a. Keyakinan akan kemampuan diri: sikap positif individu tentang dirinya,
bahwa ia mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan. b.
Optimis: sikap positif individu yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan kemampuannya.
c. Obyektif: sikap individu yang memandang permasalahan ataupun
sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya bukan menurut kebenaran pribadi atau yang menurutnya benar.
d. Bertanggungjawab: kesediaan individu untuk menanggung segala
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e.
Rasional dan realistik: kemampuan menganalisa masalah, sesuatu hal, suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima
akal sehat dan sesuai kenyataan.
6. Ciri-ciri Ketidakstabilan Emosi
Ketidakstabilan emosi dapat terlihat dari ciri-ciri yang berkebalikan dari kestabilan emosi, yaitu: kurang bertanggung jawab dan mandiri,
kurang keterampilan dalam menyelesaikan konflik, kurang keterampilan bergaul dengan teman sebaya, kurang berbagi rasa, kurang dapat
mengendalikan diri, kurang yakin terhadap kemampuan diri, kurang optimis, kurang obyektif, kurang rasional dan realistik. Dalam kehidupan
sehari-hari individu terkadang menunjukkan ciri-ciri tersebut ketika menghadapi hal yang tidak menyenangkan. Hal tersebut dapat dicontohkan
ketika mengalami kegagalan dalam ujian akhir, individu tersebut akan mengalami rasa tidak percaya pada kemampuannya sendiri. Pada
kenyataannya kegagalan dalam ujian akhir belum tentu disebabkan karena kemampuan diri yang kurang melainkan ada faktor-faktor lain dari luar
yang dapat menyebabkan hal tersebut. Jika individu tersebut tidak memiliki kestabilan emosi maka individu tersebut akan melakukan hal-hal
yang diluar batas, seperti bunuh diri, ataupun berteriak-teriak sambil menangis. Sedangkan pada individu yang memiliki kestabilan emosi,
individu tersebut akan merenungkan dan mencari penyebab kegagalan tersebut dan akan mencoba mengikuti ujian akhir kembali.
7. Aspek-aspek Kestabilan Emosi
Menurut Scheneider dalam Rosdiana 2012, kestabilan emosi mencakup tiga aspek yaitu:
a. Adequasi emosi, yaitu reaksi emosi yang sesuai dengan rangsang yang
diterimanya, reaksi ini berkaitan dengan macam atau isi emosi dan ditujukan kepada siapa emosi tersebut. Individu yang adequasi emosi
yang baik ditandai dengan ciri- ciri: 1
Bersikap optimis dalam menghadapi masa depan memiliki pengertian bahwa individu memiliki keyakinan yang baik dan positif
terhadap masa depan yang akan dilaluinya. 2
Tidak apatis dalam menjalani kehidupan memiliki pengertian bahwa individu tidak bersikap acuh tak acuh terhadap kehidupan atau dapat
dikatakan selalu peduli terhadap kehidupan bermasyarakat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Bersikap respek terhadap diri sendiri dan orang lain memiliki
pengertian bahwa individu memiliki rasa hormat dan kagum terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
4 Bersikap altruis memiliki pengertian bahwa individu tersebut mau
memperhatikan kepentingan orang lain atau dapat dikatakan tidak bersikap egois.
Contoh dari adequasi emosi ini adalah pada saat kita sedang marah kepada kakak kita, maka kita mampu menyampaikan kemarahan kita
secara konstruktif kepada kakak kita, bukan kepada semua orang yang ada di dalam rumah. Selain itu contoh lain dari adequasi emosi ini
adalah ketika kita melihat keberhasilan orang lain dalam pekerjaan maka kita harus mampu memberikan penghargaan kepada orang
tersebut, bukan malah kita mencemooh pekerjaannya ataupun tidak mengakui hasil pekerjaaannya.
b. Kematangan emosi adalah suatu kemampuan individu untuk
mengarahkan emosi dasar yang kuat menjadi suatu tujuan, sedangkan tujuan itu memuaskan diri sendiri dan dapat diterima lingkungan sekitar
Hergenhahn, 2001. Kematangan emosi ditandai dengan adanya kemampuan untuk memberikan reaksi emosi yang tepat pada situasi
dan kondisi yang tidak menentu. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kematangan emosi menurut Schneider dalam Kenenbudi, 2007, antara
lain: Adequacy of Emotional Response, Emotional Range depth, dan Emotional Control.Menurut Hollingworth Morgan dalam Cyrillia,
2006 individu yang memiliki kematangan emosi memiliki ciri-ciri, antara lain:
1 memiliki derajat toleransi terhadap frustasi memiliki pengertian
bahwa individu mampu untuk mengendalikan diri dari situasi emosi yang dirasakan seperti pada saat sedang sedih individu memiliki
kemampuan untuk menahan untuk tidak menangis secara tersedu- sedu.
2 memiliki sikap menghargai diri sendiri memiliki pengertian bahwa
individu memiliki rasa hormat kepada diri sendiri maupun orang lain.
3 manifestasi emosional memiliki pengertian wujud dari suatu
perasaan yang kita rasakan. Contoh dari hal ini adalah ketika kita sedang dalam kondisi yang
tertekan dan sedang mengalami kemarahan tetapi pada saat itu juga kita harus menemui atasan yang tidak menyukai kita, tetapi kita masih dapat
menunjukkan kinerja terbaik kita di depan atasan tanpa menunjukkan rasa tertekan dan marah kita di depannya.
c. Kontrol emosi, merupakan dasar dari kematangan emosi hal ini
berpengaruh pada penyesuaian diri. Hal ini berkaitan dengan secara sadar menahan diri untuk tidak melakukan suatu hal. Individu yang
memiliki kontrol emosi yang baik dapat dilihat dari ciri-ciri: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 mampu merespon situasi frustrasi secara wajar realistik memiliki
pengertian bahwa individu memberikan reaksi yang tidak berlebihan dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
2 bersikap tabah dalam menghadapi masalah, tidak bersikap agresif,
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain memiliki pengertian bahwa individu mampu berpasrah ketika mengalami suatu permasalahan,
individu mampu bersikap konstruktif, memiliki keyakinan yang penuh terhadap dirinya sendiri.
3 mampu mengendalikan diri dari dorongan seksual memiliki
pengertian bahwa individu memiliki kemampuan untuk mengontrol diri dari dorongan seksual.
Contohnya pada saat sedang marah pada teman maka secara sadar individu tersebut tidak akan meluapkan kemarahannya, tetapi dalam hal
ini bukan memendam kemarahan melainkan menyadari dalam suatu hal kita tidak perlu untuk marah.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi