Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

80
 
 
 
 begitu, sesuai dengan yaa biasanya kita masukan juga kultur, ada, kultur ada kebiasaan kita seperti apa gitu. saya bilang dalam hidup itu seperti ini kenyataannya Rama, jadi kamu harus menerima. Awalnya berat sekali dia terima, tapi lama-lama dia terima. Subjek memodifikasi iri dengan mengubah emosi tersebut menjadi sikap optimis subjek untuk tetap menjalani nasehat ibunya supaya subjek tidak merasa iri lagi. Strategi regulasi emosi iri subjek berdasarkan mengalihkan perhatian dari objek yang membuat iri meninggalkan adiknya, jalan-jalan, nonton TV, dan pergi ke kamar dan meminta kenyamanan pengasuhnya ibu.

C. Pembahasan

Kedua subjek secara umum belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa pada sebagian besar dari kelima emosi negatif, kedua subjek belum dapat melakukan regulasi sampai pada memodifikasi. Regulasi emosi negatif kedua subjek tersebut dibahas dengan mengikuti subjek penelitian. 1. Subjek I Pr Subjek I belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil bahwa dari kelima emosi negatif, subjek I belum dapat meregulasi emosi marah sampai dengan tahap modifikasi. Emosi yang lain yaitu sedih, cemas, rasa bersalah dan iri sudah diregulasi sampai dengan tahap modifikasi meskipun belum dapat diketahui keberhasilannya. Emosi negatif subjek yang dirasakan paling kuat dan menonjol adalah 81
 
 
 
 emosi sedih. Emosi tersebut jarang dialami tetapi sekali muncul terasa sangat kuat, lebih kuat daripada emosi marah. Subjek sedih dalam waktu berhari-hari ketika melihat gambaran-gambaran tentang bencana alam dan banyak orang meninggal. Perasaan yang dirasakan Pr sangat kuat dan dalam, sehingga terkadang sulit dihentikan oleh orang-orang disekitarnya. Ibu subjek PP sering mengalami kesulitan untuk memahami dan menghadapi Pr yang sedang merasa sedih. Pr sering mengalami kesulitan mengontrol emosi sedihnya. Hal ini sesuai dengan kesimpulan tes grafis bahwa emosi subjek stabil tetapi ada indikasi kurang dapat mengontrol dorongannya. Subjek berusaha menyeimbangkan kesedihannya dengan memasrahkan segala yang akan terjadi kepada kehendak Tuhan, menceritakan perasaan kepada ibunya, meditasi dan berdoa untuk mengelola emosi sedih yang dirasakan akibat munculnya gambaran-gambaran tentang bencana alam. Semua yang dilakukan subjek tersebut membuat subjek tenang sehingga kesedihannya sedikit demi sedikit hilang. Subjek mengubah rasa sedihnya sehingga memotivasi mengerjakan PR sehingga subjek merasa lebih tenang. Subjek telah berusaha memodifikasi emosi sedihnya namun belum dapat dilihat keberhasilannya. Usaha Pr menyembuhkan orang lain sering kali menimbulkan emosi negatif dalam dirinya, berupa munculnya kecemasan dan perasaan bersalah. Kecemasan muncul ketika subjek sampai pada hari terakhir dari batas waktu mengobati yang diberikan oleh Tuhan. Hari terakhir tersebut adalah hari penentuan apakah subjek harus mengulang proses pengobatan atau hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
 
