41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian larutan MOL dari rebung bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim Brasicca juncea L. dengan
parameter pertumbuhan yang diamati adalah tinggi batang, jumlah daun, berat
basah dan berat kering tanaman sawi adalah sebagai berikut: 1.
Tinggi Batang Tanaman Sawi Caisim
Pengukuran pada tinggi batang tanaman sawi caisim dilakukan setiap 3 hari sekali, yaitu dimulai pada tanggal 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 Oktober dan 2
serta 5 November 2015. Pengukuran pada tinggi tanaman sawi caisim dilakukan saat sawi berumur 14 hari hingga panen menggunakan mistar.
Berikut ini merupakan tabel pertambahan tinggi batang tanaman sawi caisim: Tabel 4.1 Rata-rata Tinggi Batang Tanaman Sawi Caisim
Tanggal Rata-rata tinggi batang tanaman sawi caisim
Air NPK
MOL 1
MOL 5
MOL 10
12 September 0,85
1,14 1,1
1,25 1,24
15 September 1,22
1,71 1,62
1,91 1,64
18 September 1,37
1,8 1,9
2,34 1,87
21 September 1,85
2,08 2,38
2,6 2,22
24 September 1,98
2,15 2,61
2,78 2,41
27 September 2,11
2,25 2,78
2,95 2,62
30 September 2,27
2,3 3,04
3,17 2,9
2 November 2,42
2,55 3,32
3,52 3,08
5 November 2,6
2,84 3,55
3,82 3,62
Pada tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi batang sawi caisim yang tertinggi dilihat pada hari terakhir pengamatan yaitu pada tanggal
5 November terdapat pada perlakuan larutan MOL 5 dengan rata-rata 3,82 cm sedangkan tinggi batang tanaman yang terendah terdapat pada kontrol
negatif air yaitu 2,6 cm. Berikut adalah grafik tinggi batang tanaman sawi caisim.
Gambar 4.1 Tinggi Batang Tanaman Sawi caisim
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tinggi batang tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5 yaitu 3,82
cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif yaitu 2,6 cm. Secara keseluruhan, berdasarkan grafik di atas tanaman
sawi caisim dengan perlakuan larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 5 memiliki tinggi batang yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tinggi
batang pada perlakuan lain. Secara berurutan tinggi tanaman dari tanaman yang mempunyai batang paling tinggi ke tanaman yang memiliki batang yang paling
rendah yaitu perlakuan larutan MOL rebung bambu 5, larutan MOL rebung
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5
T in
g g
i B
a ta
n g
cm
Waktu Pengukuran
Grafik Tinggi Batang Tanaman Sawi Caisim
Air NPK
MOL Rebung 1 MOL Rebung 5
MOL Rebung 10
bambu 1, larutan MOL rebung bambu 10, NPK dan terakhir adalah dengan menggunakan air biasa.
Sebelum dilakukan pengujian dengan uji Anova, perlu dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas. Uji normalitas bertujuan untuk
memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji Normalitas menunjukkan
bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikansi 0.05, dimana pada kontrol negatif air memiliki
nilai ρ value sig = 0.200 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populas
i yang berdistribusi normal. Pada NPK memiliki nilai ρ value sig = 0.200 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang
berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 1 memiliki nilai ρ value sig = 0.075 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi
yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 5 memiliki nilai ρ value sig = 0.200 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari
populasi yang berdistribusi normal, dan perlakuan larutan MOL 10 nilai ρ
value sig = 0,109 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki
varians yang sama homogen dan dapat diterima. Berdasarkan pada hasil yang diperoleh melalui test of homogenity of
variances, dimana hasil probabilitas atau signifikannya adalah 0.301 yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berarti lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol H diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima varians populasi adalah sama
homogen dapat diterima. Setelah kelima perlakuan terbukti sama, maka dilakukan uji Anova untuk menguji apakah kelima perlakuan tersebut
mempunya rata-rata yang sama. Berdasarkan hasil yang diperolah pada uji Anova nilai probabilitas atau
signifikan = 0.031 0.05, jadi hipotesis nol H ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan rata-rata tinggi batang dengan menggunakan kelompok yang berbeda. Kontrol negatif air, NPK, larutan MOL 1 , larutan MOL 5
dan larutan MOL 10 mempunyai pengaruh terhadap tinggi batang tanaman sawi caisim.
Setelah uji anova maka dilakukan uji Bonfferoni yang digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan yang tidak berbeda, atau dalam
hal ini, perlakuan mana yang memberikan pengaruh signifikan terhadap tinggi batang tanaman sawi. Berdasarkan hasil dari uji Bonfferoni dapat disimpulkan
bahwa kelompok yang paling baik untuk meningkatkan tinggi tanaman sawi caisim adalah menggunakan larutan MOL 5. Sedangkan kelompok yang
kurang baik dalam meningkatkan tinggi tanaman sawi caisim adalah air biasa. Berikut adalah urutan kelompok yang paling baik dalam meningkatkan tinggi
batang tanaman sawi caisim, yaitu perlakuan dengan menggunakan larutan MOL 5, larutan MOL 1, larutan MOL 10, NPK dan air.
Tinggi merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan bahwa telah terjadi pembelahan
dan pembesaran sel. Pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik. Pada sawi caisim, tinggi tanaman mencerminkan panjang
batang yang beruas dan berbuku sehingga juga mencerminkan kuantitas daun. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan yang
paling baik untuk meningkatkan tinggi batang tanaman sawi adalah perlakuan dengan menggunakan larutan MOL 5. Tinggi batang pada pemberian MOL
dengan konsentrasi 5 memperlihatkan bahwa kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim
terpenuhi. Pada konsentrasi 5 , ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme lokal serta Zat Pengatur Tumbuh ZPT telah memenuhi
komposisi yang seimbang. Menurut Rahardi 2007, komposisi dan kadar unsur hara makro ataupun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh
karena itu pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Rendahnya tinggi batang pada pemberian larutan MOL rebung bambu dengan
konsentrasi 1 dan pada perlakuan air disebabkan oleh kekurangan hara pada media tanam. Rendahnya tinggi batang pada tanaman sawi caisim dengan
pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 10 disebabkan oleh komposisi hara yang terlalu berlebihan. Rendahnya tingi batang pada
tanaman sawi caisim dengan perlakuan NPK disebabkan karena unsur hara yang tersedia jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan larutan MOL
rebung bambu dengan konsentrasi 5, 1 dan 10. Pemberian pupuk NPK dalam penelitian ini menggunakan 1 sendok pupuk NPK dan ditambah 2 liter
air. Unsur hara N, P dan K yang terkandung di dalam pupuk kimia tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pertumbuhan. Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang memiliki
kaitan dengan unsur hara N, P dan K. Menurut Lakitan 2002, Nitrogen merupakan salah satu unsur pembentuk
klorofil. Klorofil merupakan pigmen yang dibutuhkan sebagai absorben cahaya matahari yang digunakan dalam proses fotosintesis. Apabila N meningkat
maka klorofil juga meningkat sehingga fotosintat yang dihasilkan dan diakumulasikan ke pertumbuhan tinggi tanaman juga meningkat. Gardner dkk
2008 menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman terjadi karena pembelahan sel, peningkatan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel yang
membutuhkan energi dalam bentuk ATP. P merupakan unsur yang dibutuhkan dalam pembentukan ATP tersebut. selanjutnya Salisbury dan Ross 2005,
menyatakan bahwa unsur K berperan penting dalam membuka dan menutupnya stomata serta berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang
terlibat di dalam sintesis protein dan karbohidrat. Apabila K meningkat maka karbohidrat juga meningkat sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman. Sehingga dalam hal ini, unsur N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman sawi caisim untuk pertambahan tinggi tanaman sawi
kandungannya berlebihan, melalui pemberian pupuk NPK yang unsur haranya melebihi jumlah yang seharusnya dibutuhkan oleh tanaman sawi sehingga
pertumbuhan tinggi tanaman sawi tidak dapat berlangsung secara optimal. Menurut Maspary 2012, larutan MOL rebung bambu mempunyai
kandungan C organik dan giberelin yang tinggi sehingga mampu merangsang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman
yaitu Azotobacter dan Azospirillium. Bakteri Azotobacter dan Azospirillum merupakan bakteri yang dapat menambat nitrogen.
Menurut Dewi 2008, giberelin memiliki fungsi utama yaitu mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan
pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Berdasarkan pengaruh
pemberian larutan MOL rebung bambu 5 dengan hasil tinggi tanaman yang paling baik, disebabkan karena aktivitas giberelin yang memenuhi kebutuhan
untuk pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim. Pada kondisi ini, keberadaan mikroorganisme lokal yang tersedia di dalam tanah dengan konsentrasi di
bawah 5 belum mampu memenuhi ketersedian unsur hara serta Zat Pengatur Tumbuh ZPT yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan larutan
MOL rebung bambu dengan konsentrasi di atas 5 menjadikan jumlah mikroorganisme melimpah sehingga aktivitas meneralisasi atau pengendapan
mineral menjadi sangat maksimal, akibatnya tanaman mengalami kelebihan ketersediaan unsur hara serta ZPT sehingga pertumbuhannya menjadi tidak
optimal.
2.
Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim
Pengukuran pada jumlah daun tanaman sawi caisim dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi batang yaitu dilakukan setiap 3 hari sekali, dimulai
pada tanggal 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30 Oktober dan 2 serta 5 November 2015. Pengukuran pada tinggi tanaman sawi caisim dilakukan saat sawi berumur 14
hari hingga panen. Berikut merupakan tabel pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim:
Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim
Tanggal Rata-rata Jumlah daun tanaman sawi caisim
Air NPK
MOL 1
MOL 5
MOL 10
12 September 4,43
4,86 4,57
4,71 4,71
15 September 5,14
5,43 5,5
5,71 5,85
18 September 5,71
6 6,14
6,71 6,42
21 September 6
5,43 6,57
7 6,28
24 September 6,57
6,14 6,42
7,14 6,57
27 September 7,28
7,28 7,57
8,14 7,28
30 September 8,71
9,57 8,85
10,14 10
2 November 9,14
10,14 11,28
12,42 12,14
5 November 11,42
13,42 12,85
14,14 13,71
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun yang paling tinggi terdapat pada perlakuan larutan MOL rebung bambu
5 sedangkan pertambahan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada control negatif air. Pada perlakuan kontrol pada pengamatan tanggal 21
September, rata-rata jumlah daun mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena banyak daun yang layu karena terserang hama. Pada perlakuan larutan
MOL 10 terjadi penurunan rata-rata jumlah daun pada tanggal 21 september hal ini disebabkan karena hama yang menyebabkan penurunan jumlah daun
tanaman sawi caisim. Pertambahan jumlah daun berdasarkan rata-rata jumlah daun ≤ 2 helai daun dalam setiap pengamatan. Berikut adalah grafik jumlah
daun tanaman sawi caisim. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.2 Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim Brassica juncea L.
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa tanaman sawi caisim yang memiliki jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan larutan
MOL rebung bambu 5 bila dibandingkan dengan jumlah daun pada kelompok lainnya. Secara berurutan jumlah daun paling banyak sampai jumlah
daun yang paling sedikit adalah sebagai berikut, perlakuan larutan MOL rebung bambu 5, larutan MOL rebung bambu 10, NPK, larutan MOL
rebung bambu 1 dan jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada kontrol negatif air. Jika dilihat pada grafik di atas, menunjukkan bahwa perbedaan
jumlah daun pada masing-masing kelompok tidak berbeda nyata. Sebelum dilakukan uji Anova, perlu dilakukan uji Normalitas dan uji
Homogenitas. Berdasarkan uji Normalitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa data yang diperoleh merupakan data yang berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hal ini dapat dibuktikan dengan taraf signifikan 0.05.
2 4
6 8
10 12
14 16
J um
la h
Da un
hela i
Waktu Pengukuran
Grafik Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim
Air NPK
MOL Rebung 1 MOL Rebung 5
MOL Rebung 10
Dimana pada kontrol negatif diperoleh nilai ρ value sig = 0.200 sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Pada NPK memiliki nilai ρ value sig = 0.200 0.05, sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Pada perlakuan larutan MOL 1 memiliki nilai ρ value sig = 0.150 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Pada perlakuan larutan MOL 5 memiliki nilai ρ value sig = 0.200 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data yang diperoleh
berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan larutan MOL 10 memiliki nilai ρ value sig = 0.200 0.05 sehingga Ho diterima bahwa data
yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji Normalitas, maka uji Homogenitas juga perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki
varians yang sama homogen dan dapat diterima, maka dilakukan Test of Homogenity of Variances.
Berdasarkan perhitungan melalui uji Homogenitas diperoleh hasil bahwa pengujian dengan statistik Based on Mean diperoleh signifikansi = 0.197
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol H diterima, yang berarti
asumsi bahwa kelima populasi adalah sama homogen dapat diterima. Dengan demikian data pada penelitian ini adalah homogen. Setelah kelima perlakuan
terbukti sama, maka dilakukan uji Anova untuk menguji apakah kelima perlakuan tersebut mempunya rata-rata yang sama.
Berdasarkan hasil yang diperolah pada uji Anova, dimana nilai probabilitas atau signifikan = 0.224 0.05 sehingga hipotesis nol H
ditolak. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari rata-rata antara
kelima kelompok terhadap jumlah daun tanaman sawi caisim. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung banyaknya
jumlah daun utama setiap tanaman. Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan
makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses
fotosintesis lebih banyak. Tanaman sawi caisim hampir pada seluruh perlakuan terserang hama yang berupa jangkrik, ulat daun, ulat titik tumbuh dan kumbang
daun lampiran 1. Jangkrik dan kumbang daun menyerang daun, membuat daun berlubang sehingga mengganggu perkembangan dan pertumbuhan caisim.
Jika serangan terus berlanjut maka daun akan habis. Ulat daun merupakan ulat yang menyerang daun memiliki ciri-ciri yaitu daun banyak yang berlubang
dengan jarak antar lubang yang sanngat dekat dan menggerombol. Ulat titik tumbuh ini menyerang tanaman sawi caisim pada hampir semua tanaman
dengan ciri-ciri daun bagian dalam yang terlindungi oleh bagian luar rusak dan kelihatan bekas gigitan, dari luar tanaman masih terlihat baik, tetapi setelah
diperiksa ternyata bagian dalam daun sudah rusak. Keberadaan hama tersebut dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan
dapat menurunkan produktivitas tanaman sehingga perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara mekanik dan
fisik serta kimiawi. Pengendalian secara mekanik dan fisik lebih diutamakan dari pada pengendalian secara kimiawi dengan pertimbangan untuk menjaga
kelestarian lingkungan, melindungi kesehatan konsumen, dan menghemat biaya produksi. Pengendalian secara mekanik dan fisik yaitu dengan
menangkap dan membunuh langsung hama tersebut. Pengendalian dengan cara seperti ini dilakukan setiap hari, karena jika pengendalian tidak dilakukan
setiap hari maka dapat menghambat pertumbuhan tanaman sawi caisim.
3. Berat Basah Tanaman Sawi Caisim
Pengukuran berat basah tanaman sawi caisim dilakukan pada hari Jumat, 6 November 2015 di kebun Anggur. Pengukuran berat basah dilakukan segera
setelah panen, karena jika dibiarkan terlalu lama maka sawi caisim akan kehilangan banyak air. Berikut ini merupakan berat basah tanaman sawi
caisim: Tabel 4.3 Berat Basah Tanaman Sawi Caisim gram
Tanaman Ke-
Air NPK
MOL 1
MOL 5
MOL 10
1 142
66 186
177 105
2 89
282 131
253 112
3 93
360 122
99 132
4 147
269 197
130 117
5 64
201 90
127 85
6 126
209 128
157 137
7 34
248 65
89 182
Rata-Rata
99,28 233,57
131,28 147,42
124,28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa berat basah yang paling berat terdapat pada NPK dengan rata-rata berat 233, 57 gram dan berat basah
yang terendah terdapat pada kontrol negatif air yaitu 99, 28 gram. Pada kontrol negatif air tanaman ke-4 menunjukkan jumlah berat basah 147 gram,
sedangkan tanaman ke-7 memiliki jumlah berat basah 34 gram gram. Hal ini disebabkan karena tanaman ke-7 terserang hama daun yang menyebabkan
jumlah daun menjadi berkurang dan menyebabkan berat kering yang rendah pada tanaman. Berikut adalah grafik berat basah tanaman sawi caisim pada
masing-masing perlakuan.
Gambar 4.3 Berat Basah Tanaman Sawi Caisim Brassica juncea L.
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa perlakuan yang memiliki berat basah paling tinggi yaitu pada kelompok NPK sedangkan berat
basah yang paling rendah terdapat pada kelompok air. Secara berurutan berat
99,28 233,57
131,28 147,42
124,28 50
100 150
200 250
Air NPK
MOL 1 MOL 5
MOL 10
Bera t
Gra m
Kelompok Berat Basah Tanaman Sawi Caisim
basah yang tertinggi hingga berat basah terendah pada masing-masing kelompok yaitu pada NPK, larutan MOL rebung bambu 5, larutan MOL
rebung bambu 1, larutan MOL rebung bambu 10 dan air. Berat basah berhubungan dengan kemampuan tanaman menyerap air dari
media tanam. Berat basah tanaman sawi caisim dipengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun dan tingkat kesuburan tanaman. Semakin tinggi tanaman, semakin
banyak jumlah daun dan semakin subur tanaman maka berat basah tanaman juga akan semakin tinggi. Tanaman sawi caisim dengan pemberian NPK
memiliki berat basah tertinggi bila dibandingkan dengan tanaman sawi caisim dengan perlakuan larutan MOL dan air. Pada tanaman sawi caisim yang diberi
NPK, banyak terdapat tunas baru sehingga dapat meningkatkan berat tanaman sawi caisim, selain itu luas daun dan diameter batang juga turut mempengaruhi
berat basah tanaman sawi. Daun sawi caisim yang diberi NPK lebih luas bila dibandingkan dengan daun sawi caisim pada perlakuan larutan MOL 1,
larutan MOL 5, larutan MOL 10 dan kontrol negatif yaitu air dan diameter batangnya juga lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan larutan MOL
1, larutan MOL 5, larutan MOL 10 dan kontrol negatif yaitu air. Kelompok yang menunjukkan hasil paling baik adalah NPK dengan berat
rata-rata tanaman adalah 233,57 gr, larutan MOL rebung bambu 5 147,42 gr, larutan MOL rebung bambu 1 131,28 gr, larutan MOL rebung bambu 10
124,28 gr dan air 99,28 gr. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam menyerap air, jika tanaman dapat menyerap air secara optimal maka
berat basah pada tanaman akan meningkat. Pada penelitian ini dilakukan 2 kali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penyiraman pada tanaman sawi caisim yaitu pada pagi dan sore air agar tanaman sawi caisim tidak mengalami kekurangan air. Kekurangan air dapat
menyebabkan tanaman menjadi layu dan proses pertambahan tinggi dan jumlah daun juga terhambat. Pada perlakuan NPK didapatkan berat basah yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lain, hal ini dipengaruhi karena kandungan pada pupuk NPK yang tersedia sudah cukup baik bagi pertumbuhan
tanaman sehingga dapat meningkatkan bobot tanaman. Kandungan kalium yang tinggi pada pupuk NPK juga berpengaruh dalam mencegah pengupan air,
sehingga tanaman akan terhindar dari kekeringan. Melalui uji Normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data
yang diperoleh merupakan data yang normal. Hal ini ditunjukkan oleh taraf signifikansi pada semua kelompok = 0.200 0.05 sehingga Ho diterima
bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji Normalitas maka dilanjutkan dengan melaukan uji Homogenitas.
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa taraf signifikansi pada Based on Mean adalah 0.270 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol H diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima populasi adalah
sama homogen dapat diterima. Dengan demikian data pada penelitian ini adalah homogen.
Melalui uji Anova diperoleh taraf signifikansi sebesar 0.002. Dalam uji Anova jika probabilitas atau signifikansi 0.05 maka Hi diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan berat basah terhadap perlakuan yang diberikan.
Jika uji Anova menunjukkan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Bonfferoni untuk mengetahui kelompok mana yang memberikan
pengaruh signifikan terhadap berat basah tanaman sawi. Dari tabel uji Bonfferoni menunjukkan bahwa kelompok yang paling baik dalam
meningkatkan berat basah tanaman sawi caisim yaitu NPK, larutan MOL 5, larutan MOL 1, larutan MOL 10 dan air.
Menurut Salisbury dan Ross 2005, berat basah merupakan total berat tanaman yang merupakan hasil aktivitas metabolik tanaman. Berat basah
tanaman sawi caisim terdiri dari daun, tangkai daun dan batang. Berat basah tanaman merupakan berat tanaman yang masih segar dan diperoleh dengan
cara menimbang tanaman setelah panen dan ditimbang sebelum tanaman layu, karena jika ditimbang setelah tanaman layu maka akan kehilangan kadar air
yang banyak. Menurut Dewi 2008, giberelin memiliki fungsi utama yaitu mendorong
perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah,
mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa perlakuan yang paling berpengaruh terhadap
berat basah tanaman sawi adalah perlakuan dengan menggunakan NPK. Pada konsentrasi 5 , ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme
lokal serta Zat Pengatur Tumbuh ZPT telah memenuhi komposisi yang seimbang namun beratnya tidak melebihi berat basah tanaman sawi caisim
yang diberi NPK. Menurut Rahardi 2007, komposisi dan kadar unsur hara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
makro atau pun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh karena itu pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Rendahnya berat basah pada pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 1 dan pada perlakuan kontrol disebabkan oleh
kekurangan hara pada media tanam. Sedangkan rendahnya berat basah pada tanaman sawi dengan pemberian larutan MOL rebung bambu dengan
konsentrasi 10 disebabkan oleh komposisi hara yang terlalu berlebihan. Menurut Pracaya 2010 Jika unsur hara yang ada dalam tanah hanya
sedikit maka timbul tanda-tanda kekurangan unsur-unsur hara defisiensi. Dalam keadaan yang demikian, tanaman tidak tumbuh dengan baik dan
hasilnya produksi rendah. Sementara, kelebihan unsur-unsur hara seringkali ditandai dengan adanya air yang berlebih, akibatnya yaitu bertambahnya
perkembangan vegetatif, bertambahnya warna hijau melebihi normal, jaringan lebih berair dan tertundanya fungsi reproduksi. Tanaman yang berlebihan unsur
hara sering kali lebih sensitif pada faktor-faktor iklim yang tidak baik dan mudah terserang penyakit. Umumnya kelebihan unsur hara menyebabkan
penimbunan yang berlebihan zat-zat dalam tanaman yang dapat merubah morfologi. Oleh sebab itu, unsur hara yang jumlahnya berlebihan berpengaruh
terhadap pertambahan jumlah berat basah tanaman sawi caisim pada perlakuan NPK karena jaringan yang memiliki kandungan air yang tinggi.
Proses pengamatan dilakukan pada musim kemarau dimana curah hujan rendah dengan suhu udara yang tinggi dengan rata-rata 31-34
C lampiran 7, sedangkan menurut Sutanto 2005 20-90 berat basah berasal dari
kandungan air. Meskipun penyiraman sudah dilakukan secara teratur namun tingginya intensitas sinar matahari menyebabkan proses transpirasi tanaman
menjadi lebih cepat sehingga kandungan air menjadi menurun. Latifa dan Anggarwulan 2009 menjelaskan bahwa perlakuan naungan berpengaruh pada
kandungan nitrogen jaringan, berat basah tanaman, dan rasio pucukakar. Pemberian naungan pada tanaman bertujuan untuk mengurangi intensitas sinar
matahari yang mengenai tanaman sehingga tidak terjadi proses transpirasi berlebih yang dapat menurunkan berat basah tanaman. Pada penanaman sawi
caisim ini tidak dilakukan perlakuan naungan sehingga jumlah intensitas penyinaran matahari sangat besar pada tanaman.
Berat basah berhubungan dengan kemampuan tanaman menyerap air dari media tanam. Berat basah tanaman sawi caisim dipengaruhi tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah tunas baru dan tingkat kesuburan tanaman. Semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun, jumlah tunas baru dan semakin
subur tanaman maka berat basah tanaman juga akan semakin tinggi. Selain itu, berat basah tanaman dipengaruhi juga oleh luas daun dan diameter batang.
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran mengenai luas daun dan diameter batang. Tetapi secara morfologi, diameter batang yang paling besar
terdapat pada tanaman sawi caisim yang diberi NPK, begitu juga pada luas daun terdapat pada tanaman sawi caisim yang diberi perlakuan NPK
4. Berat Kering Tanaman Sawi Caisim
Setelah dilakukan pengukuran berat basah pada masing-masing perlakuan maka tanaman sawi caisim tersebut kemudian dijemur di bawah sinar matahari
hingga kering kemudian sawi yang sudah kering tersebut dioven selama 48 jam dalam suhu 40
C. Setelah dilakukan pengovenan selama 48 jam maka sawi caisim tersebut ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya. Berikut
merupakan berat kering tanaman sawi caisim: Tabel 4.4 Berat Kering Tanaman Sawi Caisim gram
Tanaman Ke-
Air NPK
MOL 1
MOL 5
MOL 10
1 11,183
5,312 14,185
13,968 8,032
2 8,076
17,532 10,808
17,337 8
3 8,436
23,664 9,472
8,611 8,83
4 12,867
17,455 16,422
11,253 10,424
5 5,936
12,075 7,866
10,148 7,84
6 13,177
12,416 10,422
13,678 10,704
7 2,784
19,565 5,525
8,171 15,347
Rata-Rata
8,92 15,43
10,67 11,88
9,91
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pada kontrol negatif air tanaman ke-1 menunjukkan berat kering sebesar 11, 183 gram, sedangkan
tanaman ke-7 memiliki berat 2,784 gram. Hal ini disebabkan karena tanaman ke-7 terserang hama daun yang menyebabkan jumlah daun menjadi berkurang
dan menyebabkan berat kering yang rendah pada tanaman. Berikut merupakan grafik berat kering tanaman sawi caisim:
Gambar 4.4 Berat Kering Tanaman Sawi Caisim Brassica juncea L.
Berdasarkan gambar 4.4 di atas dapat dilihat bahwa kelompok yang menunjukkan hasil terbaik adalah NPK dengan berat rata-rata tanaman 15,43
gram. Sedangkan rata-rata berat kering yang paling rendah terdapat pada perlakuan kontrol negatif air dengan berat 8,92 gram. Berikut adalah urutan
berat kering dari yang tertinggi hingga yang terendah yaitu NPK 15,43 gram, larutan MOL 5 11,88 gram, larutan MOL 1 10,67 gram, larutan MOL 10
9,91 gram dan air 8,92 gram. Dilakukan uji Normalitas untuk memperlihatkan bahwa data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui uji Normalitas menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikansi 0.05, di mana pada semua perlakuan memiliki taraf signifikansi sebesar 0.200 sehingga
Ho diterima bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
8,92 15,43
10,67 11,88
9,91 2
4 6
8 10
12 14
16 18
Air NPK
MOL 1 MOL 5
MOL 10
B er
at K
er ing
gram
Perlakuan
Berat Kering Tanaman Sawi Caisim
Setelah dilakukan uji normalitas, maka dilanjutkan dengan melakukan uji Homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah perlakuan memiliki
varians yang sama homogen. Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui test of homogenity of variances,
di mana hasil probabilitas atau signifikannya adalah 0.136 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol H
diterima, yang berarti asumsi bahwa kelima varians populasi adalah sama homogen dapat diterima.
Melalui uji Anova diperoleh taraf signifikansi = 0.041 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan berat kering terhadap perlakuan yang
diberikan. Jika uji Anova menunjukkan hasil yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji Bonfferoni untuk mengetahui kelompok mana yang memberikan
pengaruh signifikan terhadap berat kering tanaman sawi caisim. Dari tabel uji Bonfferoni menunjukkan bahwa kelompok yang paling baik dalam
meningkatkan berat basah tanaman sawi caisim yaitu NPK, larutan MOL 5, larutan MOL 1, larutan MOL 10 dan air.
Lakitan 2002 menanyatakan bahwa tinggi rendahnya bahan kering tanaman tergantung dari banyak atau sedikitnya serapan unsur hara oleh akar
yang berlangsung selama proses pertumbuhan. Menurut Sugeng 2005 jika fotosintesis berlangsung dengan baik maka tanaman akan tumbuh dengan baik
dan akar akan berkembang dengan baik pula sertadi ikuti dengan peningkatan berat kering tanaman.
