamati, observasi ini dilakukan apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel apa yang akan diamati (Ghani, 2014:170). Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi sebelum melakukan penelitian dan saat melakukan penelitian. Observasi dilakukan sebelum penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi kelas yang akan diteliti dan juga untuk mengetahui karakteristik siswa dikelas. Observasi sebelum penelitian ini sangat penting dilakukan oleh peneliti guna untuk merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama penelitian. Ketika melakukan penelitian, peneliti juga melakukan observasi di kelas dengan tujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa di kelas selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti menggunakan observasi untuk memperkuat hasil dari kuisioner kemampuan berpikir kritis siswa. 3. Tes

Sukardi (dalam Ratnawulan & Rusdiana, 2015:194) menyatakan bahwa tes esai merupakan salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang mengandung permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa. Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dan penguasaan objek ukur terhadap materi tertentu (Ratnawulan & Rusdiana, 2015:192). Pada penelitian ini, tes diberikan sebanyak 3 kali, yaitu evaluasi akhir siklus 1, evaluasi akhir siklus 2, dan evaluasi akhir dari siklus1 dan 2. Bentuk dari tes yang


(62)

diberikan adalah tes tertulis esai pada masing-masing evaluasi. Setiap soal evaluasi terdapat 5 soal uraian berdasarkan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran.

4. Non Tes dengan menggunakan Kuesioner

Masidjo (1995:70) mengatakan bahwa kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan tertulis yang terperinci yang dijawab oleh responden mengenai pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Pada penelitian ini kuisioner yang diberikan bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diberikan sebanyak dua kali yaitu di awal sebelum tindakan siklus I yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan berpikir kritis siswa, dan diberikan pada akhir setelah tindakan siklus II dengan tujuan untuk melihat kondisi akhir kemampuan berpikir kritis setelah dilakukan pembelajaran kontekstual. Kuisioner ini terdiri dari dari 5 indikator kemampuan berpikir kritis yang telah dijabarkan menjadi 20 item pernyataan.

F. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data

No Variabel Indikator Jenis

Penilaian Instrumen

Teknik Pengumpulan

Data

1. Hasil belajar Rata-rata

nilai kelas

Tes Tes tertulis tipe esai Tes soal

evaluasi Presentase

jumlah siswa yang lulus KKM

2. Kemampuan

berpikir kritis

Presentase kemampuan

Non tes Lembar kuesioner

kemampuan berpikir

Kuesioner, Observasi, dan


(63)

berpikir kritis siswa

kritis, lembar

observasi

kemampuan berpikir kritis, dan pedoman wawancara

wawancara

Berdasarkan tabel 3.1 peneliti melakukan penelitian terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa pada matapelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk melihat kempampuan berpikir kritis siswa kelas IV, sedangkan untuk melihat hasil belajar siswa, peneliti menggunakan soal tes yang diberikan pada siklus 1 dan siklus 2. Berikut dijabarkan instrumen penelitian yang digunakan:

1. Lembar Wawancara

Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi dari wali kelas mengenai kondisi kelas saat pembelajaran. Berikut merupakan kisi-kisi pedoman wawancarayang digunakan dalam penelitian ini:

Tabel 3.2 Tabel Pedoman Wawancara

No Pertanyaan

1 Bagaimana karakteristik siswa kelas IV dari tahun ke tahun?

2 Bagaimana cara bapak mengajar?

3 Bagaimana proses pembelajaran Matematika di kelas IV?

4 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar matematika di kelas IV?

5 Apabila ada kesulitan, pada materi apa?

6 Menurut anda apakah penyebab dari kendala tersebut?

7 Bagaimana usaha anda untuk mengatasi kendala tersebut?

8 Apakah anda selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran

Matematika?

9 Media yang digunakan, dibuat sendiri oleh guru atau sudah tersedia disekolah?

10 Apa contoh medianya?

11 Digunakan untuk mengajar materi apa?

12 Bagaimana peranserta siswa dalam penggunaan media ?

13 Menurut anda bagaimana peran media pembelajaran itu sendiri?

14 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?

15 Menurut anda pada materi apa hasil belajar siswa rendah dan membutuhkan

pemahaman yang lebih?

16 Bagaimana strategi pembelajaran matematika yang anda gunakan untuk

mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?

17 Menurut anda bagaimana dengan kemampuan siswa untuk mengenal masalah

(kasus), misalnya dengan menggunakan soal cerita?


(64)

pengantar sebuah materi?

19 Bagaimana menurut anda cara atau metode yang tepat untuk memberikan materi

kepada siswa?

20 Apakah siswa pernah mengemukakan jawaban sendiri dengan alternatif cara

penyelesaian yang lain?

21 Bagaimana dengan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah

(mengerjakan soal) misalnya sudah bisa mandiri atau masih perlu bantuan dari guru?

22 Bagaimana cara anda untuk memotivasi siswa untuk menyelesaikan suatu

masalah? Ini kaitannya dengan mengerjakan soal ataupun mengantarkan sebuah materi dengan sebuah masalah atau kasus?

23 Pernahkah anda dalam pelajaran matematika menggunakan kegiatan praktik?

Misalnya dalam materi apa?

24 Setelah melakukan suatu kegiatan dan memperoleh data, apakah murid-murid

sudah mampu untuk menganalisis dan mengerjakan soalnya ?

25 Diskripsikan tentang keadaan murid anda, ketika mengikuti pembelajaran

Matematika dikelas

2. Lembar Observasi

Pada penelitian ini, lembar observasi digunakan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa ketika mengikuti pembelajaran, sekaligus untuk memperkuat hasil kemampuan berpikir kritis yang didapat dari kuisioner. Adapun indikator kemampuan yang digunakan pada observasi ini yaitu berdasarkan dari indikator yang telah dikemukakan oleh Glaser (dalam Fisher, 2009:7) berikut ini:

Tabel 3.3 Indikator Berpikir Kritis

No Indikator

1. Mengenal Masalah

2. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani

masalah-masalah

3. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan

4. Menganalisis data

5. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang

diperlukan.

Tabel 3.3 menunjukkan indikator-indikator kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Glaser (dalam Fisher, 2009:7) yang kemudian dikembangkan menjadi lembar pedoman observasi yang dapat dilihat pada lampiran 27.


(65)

3. Tes Tertulis

Tes tertulis diberikan sebagai evaluasi dari pembelajaran pada masing-masing siklus. Evaluasi ini diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada akhir siklus 1, akhir siklus 2 dan penggabungan siklus 1 dan 2. Berikut dijabarkan kisi-kisi soal evaluasi:

a. Evaluasi Siklus 1

Tabel 3.4 Kisi-kisi soal evaluasi siklus 1 Standar Kompetensi:

2. Memahami dan menggunakan factor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar:

2.2.Menentukan kelipatan dan factor bilangan

No. Indikator Jumlah

Soal Nomor Soal

1. Menjelaskan arti kelipatan suatu

bilangan 1 1

2. Menjelaskan faktorisasi bilangan 1 4

3. Menemukan kelipatan persekutuan dua

bilangan 2 2, 3

4. Menemukan faktor persekutuan dua

bilangan 1 5

Jumlah 5

b. Evaluasi Siklus 2

Tabel 3.5 Kisi-kisi soal evaluasi siklus 2 Standar Kompetensi:

3. Memahami dan menggunakan factor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar:

3.4.Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

No. Indikator Jumlah

Soal

Nomor Soal

1. Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan KPK 2 1, 2

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan FPB 3 3, 4, 5


(66)

c. Evalusi Akhir Siklus 1 dan 2

Tabel 3.6 Kisi-kisi soal evaluasi siklus akhir Standar Kompetensi:

2. Memahami dan menggunakan factor dan kelipatan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar:

2.3.Menentukan kelipatan dan factor bilangan

2.4.Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

No. Indikator Jumlah

Soal

Nomor Soal

1. Menemukan kelipatan persekutuan dua

bilangan 1 1

2. Menemukan faktor persekutuan dua

bilangan 1 3

3. Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan KPK 2 2, 5

4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan FPB 1 4

Jumlah 5

3. Lembar Kuesioner

Berdasarkan tabel 3.3 Indikator kemampuan berpikir kritis, peneliti menjabarkan lima indikator tersebut menjadi 20 item pernyataan kemampuan berpikir kritis. Berikut merupakan kisi-kisi yang digunakan dalam pengamatan kemampuan berpikir kritis:

Tabel 3.7 Kisi-kisi Berpikir Kritis No Indikator Berpikir

Kritis

Pernyataan Jumah

Soal

Nomor Soal Favorabel Unfavorabel

1. Mengenal Masalah

2 2 4 1, 2, 3,

4

2. Menemukan cara-cara

yang dapat dipakai

untuk menangani

masalah-masalah

2 2 4 5, 6, 7,

8

3. Mengumpulkan dan

menyusun informasi

yang diperlukan

2 2 4 9, 10,

11, 12

4. Menganalisis data

2 2 4 13, 14,

15, 16

5. Menarik

kesimpulan-kesimpulan dan

kesamaan-kesamaan yang diperlukan.

2 2 4 17, 18,

19, 20


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Margareta Asti Utami anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bernadus Suyitno dan Christina Susanti yang lahir di Sleman pada tanggal 29 Maret 1994. Pendidikan awal dimulai dari TK Indriyasana Ngento-ento tahun 1997–2000. Dilanjutkan di SD Kanisius Klepu pada tahun 2000–2006. Pada tahun 2006–2009 terdaftar sebagai siswi SMP Pangudi Luhur Moyudan. Pada tahun 2009–2012, peneliti terdaftar sebagai siswi SMA Negeri 1 Godean. Tahun 2012 peneliti meneruskan pendidikannya sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Sanata Dharma.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

23 132 295

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatakan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis kelas VA pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

3 17 366

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393