Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran PBL di SD Negeri Denggung.

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III A pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL di SD Negeri

Denggung

Casula Ambar Winanti (121134138) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui dan memaparkan penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus Subjek penelitian adalah siswa kelas III A SD Negeri Denggung 28 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif.

Langkah-langkah pembelajaran PBL yang meliputi: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membantu penelitian mandiri dan kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Rata-rata kondisi awal 71,92 meningkat pada siklus I sebesar 77,89 dan pada siklus II sebesar 90,82. Pencapaian KKM juga mengalami peningkatan kondisi awal 64,28% dengan KKM 70, meningkat siklus I sebesar 85,18% dengan KKM 75, dan siklus II menjadi 82,14% dengan KKM 80. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 50,35 kriteria sangat tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 71,62 dengan kriteria cukup kritis dengan rentang nilai 1-100.


(2)

ABSTRACT

The Improving of Learning Outcome and Critical Thinking in Mathematics for III A Grade Students in Multiplication and Division Material through Problem Based Learning

in Denggung State Elementary School. Casula Ambar Winanti (121134138)

PGSD Sanata Dharma University 2016

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking in multiplication and division of III A grade students in Denggung State Elementary School bach 2015/2016. The purpose of this study are: (1) to implement Problem Based Learning (PBL) for improving the learning outcome and critical thinking; (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This study was Implement Action Research that was conducted in two cycles in which each cycle consisted of two meetings. The participants of this study were III A grade students in Denggung State Elementary School. The data collection techniques were observation, tests and questionaires. The instrument utilized in this study were observation sheet, tests, and questionaire sheet. The data analysis technique was descriptive statistics.

The steps of this study were: 1) students’ orientation in the problem, 2) to organize students to study, 3) to help independent and group observation, 4) to develop and to serve the students’ work, 5) to analyze and to evaluate the process of problem solving, 6) can increase learning outcome and critical thinking skills. The result of the study showed that PBL could improve the learning outcome and critical thinking. The average score of students’ learning outcome was improving started from initiate condition as 71.92 became 77.89 in cycle I and increased more in cycle II as 90.82. The students’ achievement of class average score was also increasing started from 64.28% in the initiate condition with 70 as the class average score to 85.18% in cycle I with 75 as the average score. In addition, in cycle II, it was also improved by reaching 82.14% with 80 as class average score. The students’ critical thinking skills also improved as seen in the value as 50,35 categorized as very uncritical became 71,62 categorized as critical enoughat the final conditionwith range value1-100.


(3)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III A PADA

MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI

PEMBELAJARAN PBL DI SD NEGERI DENGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Casula Ambar Winanti NIM: 121134138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III A PADA

MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI

PEMBELAJARAN PBL DI SD NEGERI DENGGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Casula Ambar Winanti NIM: 121134138

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala cinta dan syukur skripsi ini dipersembahkan kepada :  Tuhan Yesus Sumber Pengharapan

 Bapak Sumulyo dan Ibu Th. Sunarti yang selalu memotivasi dan memberikan dukungan

 Keluarga besar Selowisastro

 Kakak-kakakku M.M. Atik Widiasih, Anastasia Wahyu Dwi Mulyani, Carolina Wahyu Tri Astuti dan Fransiska Setyowati

 Keponakanku Veronica Eggy Larasati, Abiel Wahyu Sayudha, Samuel Danu Ega Saputra, Lucia Ari Natania, Albin Dharma Yoga dan Gavriele Arnan Rajendra

 Sahabatku Dewi Utari, Lusia Desti Riyanatalia, Yashinta Piji Lestari, Elisabeth Astin Vega R, Margareta Asti Utami, Veronica Kristiani Larasati, Eryka Novrianta, Parmaditya Surya Hadikusuma, Solihin, dan Yosafat Dwi Widi Hutomo

 Seluruh teman-teman kelas D 2012


(8)

v MOTTO

Mintalah, maka kamu akan diberi, carilah, maka kamu akan mendapat, ketuklah, maka kamu akan dibukakan pintu

Lukas 11: 9

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya Matius 21: 22

Tak ada kesedihan yang sia-sia, waktu akan mengumpulkan pecahan-pecahannya untuk menyusun kebahagiaanmu suatu

ketika Joko Pinurbo


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Februari 2016 Penulis,


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Casula Ambar Winanti

Nomor Mahasiswa : 121134138

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA KELAS III A PADA MATERI PERKALIAN DAN

PEMBAGIAN MELALUI PEMBELAJARAN PBL DI SD NEGERI DENGGUNG

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 11 Februari 2016 Yang menyatakan,


(11)

viii ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III A pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL di SD

Negeri Denggung

Casula Ambar Winanti (121134138) Universitas Sanata Dharma

2016

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengetahui dan memaparkan penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis, (2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar, dan (3) mengetahui dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dan dilakukan dengan dua siklus Subjek penelitian adalah siswa kelas III A SD Negeri Denggung 28 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, tes, dan kuesioner. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar pengamatan, tes soal uraian, dan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan statistika deskriptif. Langkah-langkah pembelajaran PBL yang meliputi: 1) orientasi siswa pada masalah, 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, 3) membantu penelitian mandiri dan kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Rata-rata kondisi awal 71,92 meningkat pada siklus I sebesar 77,89 dan pada siklus II sebesar 90,82. Pencapaian KKM juga mengalami peningkatan kondisi awal 64,28% dengan KKM 70, meningkat siklus I sebesar 85,18% dengan KKM 75, dan siklus II menjadi 82,14% dengan KKM 80. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, kondisi awal dengan nilai 50,35 kriteria sangat tidak kritis dan meningkat pada kondisi akhir sebesar 71,62 dengan kriteria cukup kritis dengan rentang nilai 1-100.


(12)

ix ABSTRACT

The Improving of Learning Outcome and Critical Thinking in Mathematics for III A Grade Students in Multiplication and Division Material through Problem Based

Learning in Denggung State Elementary School. Casula Ambar Winanti (121134138)

PGSD Sanata Dharma University 2016

The background of the study was concern about the low learning outcome and critical thinking in multiplication and division of III A grade students in Denggung State Elementary School bach 2015/2016. The purpose of this study are: (1) to implement Problem Based Learning (PBL) for improving the learning outcome and critical thinking; (2) to improve students’ learning outcome, (3) to improve students’ critical thinking.

This study was Implement Action Research that was conducted in two cycles in which each cycle consisted of two meetings. The participants of this study were III A grade students in Denggung State Elementary School. The data collection techniques were observation, tests and questionaires. The instrument utilized in this study were observation sheet, tests, and questionaire sheet. The data analysis technique was descriptive statistics.

The steps of this study were: 1) students’ orientation in the problem, 2) to organize students to study, 3) to help independent and group observation, 4) to develop and to serve the students’ work, 5) to analyze and to evaluate the process of problem solving, 6) can increase learning outcome and critical thinking skills. The result of the study showed that PBL could improve the learning outcome and critical thinking. The average score of students’ learning outcome was improving started from initiate condition as 71.92 became 77.89 in cycle I and increased more in cycle II as 90.82. The students’ achievement of class average score was also increasing started from 64.28% in the initiate condition with 70 as the class average score to 85.18% in cycle I with 75 as the average score. In addition, in cycle II, it was also improved by reaching 82.14% with 80 as class average score. The students’ critical thinking skills also improved as seen in the value as 50,35 categorized as very uncritical became 71,62 categorized as critical enoughat the final conditionwith range value1-100.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasihNya sehingga penulis telah menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas III A Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL Di SD Negeri Denggung”.Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mengalami banyak hambatan, cobaan, dan kesulitan, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dengan caranya sendiri, penulis mampu termotivasi untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd., Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma

4. Bapak Drs. Paulus Wahana, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, memberikan perhatian, membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

5. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si, M.Pd., dosen pembimbing II yang selalu memberikan masukan, membantu dan mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir bimbingan.

6. Ibu Kepala SD Negeri Denggung, Dra. Sri Susilowati, M.Pd, yang telah memberikan ijin penelitian, Ibu Suratmini, selaku wali kelas III A yang membantu memberikan masukan selama penelitian serta seluruh karyawan, guru dan murid-murid tercinta SD Negeri Denggung.


(14)

xi

7. Seluruh staf dosen dan karyawan Prodi PGSD Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing selama penulis belajar di kampus PGSD, USD.

8. Bapak Sumulyo, Ibu Th.Sunarti dan seluruh kakak-kakakku yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk peneliti.

9. Teman-teman satu kelompok payung Yashinta, Asti, Riza, Upik, Eva, Tesa, Wulan, Adit, Ardian, Ulil, Frengky, Ibnu, Husein, Janu dan Faisal yang berjuang bersama membantu dalam pelaksanaan ujian pendadaran, dari awal bimbingan hingga akhirnya perjuangan kita telah selesai.

10.Teman-teman angkatan 2012 PGSD yang selalu memberikan keceriaan dan tawa setiap harinya terlebih kelas D terima kasih atas kerja samanya selama kuliah di sini.

11.Kampus PGSD, tempatku berkembang dalam segala hal, tempat menimba ilmu, banyak cerita suka-duka, tawa dan tangis yang mampu mendewasakan penulis. Tidak ada kampus yang lebih baik selain kampus PGSD yang memberikan banyak kisah di tiap sudut dan lorong yang ada.

Akhirnya penulis menyadari masih banyak keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini oleh karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik yang membangun penulis di masa depan. Dan akhirnya semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkepentingan.

Yogyakarta, 11 Februari 2016 Penulis,


(15)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 8

BAB. II LANDASAN TEORI ... 10


(16)

xiii

1. Hasil Belajar ... 10

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 12

3. PBL (Problem Based Learning) ... 14

4. Pembelajaran Matematika ... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB. III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Setting Penelitian ... 32

C. Persiapan ... 32

D. Tindakan Penelitian Setiap Siklus ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 47

H. Teknik Analisis Data ... 50

I. Indikator Keberhasilan ... 60

J. Jadwal Penelitian ... 61

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Pelaksanaan... 62

2. Hasil Belajar ... 69

3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 74

B. Pembahasan ... 95

BAB. V PENUTUP ... 97


(17)

xiv

B. Keterbatasan Penelitian ... 98

C. Saran ... 99

DAFTAR REFERENSI ... 100


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.2 Indikator Berpikir Kritis... 45

Tabel 3.3 Kisi – kisi soal Evaluasi Siklus I ... 45

Tabel 3.4 Kisi – kisi soal Evaluasi Akhir ... 46

Tabel 3.5 Kisi – kisi Lembar Kuesioner ... 46

Tabel 3.6 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 48

Tabel 3.7 Kriteria Kelayakan Instrumen ... 49

Tabel 3.8 Hasil Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 49

Tabel 3.9 Kriteria Kelayakan Instrumen Berpikir Kritis ... 50

Tabel 3.10 Kriteria PAP Tipe I ... 51

Tabel 3.11Rentang Skor Indikator 1 ... 52

Tabel 3.12 Rentang Skor Indikator 2 ... 53

Tabel 3.13 Rentang Skor Indikator 3 ... 54

Tabel 3.14 Rentang Skor Indikator 4 ... 55

Tabel 3.15 Rentang Skor Indikator 5 ... 56

Tabel 3.16 Rentang Skor Indikator 6 ... 57

Tabel 3.17 Rentang Skor Seluruh Indiktor ... 57

Tabel 3.18 Tabel Rentang Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis ... 58

Tabel3.19 Kriteria Observasi ... 58

Tabel 3.20Tabel Kriteria Rata-rata Observasi Keseluruhan ... 59

Tabel 3.21 Indikator Keberhasilan ... 60

Tabel 2.22 Jadwal Penelitian ... 61

Tabel 4.1Data KondisiAwal Nilai Ulangan Matematika ... 69


(19)

xvi

Tabel 4.3 Hasil Nilai Evaluasi Siklus 2 ... 70

Tabel 4.4 Data Hasil Belajar ... 71

Tabel 4.5 Skor Indikator 1 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 74

Tabel 4.6 Skor Indikator 2 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 75

Tabel 4.7 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 76

Tabel 4.8 Skor Indikator 4 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 77

Tabel 4.9 Skor Indikator 5 KemampuanBerpikir Kritis Setiap Siswa ... 78

Tabel 4.10 Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 79

Tabel 4.11 Skor Keseluruhan Indikator Kondisi Awal ... 80

Tabel 4.12 Nilai Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 81

Tabel 4.13 Skor Indikator 1 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 82

Tabel 4.14 Skor Indikator 2 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 83

Tabel 4.15 Skor Indikator 3 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 84

Tabel 4.16 Skor Indikator 4 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 85

Tabel 4.17 Skor Indikator 5 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 86

Tabel 4.18Skor Indikator 6 Kemampuan Berpikir Kritis Setiap Siswa ... 87

Tabel 4.19 Skor Keseluruhan Kemampuan Berpikir Kritis ... 88

Tabel 4.20 Nilai Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 89

Tabel 4.21 Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 90

Tabel 4.22 Hasil Observasi Siklus I ... 91

Tabel 4.23 Hasil Observasi Siklus II... 92


(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Bagan Literature Map Penelitian ... 25

3.1 Model PTK Kemmis dengan MC. Taggart ... 30

4.1 Nilai Rata-rata Hasil Blajar ... 71

4.2 Persentase Pencapaian KKM ... 72


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 102

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 103

Lampiran 3 Silabus ... 104

Lampiran 4 RPP ... 111

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus 1 ... 159

Lampiran 6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 164

Lampiran 7 Hasil Nilai Evaluasi Siklus I ... 168

Lampiran 8 Soal Evaluasi Akhir ... 169

Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ... 175

Lampiran 10 Hasil Nilai Evaluasi Akhir ... 181

Lampiran 11 Daftar Nilai Ulangan Matematika TA 2014/2015 ... 182

Lampiran 12 Validitas Perangkat Pembelajaran ... 183

Lampiran 13 Kisi – kisi Kuesioner ... 192

Lampiran 14 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis ... 193

Lampiran 15 Validasi Kuesioner Berpikir Kritis ... 197

Lampiran 16 Kondisi Awal Kemampuan Berpikir Kritis ... 201

Lampiran 17 Kondisi Akhir Kemampuan Berpikir Kritis ... 202

Lampiran 18 Pedoman Observasi ... 203

Lampiran 19 Hasil Observasi ... 204

Lampiran 20 Hasil Wawancara ... 205

Lampiran 21 Foto Kegiatan ... 210


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Belajar matematika merupakan syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, karena dengan belajar matematika, siswa akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Pembelajaran di dalam kelas seharusnya guru mampu memfasilitasi dan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, dalam proses pembelajaran ini berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak langsung melatih siswa untuk berpikir menghadapi masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menghadapkan anak pada masalah matematis sehari-hari dengan demikian belajar matematika anak merasa terbantu untuk menyelesaikan masalah matematis sehingga anak tertarik untuk belajar. Apalagi matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dan berguna bagi siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas III, pada tanggal 8 Agustus 2015 peneliti mendapatkan informasi bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran dengan hasil belajar yang rendah pada materi perkalian


(23)

dan pembagian, guru belum maksimal mengembangkan kemampuan berpikir kritis anak untuk menyelesaikan soal cerita maupun soal matematika yang lainnya. Ennis (dalam Fisher 2008), bahwa berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Dalam konsep Ennis pengambilan keputusan adalah bagian dari berpikir kritis, diharapkan dengan menghadapkan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari kemampuan berpikir kritis siswa meningkat.

SD Negeri Denggung memiliki KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk pelajaran matematikan adalah 70. Berdasarkan batas Kriteria Ketuntasan Minimal maka dapat dilihat siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 18 siswa dan 10 siswa yang belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada 35% siswa yang belum mencapai KKM untuk materi perkalian dan pembagian. Berdasarkan hasil wawancara dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika kelas III SD Negeri Denggung rendah pada materi perkalian dan pembagian. Data kondisi awal hasil belajar tahun pelajaran 2014/2015 dapat dilihat di lampiran 11.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan (Purwanto, 2009 : 44), siswa seringkali mengeluh ketidakpuasannya terhadap perolehan hasil belajar. Proses pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada guru, menjadikan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar, seharuanya pembelajaran di dalam kelas berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator. Karakteristik siswa kelas III dengan masa peralihan dari kelas II, masih mengalami kesulitan untuk


(24)

menyelesaikan soal cerita mengubahnya ke dalam bentuk matematika.Kuncinya adalah penanaman konsep matematika yang mantang, guru harus menghadirkan model pembelajarn yang membantu siswa untuk memahami materi.

Pada kenyataannya anak tidak dilatih untuk berpikir menghadapi masalah matematis dalam kehidupan nyata.Apalagi kemampuan berpikir ini menjadi salah satu bekal utama untuk menyelesaikan soal matematika, termasuk soal cerita. Siswa tidak dilatih berpikir kritis untuk menghadapi masalah matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Padahal pembelajaran matematika yang ideal bertujuan untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematika dan perhitungan matematika.untuk dipikir dan diselesaikan.

Salah satu pembelajaran inovatif yang membantu siswa untuk memahami materi dan meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya adalah pembelajaran model Problem Based Learning (PBL), yaitu pembelajaran yang menekankan pada masalah kehidupan sehari-hari. PBL ini bertujuan untuk membantu siswa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan matematika, serta membantu siswa berpikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan matematika, dengan demikian diharapakn dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikembangkan suatu pembelajaran inovatif matematika, untuk meningkatkan hasil belajar matematika serta untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan tujuan mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang


(25)

matang dan orang yang tidak pernah berhenti belajar. Peneliti mencoba menerapkan pembelajaran Problem Based Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Arends (dalam Trianto 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan dirinya.

Agar siswa dapat mencapai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis yang sesuai dengan yang diharapkan maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematikan Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran Problem Based Learning Siswa Kelas III SD Negeri Denggung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa tentang konsep perkalian dan pembagian masih rendah 2. Kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal masih kurang

3. Pembelajaran siswa berpusat pada guru

4. Pendekatan yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran kurang menarik bagi siswa, sehingga hasil belajar siswa menjadi kurang memuaskan 5. Tujuan pembelajaran belum tercapai secara maksimal


(26)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk memfokuskan suatu permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penulis hanya meneliti siswa kelas III A SD Negeri Denggung, semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

2. Objek yang diteliti adalah peningkatan hasil belajar matematika dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.

4. Mata pelajaran yang diteliti adalah matematika dengan materi perkalian dan pembagian.

D. Rumusan Masalah

Hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Negeri Denggung harus ditingkatkan. Berdasarkan uraian latar belakangmasalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan PBL dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/2016?

2. Apakah penerapan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi perkalian dan pembagian kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/2016?


(27)

3. Apakah penerapan pendekatan Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan pembagian kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memaparkan bagaimana penerapan PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/ 2016.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi operasi hitung perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/ 2016 lewat penggunaan pendekatanProblem Based Learning. 3. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematika materi operasi hitung perkalian dan pembagian siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/ 2016 melalui model pendekatanProblem

Based Learning.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pendidikan baik secara langsung, maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teorits

a. Sebagai gambaran dan bahan pengembangan untuk menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi perkalian dan pembagian


(28)

siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/2016 melalui pendekatan Problem Based Learning.

b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya, mengenai hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa materi perkalian dan pembagian, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas III SD Negeri Denggung tahun ajaran 2015/ 2016.

b. Bagi peneliti

1) Mendapatkan pengalaman baru tentang penggunaan model Problem Based

Learning (PBL).

2) Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar, berlatih, menerapkan dan mengembangkan pengetahuan peneliti yang telah berproses selama penelitian.

3) Menambah wawasan atau pengetahuan baru tentang kemampuan berpikir kritis.

c. Bagi Guru

Penggunaan metode pembelajaran inovatif PBL sebagai salah satu metode mengajar yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika khususnya untuk meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis matematika siswa.


(29)

d. Bagi sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam penggunaan pembelajaran inovatif PBL.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah yang dijelaskan sebagai berikut. 1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran, peneliti memfokuskan pada aspek kognitif.

2. Berpikir kritis

Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.

3. Problem Based Learning

PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan dengan langkah-langkah tertentu.

4. Matematika

Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.


(30)

5. Perkalian dan Pembagian

Konsep perkalian adalah penjumlahan berulang, sedangkan konsep pembagian adalah pengurangan berulang.


(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Majid,2014: 27).Hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.Andersond dan Krathwohl (dalam Rusmono, 2012:8) menyebut ranah kognitif dari taksonomi Bloom merevisi menjadi dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam tingkatan: (1) ingatan, (2) pemahaman, (3) pengetahuan terdiri atas empat tingkatan, yaitu (1) pengetahuan faktual, (2) pengetahuan konseptual, (3) pengetahuan prosedural, dan (4) pengetahuan meta-kognitif.

Sedangkan Snelbeker (dalam Rusmono, 2012: 8) perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar.


(32)

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan atau kemampuan baru yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran, peneliti memfokuskan pada aspek kognitif.

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013 : 12), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku, motivasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani.Kedua, lingkungan; yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan.

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Wasliman (dalam Susanto 2012:12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal, maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor internal; faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan. 2) Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar, yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.


(33)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

a.Model Berpikir Kritis Richard Paul

Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri yang mencontohkan kesempurnaan berpikir sesuai dengan mode tertentu atau ranah berpikir (Richard Paul dalam Kuswana 2012: 205). Standar berpikir kritis bagi pendidikan dasar dalam model Paul adalah upaya untuk mengidentifikasi komponen berpikir kritis, berikut adalah daftar standar berpikir kritis: kejelasan (clarity), presisi (precision), spesial

(specificity), akurasi (accuracy), relevan (relevance), konsisten (consistency), logis (logic), mendalam (dept), kelengkapan

(completeness), signifikan (significance), kecukupan (adequacy), dan

keadilan (fairness).

Kuswana (2011 : 19) berpendapat berpikir kritis merupakan analisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.

Sedangkan menurut Norris dan Ennis (dalam Alec Fisher, 2008 : 4) berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.


(34)

b. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Glaser (dalam Fisher, 2008 :7), ciri-ciri berpikir kritis yaitu: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara untuk menyelesaikan masalah, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) mengenal ide dan nilai yang tidak dinyatakan, (e) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, (f) menganalisis data, (g) menilai fakta dan menilai pernyataan-pernyataan, (h) mengenal sebab akibat suatu masalah, (i) menarik kesimpulan, (j) menguji kebenaran pendapat orang lain, (k) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan 12 indikator tersebut, peneliti memilih enam indikator yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: (a) mengenal masalah, (b) menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, (d) menganalisis data, (e) menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seorang ambil, dan (f) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.


(35)

c. Keterampilan Penting dalam Pemikiran Kritis

Beberapa keterampilan berpikir kritis yang sangat penting menurut Fisher (2008 : 8), khususnya bagaimana: 1) mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan; 2) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; 3) mengklarifikasi dan menginterpretasi pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan; 4) menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim; 5) mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya; 6) menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan penjelasan-penjelasan; 7) menganalisis, mengevaluasi dan membuat keputusan-keputusan; 8) menarik inferensi-inferensi; 9) menghasilkan argumen-argumen.

3. Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Triyanto (2009 : 90) mengemukakan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya masalah yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian secara nyata.

Ratumanan (dalam Triyanto, 2009 : 92), menyatakan bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran cara berproses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam diri siswa, dan menyusun pengetahuannya tentang dunia sosial


(36)

dan sekitarnya. Peterson (dalam Amir, 2009 : 13) mengatakan bahwa yang mendapatkan fokus dalam pembelajaran berbasis masalah bukan hanya pada saat pembelajaran itu berlangsung tetapi juga kelak, yakni kecakapan yang diperoleh akibat proses tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan dengan langkah-langkah tertentu.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Karakteristik Problem Based Learning menurut Arends (dalam Trianto,2009 : 93) adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah

Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran berdasarkan masalah dan pertanyaan yang terjadi dan masalah tersebut penting untuk dipecahkan dan bermakna bagi seseorang. 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Masalah yang akan dipecahkan adalah masalah yang nyata agar dalam pemecahannya siswa tidak hanya melihat dari satu sisi mata pelajaran tetapi siswa mampu melihat masalah itu dari berbagai mata pelajaran.


(37)

3) Penyelidikan autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4) Membuat produk dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya.Karya tersebut mampu mewakili atau menjelaskan penyelesaian masalah yang mereka temukan.

5) Kolaborasi

Ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah dengan adanya

siswa yang bekerjasama dalam menyelesaikan

masalahnya.Bekerjasama memberikan motivasi, mengembangkan keterampilan sosial, dan keterampilan berpikir.

d. Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan ciri-ciri PBL yang telah disebutkan diatas, menurut Trianto (2009 : 94), tujuan PBL adalah untuk: 1) membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan


(38)

pemecahan masalah, 2) belajar peranan orang dewasa yang autentik, 3) menjadi pembelajar yang mandiri.

e. Kelebihan dan Kekurangan PBL

Kelebihan Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu model pembelajaran menurut Trianto (2009 : 96) adalah : 1) realistik dengan kehidupan siswa, 2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, 3) memupuk sifat inkuiri siswa, 4) memupuk kemampuan Problem

Solving atau pemecahan masalah. Selain kelebihan tersebut

pembelajaran berbasis masalah juga memiliki kekurangan yaitu : 1) persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, 2) sulitnya mencari problem yang relevan, 3) memerlukan waktu yang panjang, dan 4) sering terjadi miss-konsepsi.

f. Langkah–langkah Problem Based Learning (PBL)

Proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala perangkat yang diperlukan. Menurut Amir (2009 : 24) ada 7 langkah PBL setelah membentuk kelompok kecil:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah.


(39)

2) Merumuskan masalah

Fenomena atau kejadian yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan-hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu.

3) Menganalisis masalah

anggota menggeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimuliki anggota tentang masalah. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

4) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam

bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian yang membentuknya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran kan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasan–penugasan individu disetiap kelompok.


(40)

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)

saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang tidak dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan dan menentukan di mana hendak dicarinya atau menentukan sumber informasi.Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/kelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.

7) Mensintesa (menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas

dari laporan-laporan individu/kelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi-informasi baru. Kelompok sudah dapat membuat sistesis; menggabungkan dan mengkombinasikan hal-hal yang relevan.

Arends (2013 : 115) menyatakan bahwa ada lima tahap dalam sintaksis untuk pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

Tahap 1: Mengarahkan siswa kepada masalah

Guru meninjau ulang tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah

Tahap 2: Mempersiapkan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan menyusun tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan


(41)

Tahap 3: Membantu penelitian mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, mengadakan eksperimen, dan mencari penjelasan serta solusinya

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan mepersiapkan hasil karya

Tahap 5:Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk merefleksikan penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

Sedangkan Pannen (dalam Ngalimun, 2012 : 94) langkah-langkah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah berdasarkan data pada data yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk menyelesaikan masalah, (6) merencanakan penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lima fase dalam PBL sesuai dengan pendapat Arends (2013 : 115) yang meliputi: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok,


(42)

(4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

4. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika

Johnson dan Myklebust (dalam Sundayana, 2003 : 252) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan. Dengan kata lain, matematika adalah bekal bagi peserta didik untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.

Sedangkan menurut Schoenfeld (dalam Hendriana & Soemarmo,2014 : 6) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang hidup dan tumbuh di mana kebenaran dicapai secara individu dan melalui masyarakat matematis. Selanjutnya ia menyarankan agar: a) Pakar matematika mengembangkan pemahaman matematik yang dalam melalui latihan magang dalam masyarakat terutama untuk mahasiswa pascasarjana dan professional muda, b) Dalam standar pembelajaran untuk siswa menengah ke bawah siswa tidak didorong untuk magang seperti itu, oleh karena itu hendaknya siswa didorong untuk doing dan knowing mathematics.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan angka dan bilangan serta menggunakan simbol matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.


(43)

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Hendriana dan Soemarmo (2014:7) menyatakan bahwakurikulum KTSP yang disempurnakan pada kurikulum 2013 mencantumkan tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan peryataan matematika, 3) memecahkan masalah, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. c. Materi Pembelajaran

1) Perkalian

Konsep perkalian adalah penjumlahan berulang. Contoh:

Banyak seluruh apel Bu Santi ada 9 buah.

Kita dapat memperolehnya dengan cara menjumlahkan 3 + 3 + 3 = 9 Penjumlahan itu disebut penjumlahan berulang. Penjumlahan bilangan 3 dilakukan 3 kali.Penjumlahan berulang dapat dinyatakan dalam bentuk perkalian yaitu 3 x 3.


(44)

2) Pembagian

Konsep pembagian adalah pengurangan berulang. Contoh:

Bu Sita memindahkan 12 butir telur itu ke keranjang kecil. Setiap kali ia memindahkan 4 butir telur ke masing-masing keranjang kecil. Ternyata, semua telur dapat menempati 3 keranjang kecil dan tidak ada telur yang tersisa.

12 - 4 - 4 - 4 = 0

Bentuk pengurangan di atas disebut pengurangan berulang.

Pengurangan dengan 4 dilakukan sebanyak 3 kali. Jadi, 12 : 4 = 3. Pembagian dapat dinyatakan sebagai pengurangan berulang.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang hasil belajar pernah dilakukan oleh Pratiwi, Ni Wyn Wida Gian, dkk.(2013)dengan judul “Model Pembelajaran Problem Based Learning Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan”. Data mengenai hasil belajar materi pecahan dalam mata pelajaran matematika dikumpulkan dengan instrumen berupa tes objektif pilihan ganda. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan tehnik t-test dengan t-hitung= 2,8, t-tabel= 0,02 pada taraf signifikansi 5% dan dk = 34 n1 – 1atau n2 – 1 sehingga diperoleh t-hitung >t-tabel. Rerata hasil belajar matematika siswa di kelompok eksperimen adalah 74,23 dan kelompok control adalah 67,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning


(45)

berpengaruh terhadap hasil belajar materi pecahan dalam mata pelajaran matematika siswa kelas IV SD Saraswati Tabanan.

Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning, juga pernah dilakukan oleh Gunantar, Gd, dkk.(2014) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi tinggi. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Susila, Putu Budi, dkk.(2014) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Gugus III Kecamatan Busungbiu”. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelompok eksperimen tergolong tinggi dengan rata-rata 16,56, sedangkan hasil belajar siswa kelompok kontrol tergolong sedang dengan rata-rata 11,43. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV gugus III kecamatan Busungbiu ( thitung>ttabel, thitung = 4,77 dan ttabel =2,43).Dengan demikian, model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematika siswa.

Penelitian yang sudah dilakukan di atas digunakan peneliti sebagai pendukung penelitian yang relevan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa


(46)

dan kemampuan berpikir kritis matematika melalui pembelajaran Problem

Based Learning (PBL). Literatur Map penelitian yang relevan dapat dilihat

pada gambar 2 berikut:

Gambar 2.1Bagan Literature MapPenelitian

Pratiwi, Ni Wayan Wida Gian, dkk. (2013). Model Pembelajaran

Problem Based Learning

Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar Materi Pecahan Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Saraswati Tabanan

Gunantar, Gd, dkk. (2014).Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V

Susila, Putu Budi, dkk. (2014). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Gugus III Kecamatan Busungbiu

Yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Peningkatan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis

Matematika III A Pada Materi Perkalian dan Pembagian Melalui Pembelajaran PBL SD Negeri Denggung Tahun Pelajaran 2015/2016


(47)

Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan, bahwa model pembelajaran PBL memberikan pengaruh terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Peneliti meneliti tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas III A pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran PBL SD Negeri Denggung. Unsur kesamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran PBL pada pembelajaran matematika.

C. Kerangka Berpikir

Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung menghitung. Oleh sebab itu, siswa harus selalu dilatih dan dibiasakan berpikir mandiri untuk memecahkan masalah, karena pemecahan masalah selain menuntut siswa untuk berpikir juga merupakan alat utama untuk melakukan atau bekerja dalam matematika. Melalui pembelajaran matematika juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi siswa di masa depan (Susanto, 2012 : 195). Oleh sebab itu, siswa harus dilatih dan dibiasakan berpikir kritis untuk memecahkan masalah. Guru harus menghadirkan pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih memahami materi pembelajaran. Pada umumnya anak kelas III memiliki karakteristik masa peralihan dari kelas II, untuk menyelesaikan matematika siswa masih mengalami kesulitan apa lagi untuk menyelesaikan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.


(48)

Salah satu model pembelajaran adalah menghadirkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari, secara tidak langsung melatih siswa untuk berpikir menghadapi realitas kehidupan nyata, karena pada kenyataannya anak tidak dilatih untuk berpikir menghadapi realitas kehidupan nyata. Apalagi kemampuan berpikir ini menjadi salah satu bekal utama untuk menyelesaikan soal matematika, termasuk soal cerita. Siswa tidak dilatih berpikir kritis untuk menghadapi masalah matematis yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Padahal pembelajaran matematika yang ideal bertujuan untuk menghadapkan siswa dengan realita kehidupan sehari-hari yang memuat permasalahan matematika dan perhitungan matematika. untuk dipikir dan diselesaikan.

Pembelajaran Problem Based Learningjuga terkait dengan peran siswa dalam keikutsertaannya saat proses pembelajaran. Peran serta siswa saat proses pembelajaran dianggap penting karena didalam pembelajaran dibutuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis merupakan suatu disiplin berpikir mandiri, masuk akal dan reflektif, yang mencontohkan kesempurnaan berpikir, dengan terlebih dahulu menganalisis situasi masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan, ketika anak dihadapkan pada masalah anak akan terlatih untuk berpikir kritis. Model pembelajaran Problem Based Learningini menekankan penyelesaian masalah pada kehidupan sehari-hari, sehingga membantu anak untuk menyelesaikan masalah matematis dalam kehidupan sehari-hari.


(49)

Pernyataan diatas, membuat peneliti tertarik dengan model atau strategi pembelajaran Problem Based Learning. Pembelajaran Problem Based

Learning merupakan konsep belajar yang menekankan masalah pada

kehidupan sehari-hari. Di harapkan proses pembelajaran akan menjadi aktif, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Penerapan pembelajaran

Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan

kemampuan berpikir kritis.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang mendukung dan kerangka berpikir yang peneliti tulis di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III A SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016, dilaksanakan dengan lima fase yaitu : (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi perkalian dan pembagian kelas III A SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016.


(50)

3. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatan kemampuan berpikir kritis matematika materi perkalian dan pembagian siswa kelas III A SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016 .


(51)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan, praktik dan proses pembelajaran (Susilo, 2007:16).

Penelitian Tindakan Kelas memiliki berbagai model yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian. Model penelitian yang diadaptasi peneliti dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc. Taggart.Model Kemmis dan Mc Taggart dapat digambarkan dalam bagan berikut.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010 : 17)

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi


(52)

Berdasarkan gambar 3.1 model PTK Kemmis dan Mc Taggart terdapat empat langkah untuk setiap siklus yang meliputi:

1. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh peneliti ketika akan memulai tindakannya.

2. Pelaksanaan adalah implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat. 3. Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan.

Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan.

4. Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh peneliti.

Peneliti melakukan perencanaan mengenai langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan ketika akan memulai tindakannya, seperti menyusun perangkat pembelajaran dan berkonsultasi dengan guru kelas. Sehingga dalam proses pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan. Pengamatan dilakukan setiap kali pertemuan di kelas, peneliti membuat pedoman pengamatan (observasi) untuk mempermudah melihat jalannya pelaksanaan tindakan. Sedangkan dalam refleksi peneliti melihat kembali apakah langkah-langkah dalam penelitian tersebut sudah mencapai target yang sudah ditentutan atau belum, lalu pada siklus II dikembangkan dan ditingkatkan.


(53)

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Denggung yang terletak di jalan Candi Gebang, Bangunrejo, Tridadi, Sleman ,Yogyakarta.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik SD Negeri Denggung tahun pelajaran 2015/2016 kelas III A yang berjumlah 28 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika kelas III A SD Negeri Denggung, melalui pembelajaran inovatif Problem Based Learning.

C. Persiapan

Persiapan dalam penelitian ini meliputi:

1. Meminta ijin kepada Kepala Sekolah SD Negeri Denggung

2. Melakukan wawancara dengan guru kelas III untuk mengetahui permasalahan yang dialami siswa

3. Melakukan observasi pembelajaran siswa di kelas III guna memperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik siswa. 4. Peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui kondisi awal

kemampuan berpikir kritis siswa kelas III.

5. Meminta dokumen nilai siswa dari guru kelas III tahun sebelumnya 6. Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang ada di kelas III yaitu


(54)

7. Merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis 8. Menyusun rencana penelitian

9. Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok dan menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, RPP, LKS, Soal Evaluasi Siklus I dan siklus II, kunci jawaban dan instrumen penelitian.

10. Menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari Validasi perangkat pembelajaran dua dosen ahli dan guru kelas

11. Mendata nama-nama siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah pada mata pelajaran matematika melalui wawancara dengan guru kelas.

D. Tindakan Penelitian Setiap Siklus

Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga hahap sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan peneliti sebelum memberikan tindakan pada siswa yaitu membuat perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, materi yang diajarkan, LKS dan soal evaluasi siklus I. Selanjutnya peneliti juga mempersiapkan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus I akan dilakukan dalam 2 pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 2 jam pelajaran, setiap jam


(55)

pelajaran terdiri dari 35 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

a) Kegiatan Awal

Guru membagikan kuesioner mengenai kemampuan berpikir kritis siswa, setelah itu guru melakukan apersepsi dengan bertanya tentang kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan perkalian untuk menggali pemahaman siswa(orientasi siswa pada masalah).

b) Kegiatan Inti

Guru membacakan soal cerita dalam kehidupan sehari-hari tentang perkalian lalu melakukan demonstrasi menggunakan media papan manik-manik untuk menjelaskan konsep perkalian sebagai penjumlahan berulang berdasarkan soal cerita yang sudah dibacakan tadi(mengorganisasi siswa untuk belajar). Beberapa siswa ke depan untuk membantu guru dalam menggunakan media, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan LKS yang dibantu dengan media sedotan(membimbing penyelidikan individu maupun kelompok). Setelah itu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka (mengembangkan dan menyajikan hasil karya).

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup diakhiri dengan tanya jawab seputar materi yang belum jelas dan guru memberikan kesimpulan tentang pembelajaran hari itu(menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).


(56)

2) Pertemuan II

a) Kegiatan Awal

Guru melakukan apersepsi sebelum pembelajaran dengan cara bertanya kepada siswa bagaimana melalukan perkalian dengan dua angka?.Lalu guru menuliskan contoh soal supaya siswa mencoba mengerjakan(orientasi siswa pada masalah).

b) Kegiatan Inti

Guru membacakan soal cerita tentang kehidupan sehari-hari tetapi memuat materi perkalian dua angka(mengorganisasi siswa untuk belajar). Untuk menjelaskan materi perkalian dengan dua angka, guru menggunakan media papan angka.Media ini terbuat dari kertas karton yang diberi kantong-kantong untuk memasukkan angka-angka.Siswa mengerjakan LKS secara berkelompok dengan bantuan guru (membimbing penyelidikan

individu maupun kelompok) c) Kegiatan Penutup

Sebelum melakukan kegiatan penutup guru mengadakan sedikit permainan menggunakan papan angka yang diletakkan di papan tulis, setiap siswa mendapatkan angka-angka selanjutnya guru akan membacakan soal seperti mencongak, lalu siswa akan memasukkan angka-angka dengan cepat (mengembangkan dan menyajikan hasil karya) Setelah itu siswa melalukan evaluasi akhir siklus I(menganalisis dan mengevaluasi proses


(57)

c. Observasi

Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I. Peneliti mengobservasi tentang kemampuan berpikir kritis sesuai dengan pedoman observasi kemampuan berpikir kritis yang peneliti buat. d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi setelah melakukan tindakan pada siklus I. Refleksi bertujuan untuk memberikan penilaian dan mengetahui kekurangan maupun kelebihan yang terjadi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi pada siklus I ini akan digunakan peneliti sebagai pertimbangan merencanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II. 2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus II peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I . Pada siklus II peneliti memperbaiki kekurangan pada siklus I. Peneliti juga mempersiapkan RPP yang akan digunakan pada siklus II. Peneliti juga mempersiapkan LKS dan media yang akan digunakan pada siklus II.

b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus II terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing selama 2 jam pelajaran. Setiap jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Adapun tahapan proses pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut:


(58)

1) Pertemuan I

a) Kegiatan Awal

Guru bertanya mengenai kegiatan sehari-hari siswa yang mungkin berhubungan dengan pembagian(orientasi siswa pada masalah).

b) Kegiatan Inti

Gurumembacakan soal cerita pembagian lalu meminta bantuan siswa untuk membantu menyelesaikan soal tersebutdengan menggunakan papan manik-manik untuk menjelaskan konsep pembagian(mengorganisasi siswa untuk belajar). Secara berkelompok siswa mengerjakan LKS dan guru membimbing untuk menyelesaikan soal-soal tersebut(membimbing penyelidikan individu maupun kelompok), lalu salah satu perwakilan kelompok menyampaikan hasil

diskusi kelompok mereka (mengembangkan dan menyajikan hasil

karya).

c) Kegiatan Penutup

Secara bersama-sama guru dan murid melakukan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilaksanakan lalu menutupnya dengan memberikan kesimpulan tentang materi (menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).

2) Pertemuan II

a) Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal peneliti mengulangi materi sebelumnya tentang pembagian, kemudian guru menyampaikan tujuan materi yang


(59)

akan dipelajari, yaitu tentang pembagian dua angka(orientasi siswa

pada masalah). b) Kegiatan Inti

Guru membacakan soal cerita yang harus diselesaikan dengan pembagian dua angka, kemudian menjelaskan tentang materi(mengorganisasi siswa untuk belajar)lalu siswa mengerjakan LKS secara berkelompok (membimbing penyelidikan individu maupun

kelompok). Setelah selesai mengerjakan LKS perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka (membimbing

penyelidikan individu maupun kelompok), selanjutnya siswa

mengerjakan soal evaluasi akhir siklus II sekaligus juga mengerjakan soal evaluasi akhir yaitu gabungan dari siklus I dan siklus II.

c) Kegiatan Penutup

Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran, guru memberikan kuesioner tentang kemampuan berpikir kritis.Selanjutnya bersama-sama melakukan refleksi mengenai pembelajaran yang sudah dilaksanakan lalu membuat kesimpulan(menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).Guru meminta perwakilan

beberapa siswa untuk memberikan kesan dan pesan selama peneliti masuk ke kelas mereka.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai proses pembelajaran yang sedang berlangsung.


(60)

Peneliti mengamati kemampuan berpikir kritis ketika proses pembelajaran berlangsung. Dari kegiatan observasi ini peneliti mampu mengamati secara langsung perkembangan siswa.

d. Refleksi

Ketika tindakan pada siklus II terlaksana, peneliti kemudian mengevaluasi kegiatan pada siklus II yang telah dilakukan. Kemudian peneliti menganalisis proses pembelajaran, hasil evaluasi dan kuesioner berpikir kritis yang telah dibagikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes dan non tes yang meliputi:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu proses tanya jawab sepihak antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee), yang dilaksanakan sambil bertatap muka, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan maksud memperoleh jawaban dari interviewee (Masidjo, 1995:72). Peneliti melakukan kegiatan wawancara pada hari sabtu,8 Agustus, wawancara ini bertujuan untuk mengetahui kondisi secara umum, karakteristik siswa kelas III, bagaimana proses pembelajaran dan masukan-masukan dari guru yang berguna untuk membantu proses penelitian. Dari kegiatan wawancara ini peneliti mendapatkan gambaran dan masukan untuk melalukan penelitiannya, karena kelas III A adalah kelas yang cukup aktif siswannya.Jika


(61)

dibandingkan dengan kelas III B, kelas III A ini siswanya sangat ramai dengan beragam karakteristik. Misalnya saja ketika guru sedang menjelaskan ada siswa yang tiba-tiba menangis karena diganggu temanyang lain. Tidak heran guru kelas sering kewalahan untuk mengatasi kelas tersebut, karena harus bersuara lantang untuk mendapatkan perhatian siswa. Di dalam kelas ada beberapa anak yang mempunyai sifat sebagai provokator yang berpengaruh besar terhadap suasana kelas, dibutuhkan kesabaran dan tenaga yang ekstra. 2. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan dan indra pendukung lainnya, seperti pendengaran, penciuman, dan lain-lain-untuk mencermati secara langsung fenomena atau objek yang sedang diteliti (Ghani, 2014:143). Observasi ini dilakukan disetiap pertemuan dan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu pada tanggal 21, 22, 28, dan 29 September 2015. Peneliti membuat lembar pengamatan berpikir kritis untuk mempermudah ketika melakukan pengamatan.

3. Tes Untuk Mengukur Hasil Belajar Siswa

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama aspek pengetahuan dan keterampilan (Jihad, 2008:67).Peneliti menggunakan tes dengan bentuk soal uraian untuk kelas III mata pelajaran matematika. Tes diberikan diakhir siklus I pertemuan


(62)

kedua sebagai evaluasi akhir siklus I dan diakhir siklus II pertemuan kedua sebagai evaluasi siklus II dan evaluasi akhir dengan materi perkalian dan pembagian.

4. Pengumpulan Data Nontes Menggunakan Kuesioner

Jenis penilaian tertulis nontes yang sangat lazim adalah kuesioner atau daftar pertanyaan.Kuesioerdiberikan di awal sebelum siklus dan di akhir siklus.Dari segi informasi yang dikumpulkan, kuesioner ini bertujuan untuk mengungkap fakta dan jika dilihat dari sifatnya termasuk kuesioner tertutup. Jawaban yang berisi kemungkinan fakta yang diharapkan sudah tersedia atau disajikan sehingga murid tinggal memilih dengan cara memberi tanda, pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya (Supratiknya,2012:40). Sedangkan menurut Masidjo (1995:70), kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner berpikir kritis skala likert. Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif (Widoyoko, 2012 : 104).

5. Dokumentasi Foto

Pengambilan data melalui dokumentasi foto ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Peneliti meminta bantuan rekan untuk


(63)

mengambil gambar, sehingga siswa tetap fokus dan tidak terjadi perubahan perilaku siswa pada saat pengambilan gambar.

Dokumentasi ini akan memperkuat analisis hasil penelitian pada setiap siklus. Selain itu melalui dokumentasi foto dapat memperjelas data yang lain yang hanya dideskripsikan melalui pengamatan. Hasil dokumentasi ini, kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang ada dan dipadukan dengan data lainnya. Foto kegiatan penelitian dapat dilihat dilampiran 21.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara, lembar observasi, lembar kuesioner, dan soal tes. Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika, hasil belajar siswa kelas III, dan kemampuan berpikir kritis siswa. Lembar observasi dan lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran matematika.Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi perkalian dan pembagian. Peneliti akan menguraikan masing-masing instrumen pengumpulan data sebagai berikut.

1. Lembar Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara kepada guru kelas III SD N Denggung. Berikut adalah garis besar pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan diajukan kepada narasumber.


(64)

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

No Pertanyaan

1 Bagaimana karakteristik siswa kelas III dari tahun ke tahun? 2 Bagaimana cara ibu mengajar dikelas?

3 Bagaimana proses pembelajaran Matematika di kelas III?

4 Apakah kendala yang dihadapi dalam mengajar matematika di kelas III ? 5 Apabila ada kesulitan, pada materi apa?

6 Menurut anda apakah penyebab dari kendala tersebut? 7 Bagaimana usaha anda untuk mengatasi kendala tersebut?

8 Apakah anda selalu menggunakan media sebagai sarana pembelajaran Matematika? 9 Media yang digunakan, dibuat sendiri oleh guru atau sudah tersedia disekolah? 10 Apa contoh medianya?

11 Digunakan untuk mengajar materi apa?

12 Bagaimana peranserta siswa dalam penggunaan media ? 13 Menurut anda bagaimana peran media pembelajaran itu sendiri? 14 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?

15 Menurut anda pada materi apa hasil belajar siswa rendah dan membutuhkan pemahaman yang lebih?

16 Bagaimana strategi pembelajaran matematika yang anda gunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?

17 Menurut anda bagaimana dengan kemampuan siswa untuk mengenal masalah (kasus), misalnya dengan menggunakan soal cerita?

18 Apakah siswa memahami jika guru memberikan masalah atau kasus sebagai pengantar sebuah materi?

19 Bagaimana menurut anda cara atau metode yang tepat untuk memberikan materi kepada siswa?

20 Apakah siswa pernah mengemukakan jawaban sendiri dengan alternatif cara penyelesaian yang lain?

21 Bagaimana dengan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (mengerjakan soal) misalnya sudah bisa mandiri atau masih perlu bantuan dari guru?

22 Bagaimana cara anda untuk memotivasi siswa untuk menyelesaikan suatu masalah? Ini kaitannya dengan mengerjakan soal ataupun mengantarkan sebuah materi dengan sebuah masalah atau kasus?

23 Pernahkah anda dalam pelajaran matematika menggunakn kegiatan praktik? Misalnya dalam materi apa?

24 Setelah melakukan suatu kegiatan dan memperoleh data, apakah murid-murid sudah mampu untuk menganalisis dan mengerjakan soalnya ?

25 Diskripsikan tentang keadaan murid anda, ketika mengikuti pembelajaran Matematika dikelas

Tabel 3.1 menjelaskan mengenai pedoman wawancara yang digunakan peneliti untuk mengetahui proses pembelajaran matematika dan hasil belajar siswa. Dari garis besar pedoman wawancara tersebut peneliti dapat mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan kepada guru kelas III saat proses wawancara berlangsung. Hasil wawancara dapat dilihat di lampiran 20.


(65)

2. Lembar Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa.Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara memberikan tanda checklist(√) pada lembar observasi yang sudah dibuat. Glaser (dalam Fisher, 2008 : 7) menyatakan bahwa ada 12 indikator berpikir kritis yaitu : 1) mengenal masalah, 2) menemukan cara-cara yang dapat dipakai yang dapat dipakai menangani masalah-masalah, 3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan, 4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, 5) memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas, 6) menganalisis data, 7) menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan, 8) mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah, 9) menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan, 10) menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seorang ambil, 11) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas; dan 12) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Pada awalnya peneliti memilih tiga indikator dengan memperhatikan dari ke-12 indikator tersebut mana yang sesuai dengan karakteristik kelas III dan kemampuan siswa kelas III A. Setelah melakukan validasi kepada ahli peneliti mendapat masukan untuk menambahkan tiga indikator lagi, sehingga


(66)

keseluruhan peneliti menetapkan enam indikator sebagai berikut: Tabel 3.2 Indikator Berpikir Kritis

No Indikator Berpikir Kritis

1 Mengenal masalah

2 Menemukan cara–cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu

3 Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan 4 Menganalisis data

5 Menguji kesamaan–kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seorang ambil

6 Membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari

Tabel 3.2menunjukkan indikator-indikator berpikir kritis yang kemudian akan dikembangkan menjadi lembar pedoman observasi, dapat dilihat di

lampiran 18.

3. Soal Tes

Soal tes pada instrumen pengumpulan data ini dibuat dalam bentuk soal uraian.Tujuannya adalah untuk mengukur hasil belajar siswa setelah dilakukannta tindakan.Soal evaluasi diujikan sebanyak dua kali yakni pada saat akhir siklus I dan akhir siklus II.

Tabel.3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I

Indikator Nomer Soal Jumlah Soal

1.3.1.Menggunakan konsep perkalian sebagai pejumlahan berulang untuk menyelesaikan soal perkalian

1,2.3.4.5 5

1.3.3 Menyelesaikan operasi hitung perkalian

6,7,8,9,10 5


(1)

media sebagai sarana pembelajaran Matematika?

tersedia, atau menggunakan benda disekitar lingkunga sekolah sebagai media pembelajaran

7 Media yang digunakan, dibuat sendiri oleh guru atau sudah tersedia

disekolah?

Membuat sendiri, ada juga yang dari sekolah.

8 Apa contoh medianya? Kertas karton, puzzle, kerikil dan lidi

9 Digunakan untuk mengajar materi apa?

Kerikil dan lidi digunakan untuk media perkalian dan pembagian. 10 Bagaimana peranserta siswa dalam

penggunaan media ?

Siswa sangat antusias

11 Menurut anda bagaimana peran media pembelajaran itu sendiri?

Menambah pemahaman siswa, karena kelas III untuk pemahaman dan penalaran masih kurang jari perlu ditingkatkan.

12 Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?

Kurang lebih sebanyak 35% belum mencapai KKM, dengan nilai KKM 70.

13 Menurut anda pada materi apa hasil belajar siswa rendah dan

membutuhkan pemahaman yang lebih?

Hampir pada seluruh materi, apa lagi ketika bertemu dengan soal cerita siswa merasa kebingunggan


(2)

untuk menyelesaikan. 14 Bagaimana strategi pembelajaran

matematika yang anda gunakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa?

Sebanyak kurang lebih 15% anank disendirikan diberi tambahan latihan-latihan.

15 Menurut anda bagaimana dengan kemampuan siswa untuk mengenal masalah (kasus), misalnya dengan menggunakan soal cerita?

Siswa masih kurang dalam pemahaman, karena dalam masa peralihan kelas II, jadi masih harus dituntun.

16 Apakah siswa memahami jika guru memberikan masalah atau kasus sebagai pengantar sebuah materi?

Jika guru menggunakan angka dengan bilangan yang besar, siswa mengalami kesulitan.

17 Bagaimana menurut anda cara atau metode yang tepat untuk memberikan materi kepada siswa?

Memberikan penjelasan, lalu menggunakan media dan memberikan contoh. 18 Apakah siswa pernah mengemukakan

jawaban sendiri dengan alternatif cara penyelesaian yang lain?

Ada, pada umumnya siswa laki-laki kreatif dan memiliki

pemahamannya lebih. 19 Bagaimana dengan kemampuan siswa

untuk memecahkan masalah

(mengerjakan soal) misalnya sudah

Siswa bisa mengerjakan secara mandiri atau secara tutor sebaya. Tetapi pada umumnya masih


(3)

bisa mandiri atau masih perlu bantuan dari guru?

memerlukan bimbingan.

20 Bagaimana cara anda untuk memotivasi siswa untuk

menyelesaikan suatu masalah? Ini kaitannya dengan mengerjakan soal ataupun mengantarkan sebuah materi dengan sebuah masalah atau kasus?

Dengan cara memberikan pujian dan diberi reward misalnya hadiah atau poin.

21 Pernahkah anda dalam pelajaran matematika menggunakan kegiatan praktik?

Misalnya dalam materi apa?

Pernah, misalnya saja pada materi penjumlahan menggunakan kerikil.

22 Setelah melakukan suatu kegiatan dan memperoleh data, apakah murid-murid sudah mampu untuk menganalisis dan mengerjakan soalnya ?

Sudah mampu tetapi belum maksimal, belum 100% kira-kira baru 70%.

23 Diskripsikan tentang keadaan murid anda, kelas III ketika mengikuti pembelajaran Matematika dikelas

Pada umumnya karakteristik siswa kelas III memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan didepan, jika ada yang bertanya ada pula yang menanggapi, tetapi masih saja beberapa anak nilainya dibawah


(4)

KKM. Sebenarnya anak itu senang dengan pelajaran matematika tetapi masih binggung ketika menghadapi soal yang rumit, yang jelas anak kelas III tahap penanaman konsep harus kuat karena sebagai modal untuk materi-materi selanjutnya.


(5)

Lampiran 21. Foto Kegiatan


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Casula Ambar Winanti anak kelima dari lima bersaudara pasangan Sumulyo dan Th.Sunarti yang lahir di Kulon Progo pada tanggal 3 April 1994. Pendidikan awal dimulai dari TK Santa Teresia Wates pada tahun 1999-2000. Dilanjutkan di SD Pengasih II pada tahun 2000-2006. Pada tahun 2006-2009 terdaftar sebagai siswi SMP Negeri I Wates. Pada tahun 2009-2012, peneliti terdaftar sebagai siswi SMA Negeri 1 Sentolo. Tahun 2012 peneliti meneruskan pendidikannya sebagai mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PERKALIAN DAN PEMBAGIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI MENCARI PASANGAN PADA

0 0 15

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas V pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui pembelajaran kontekstual SD N Jamus 2.

1 10 377

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas III pada materi perkalian dan pembagian melalui pembelajaran Problem Based Learning SD Kanisius Klepu.

0 0 212

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IIIA pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Jongkang.

0 0 249

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas III pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SD Negeri Plaosan 1.

0 5 393

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III SD Negeri Karangmloko 1 pada materi operasi hitung perkalian dan pembagian melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

1 9 359