 
 
 tinggal melanjutkan mengobati saja. Sedangkan rasa bersalah muncul ketika subjek tidak mampu untuk mengobati seseorang sampai tuntas. Empati subjek yang besar pada orang lain membuatnya merasa cemas dan bersalah pada proses mengobati. Kedua emosi negatif tersebut diregulasi subjek dengan menggunakan strategi regulasi acceptance, subjek memasrahkan apa yang akan terjadi kepada kehendak Tuhan. Kepasrahan subjek tersebut memberikan ketenangan kepada subjek. Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan meregulasi emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping Thompson, 1994 dan Goleman, 2007. Kebelumsempurnaan Pr meregulasi emosi negatif ditunjukkan pada tahap monitor dan evaluasi. Pada tahap monitoring dengan keterbatasan memonitor emosi negatifnya Pr mampu menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan dan latar belakang tindakannya tetapi perlu bantuan untuk memonitor karena subjek lupa detil peristiwanya. Pada tahap evaluasi Pr mampu mengevaluasi emosi negatif, dan mengelolanya, sehingga tidak mempengaruhinya secara mendalam. Pada tahap modifikasi subjek mengubah emosi negatifnya menjadi sesuatu yang dapat memotifasi hidupnya. Secara umum strategi regulasi emosi negatif Pr adalah berpikir tentang hal yang lain, berpikir bahwa Tuhan selalu melindungi, memasrahkan yang terjadi kepada kehendak Tuhan, menyembunyikan kesedihan, dan berusaha menerima apapun keadaan yang terjadi. Strategi regulasi tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
 
 
 
 mencerminkan hasil tes grafis subjek bahwa ada kecenderungan tidak mampu mencapai hasi dan mencoba menutupi kekurangannya. Kepedulian dan penerimaan orang tua berpengaruh terhadap pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak Retnowati, 2003. Hasil penelitian mengungkapkan Pr mengelola emosi negatifnya dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama ibunya. Kedekatan dengan ibu membuat Pr sering melepaskan emosi negatif seperti marah, sedih dan rasa bersalah yang dirasakan dengan menceritakan permasalah yang dihadapi kepada ibunya. Strategi regulasi yang digunakan pada kelima emosi negatifnya sebagian besar adalah mencari kenyamanan dari pengasuh ibunya. Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil tes grafis yang menyatakan bahwa peran ibu yang baik bagi Pr memberikan kenyamanan, kedekatan, ketergantungan dan kebutuhan rasa aman. 2. Subjek II Rm Kesimpulan secara umum subjek II belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil bahwa dari kelima emosi negatif, subjek II belum dapat meregulasi emosi sedih sampai dengan tahap modifikasi. Emosi yang lain yaitu marah, cemas, rasa bersalah dan iri sudah diregulasi sampai tahap modifikasi. Hasil dari modifikasi yang dilakukan ada yang belum dan sudah berhasil. Emosi negatif yang paling berhasil diregulasi oleh subjek adalah emosi cemas. 84
 
 
 
 Rm memiliki ambisi yang besar di bidang akademis. Hasil penelitian menunjukkan Rm sangat cemas ketika menghadapi UTS, tetapi ia berusaha meyakinkan diri untuk tidak putus asa mengerjakan soal-soal. Ia meyakinkan kepada dirinya bahwa proses ini harus dilalui untuk mencapai keberhasilan, dan ternyata berhasil meregulasi emosi cemasnya. Ambisi subjek yang besar di bidang akademis, tampak dalam hasil tes grafis dan pernyataan ibunya. Ambisi subjek tersebut membantu mengubah kecemasannya menjadi semangat untuk berprestasi. Rm berupaya memotivasi dirinya sendiri agar tidak putus asa dengan berpikiran positif, karena memiliki tujuan untuk berprestasi dan membahagiakan orang tuanya. Tes IQ subjek yang tergolong superior 149 juga mendukung untuk berprestasi secara akademis. IQ subjek yang tinggi didukung dengan ambisi berprestasi yang besar membantu subjek untuk fokus dalam hal-hal akademis sehingga permasalahan emosi yang berkaitan dengan akademis dapat dengan mudah dipecahkan oleh subjek. Seperti kecemasan yang terjadi saat UTS, subjek berhasil melakukan regulasi kecemasannya dengan baik. Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan mengelola emosi menjadi penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping Thompson, 1994. Kebelumsempurnaan Rm meregulasi emosi negatif, ditunjukkan pada tahap monitoring Rm belum mendetil memonitor emosi negatifnya. Rm kurang mampu menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan dan latar belakang tindakannya, serta mampu memodifikasi emosi negatifnya dengan baik sehingga mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
 
 
 
 memotivasi diri untuk dapat berjuang dalam hambatan yang dihadapi. Pada tahap evaluasi Rm terkadang kurang dapat mengontrol dorongan yang muncul didalam dirinya. Data tes grafis Rm mengungkapkan secara emosi, subjek masih mudah terpengaruh gangguan dari lingkungan. Rm bertindak secara spontan, dengan dorongan yang tidak terhambat. Rm pernah mereaksi kemarahannya dengan memukul lima orang temannya sehingga masuk UKS, lalu subjek dikatakan seperti orang kesurupan. Strategi regulasi emosi negatif secara umum yang dilakukan Rm adalah: 1. Mencari kenyamanan pengasuh ibu dengan menceritakan apa yang dialami dan meminta nasehat ibu. 2. Mengalihkan perhatian dari subjek yang membuat stress displacement dengan menggambar, membuat kertas lipat dan tidak mengingat kejadian yang memunculkan rasa bersalah. 3. Melakukan aktifitas fisik yang menenangkan dengan mengetuk- ketukan jari di meja, mengetuk-ketukan penghapus di meja pelan- pelan. 4. Meninggalkan sumber emosi dengan pergi ke kamar, nonton TV, berjalan-jalan dan main. 5. Berbicara pada diri sendiri untuk tetap kuat dan tidak menyerah. 6. Pasrah dengan kejadian yang menimpa acceptance dengan berdoa sampai berhasil. Subjek II meskipun memiliki IQ yang tinggi tetapi strategi regulasi yang digunakan lebih banyak hanya mencari ketenangan diri saja. Hal tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
 
 
 
 membuktikan bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki oleh subjek II belum matang. Kepedulian dan penerimaan orang tua berpengaruh terhadap pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak Retnowati, 2003. Hasil penelitian mengungkapkan Rm mengelola emosi negatifnya dengan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama ibunya. Kedekatan dengan ibu membuat Rm sering menceritakan permasalah yang dihadapi dan meminta nasehat kepada ibu. Peran ibu yang baik baginya memberikan kenyamanan pada subjek, sehingga mampu membantu mengurangi perasaan kurang diterima oleh neneknya. Hasil penelitian tersebut didukung hasil tes grafis Rm yang mengungkapkan bahwa hubungan subjek yang cukup dekat dengan ibunya, tampak ada ketergantungan dan kebutuhan rasa aman. 
 87
 


BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, kedua subjek belum dapat melakukan regulasi emosi negatif sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa kedua subjek belum dapat melakukan regulasi dari lima emosi negatifnya sampai pada tahap memodifikasi. Kedua subjek masih dibantu ibunya untuk memodifikasi ataupun mengevaluasi beberapa emosi negatifnya tersebut. Secara khusus, subjek I terkadang tidak melakukan regulasi terhadap emosi negatifnya karena emosi negatif yang muncul dapat hilang sendiri secara otomatis. Subjek I dan II dibantu ibunya dalam memonitor ataupun mengevaluasi emosi negatifnya karena beberapa hal terlupakan oleh subjek. Emosi yang paling berhasil diregulasi subjek I adalah iri. Subjek II dibantu ibunya dalam bercerita pada peneliti karena subjek tertutup untuk menceritakan beberapa hal pada peneliti. Emosi negatif yang paling berhasil diregulasi subjek II adalah cemas. Kedua subjek sama-sama melakukan strategi regulasi emosi negatif mencari kenyamanan dari pengasuh ibu, selain strategi regulasi emosi negatif tersebut subjek I lebih sering memasrahkan segalanya kepada kehendak Tuhan acceptance, sedangkan subjek II lebih sering menggunakan strategi regulasi emosi negatif