Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam Big Picture Mapping BPM :
Sumber : Hines, P.  D. Taylor, 2000. ”Going Lean”.
Gambar 2.2 Icon Big Picture Mapping
Untuk menggambarkan Peta gambar besar atau Big Picture Mapping terlebih dahulu tentukan lambang dari tiap komponen yang ada antara lain :
pemasokkonsumen suppliercustomer, kotak informasi information box, kotak waktu timing box, kotak pengerjaan ulang rework box, titik persediaan
inventory point, titik inspeksi quality check point, stasiun kerja dengan waktu work station with timing, aliran informasi information flow, aliran fisik
physical flow, kotak proses stasiun kerja work station process box, aliran fisik antar perusahaan inter company physical flow.
2.5.2 Value Stream Analysis Tools VALSAT
Value Stream Mapping Tools VALSAT adalah alat yamg berfungsi untuk memilih alat dari pemetaan aliran proses yang nantinya akan digunakan
sebagai pedoman dalam mengidentifikasi pemborosan waste.  Value stream analysis tools merupakan  tools yang tepat untuk memetakan secara detail waste
pada aliran nilai yang fokus pada value adding process dan  non-value adding process. VALSAT   merupakan tool yang dikembangkan oleh Hines  dan  Rich
1997 untuk mempermudah pemahaman terhadap value stream yang ada dan mempermudah untuk membuat perbaikan berkenaan dengan waste yang terdapat
dalam  value stream. VALSAT    merupakan pembobotan waste-waste, kemudian dari pembobotan tersebut dilakukan pemilihan terhadap tool  dengan
menggunakan matrik. Pada proses ini dilakukan proses pemetaan dari future state yang diusulkan. Alasan yang mendasari pengumpulan dan penggunaan
serangkaian tool ini adalah untuk membantu para peneliti atau para praktisi dalam mengidentifikasikan pemborosan pada individual value stream dan mendapatkan
jalan yang tepat untuk menghilangkannya. Berikut ini adalah tools   yang digunakan pada value stream mapping yang akan ditunjukkan pada tabel 2.2 .
Tabel 2.2 Value Stream Analysis Tools
process activity
supply chain
production variety
quality filter
demand amplification
decision point phisical
wastestructure mapping
response matrix
funnel mapping mapping analysis
structure over
production L
M L
M M
waiting H
H L
M M
transportation H
L unappropriate
H M
L L
processing unnecessary M
H M
H M
L inventory
unnecessary H
L H
motion defects
L overall
structure L L  M  L  H  M H
Sumber  : Hines dan Rich , “Value stream managemen”2000.
Notes :  H : high correlation and usefulness
M : medium correlation and usefulness
L : low correlation and usefulness
Keterangan : H high correlation
: faktor pengali = 9 M medium correlation  : faktor pengali = 3
L low correlation : faktor pengali = 1
Selanjutnya akan dilakukan pemilihan pemetaan yang tepat dalam value stream dengan menggunakan VALSAT Value Stream Analysis Tools. Cara
perhitungannya adalah hasil dari rata-rata waste dikalikan dengan besar pembobotan yang terdapat pada tabel VALSAT . Dari ketujuh tool tersebut akan
digunakan untuk memahami kondisi yang terjadi di lantai produksi, penggunaan tool  tersebut dilakukan dengan melakukan pemilihan dengan menggunakan
matrik. Untuk langkah penting dalam pemilihan tool yang sesuai dengan kondisi yang bersangkutan antar lain melakukan pembobotan terhadap waste. Pembobotan
ini merupakan hal yang sangat penting sekali karena dengan prmbobotan waste yang sempurna maka tool   yang akan datang juga tepat sehingga mudah dalam
melakukan usulan perbaikan. Untuk lebih jelasnya berikut detail dari ketujuh tools  yang dikemukakan
oleh Hines dan Rich 1997 dalam VALSAT : a.
Process Activity Mapping PAM Tool ini digunakan untuk membuat detailed mapping dalam  order
fulfillment process. Secara lebih luas kita menggunakannya untuk mengidentifikasi  lead time baik dari aliran fisik produk maupun aliran
informasi, tidak hanya di area pabrik tetapi juga pada area lainnya dalam supply chain, mengeliminasi pemborosan pada tempat kerja dan
menyediakan  goods  dengan kualitas tinggi serta pelayanan yang mudah, cepat dan tidak mahal. Dasar pendekatan ini adalah mencoba untuk
mengeliminasi aktivitas yang tidak perlu, menyederhanakan, mengkombinasi serta mencari perubahan rangkaian yang akan mengurangi
pemborosan.
Empat tahap pendekatan Process Activity Mapping secara umum adalah : 1.
Memahami aliran proses kemudian mengidentifikasi pemborosan 2.
Mempertimbangkan apakah proses dapat di arrange  ulang pada rangkaian yang lebih efisien.
3. Mempertimbangkan aliran yang lebih baik, melibatkan aliran
layout dan rute transportasi yang berbeda. 4.
Mempertimbangkan apakah segala sesuatu yang telah dilakukan pada tiap-tiap stage benar-benar perlu dan apa yang akan terjadi
jika hal-hal yang berlebihan tersebut dihilangkan. Dalam  tool ini aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori, seperti :
operation operasi, transport transportasi, inspection pemeriksaan, storage penyimpanan  dan  delay menunggu. Untuk membuat Process
Activity Mapping, dilakukan dengan cara membuat analisa persiapan proses kemudian dilakukan pencatatan secara detail dari permintaan
barang pada tiap proses. Hasilnya adalah peta proses, dimana tiap-tiap langkah telah dikategorikan dalam berbagai macam tipe aktivitas.
b. Supply Chain Response Matrix
Tool ini merupakan sebuah diagram sederhana yang berusaha menggambarkan  the critical lead time constraint untuk setiap bagian
proses dalam supply chain, yaitu cumulative lead time di dalam distribusi sebuah perusahaan baik suppliernya dan downstream retailernya. Diagram
ini terdapat 2 axis dimana untuk vertical axis menggambarkan rata-rata jumlah  inventory hari dalam setiap bagian supply chain. Sedangkan
untuk horizontal axis menunjukan comulative lead timenya.
c. Production Variety Funnel
Pendekatan ini sama dengan metode analisa IVAT yang melihat operasi internal perusahaan sebagai aktivitas yang disesuaikan ke I, V, A, atau T
merupakan pemetaan visual yang mencoba memetakan jumlah variasi produk tiap tahapan proses manufaktur. Tools  ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi titik dimana sebuah produk generic diproses menjadi beberapa produk yang spesifik. Tool ini dapat digunakan untuk membantu
menentukan target perbaikan, pengurangan inventory dan membuat perubahan untuk proses dari  produk.
d. Quality Filter Mapping
Pendekatan Quality Filter Mapping merupakan tool baru yang digunakan untuk mengidentifikasi dimana keberadaan masalah kualitas pada rantai
persediaan. Peta ini memperlihatkan tiga tipe cacat kualitas yang berbeda yang terdapat pada value stream yaitu :
1. Product defect : cacat pada fisik produk yang lolos dari proses
inspeksi dan sampai ke tangan konsumen. 2.
Scrap defect  : cacat yang ditemukan pada proses inspeksi 3.
Service defect : permasalahan dari konsumen yang tidak secara langsung berhubungan dengan produk, tetapi dengan tingkat
pelayanan dari perusahaan. Ketiga tipe defect  tersebut digambarkan secara letitudinal sepanjang
supply chain. Pendekatan ini dirancang untuk membangun tingkat kualitas baik internal maupun eksternal semaksimal mungkin seperti yang di
inginkan oleh konsumen customer needs.
e. Demand Amplification Mapping
Merupakan diagram yang menggambarkan bagaimana demand  berubah- ubah sepanjang jalur supply chain dalam interval waktu tertentu. Informasi
yang dihasilakn dari diagram ini merupakan dasar untuk mengatur fluktuasi dan menguranginya, membuat keputusan berkaitan dengan value
stream configuration. Dalam diagram ini vertical axis menggambarkan interval  waktu, grafik di dapatkan untuk setiap chain  dari  supply chain
configuration yang ada. f.
Decision Point Analysis Merupakan  tool yang digunakan untuk menentukan titik dimana aktual
demand dilakukan dengan sistem pull  sebagai dasar untuk membuat forecast pada sistem push pada supply chain atau dengan kata lain titik
batas dimana produk dibuat berdasarkan demand aktual selanjutnya produk harus dibuat dengan melakukan forecast. Dengan tool  ini dapat
diukur kemampuan dari proses upstream dan downstream  berdasarkan titik tersebut, sehingga dapat ditentukan filosofi pull  tarik  atau   push
tekan yang sesuai. g.
Phisical Structure Tool ini digunakan untuk memahami kondisi dan fungsi bagian-bagian
dari  supply chain untuk berbagai level industri. Dengan pemahaman tersebut dapat dimengerti kondisi industri tersebut, bagaimana beroperasi
dan dapat memberikan perhatian pada level area yang kurang diperhatikan. Untuk level yang lebih kecil tool ini dapat menggambarkan inbound
supply chain di lantai produksi.
2.5.3 Fish Bone Chart Diagram Tulang Ikan