Menurut Dewi 2008, Giberelin memiliki fungsi utama yaitu mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan
pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Produksi tanaman biasanya
lebih akurat bila dinyatakan dalam ukuran berat kering daripada berat basah, karena berat basah sangat dipengaruhi oleh kelembaban Lestari dkk,2008.
Setelah dilakukan penimbangan berat basah pada tanaman sawi maka sawi- sawi yang telah dipanen tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama ± 1
minggu hingga kering, kemudian dilakukan pengovenan dalam suhu 40 C
selama 48 jam atau 2 hari. Setelah pengovenan selesai maka dilakukan penimbangan berat kering sawi menggunakan timbangan yang dilakukan
sebanyak 3 kali dan kemudian dihitung rata-rata berat keringnya. Menurut Pracaya 2010 Jika unsur hara yang ada dalam tanah hanya
sedikit maka timbul tanda-tanda kekurangan unsur-unsur hara defisiensi. Dalam keadaan yang demikian, tanaman tidak tumbuh dengan baik dan
hasilnya produksi rendah. Sementara, kelebihan unsur-unsur hara seringkali ditandai dengan adanya air yang berlebih, akibatnya yaitu bertambahnya
perkembangan vegetatif, bertambahnya warna hijau melebihi normal, jaringan lebih berair dan tertundanya fungsi reproduksi. Tanaman yang berlebihan unsur
hara sering kali lebih sensitif pada factor-faktor iklim yang tidak baik dan mudah terserang penyakit. Umumnya kelebihan unsur hara menyebabkan
penimbunan yang berlebihan zat-zat dalam tanaman yang dapat merubah morfologi. Oleh sebab itu, unsur hara yang jumlahnya berlebihan berpengaruh
terhadap pertambahan jumlah berat basah tanaman sawi caisim pada perlakuan NPK karena jaringan yang memiliki kandungan air yang tinggi.
Pada konsentrasi 5 , ketersediaan unsur hara yang disediakan oleh mikroorganisme lokal serta Zat Pengatur Tumbuh ZPT telah memenuhi
komposisi yang seimbang namun beratnya tidak melebihi berat kering tanaman sawi caisim yang diberi NPK. Menurut Rahardi 2007, komposisi dan kadar
unsur hara makro ataupun mikro sangat berpengaruh terhadap tanaman, oleh karena itu pemberian pupuk harus seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Sementara rendahnya berat kering pada pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 1 dan pada perlakuan air disebabkan oleh kekurangan
hara pada media tanam. Sedangkan rendahnya tinggi batang pada tanaman sawi dengan pemberian larutan MOL rebung bambu dengan konsentrasi 10
disebabkan oleh komposisi hara yang terlalu berlebihan. Berat kering tanaman dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun, tinggi
tanaman, jumlah anakan dan diameter batang. Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran mengenai luas daun dan diameter batang. Tetapi secara
morfologi, diameter batang yang paling besar terdapat pada tanaman sawi caisim yang diberi NPK, begitu juga pada luas daun terdapat pada tanaman
sawi caisim yang diberi NPK. Hal ini diebabkan karena unsur hara esensial yang terkandung di dalam pupuk NPK merupakan unsur hara makro yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman sehingga dapat mempengaruhi luas daun dan diameter batang tanaman sawi caisim meskipun tinggi batang dan jumlah daun
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pemberian larutan MOL rebung. Oleh sebab itu semakin luas daunnya dan semakin besar diameter batangnya
maka berat suatu tanaman akan meningkat. Tanaman sawi caisim dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemberian NPK memiliki berat kering tertinggi bila dibandingkan dengan tanaman sawi caisim dengan perlakuan larutan MOL dan air.
Menurut sahari 2007, tanaman dengan kandungan N yang lebih tinggi memiliki daun yang lebar dengan warna daun yang lebih hijau sehingga
fotosintesis berjalan lebih baik. Hasil dari fotosintesis digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman, antara lain pertambahan ukuran dan
tinggi tanaman, pembentukan cabang dan daun baru, yang diekspresikan dalam bobot kering tanaman. Semakin tinggi fotosintat yang ditranslokasikan
sehingga bobot kering tanaman meningkat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
BAB V IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN