Subjek II Hasil Penelitian

71
 
 
 
 berpikir keinginannya bukan merupakan sebuah keirian. Subjek berhasil memodifikasinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut ini: S1, W3, sb 108-114 T:Cuma pengen gitu aja. Terus, e… solusi yang Pr apa ya… bukan solusi tapi untuk nanggulangi rasa pengennya Pr itu gimana? J:Ya udah deh, kalo ga dibeliin atau belum dibeli gitu ya udah lah, kalo dibeliin ya udah. T:Jadi Pr mau menerima keadaan gitu aja gitu? J:Yah Strategi regulasi emosi iri subjek adalah menerima apapun keadaan yang terjadi. Subjek melakukan strategi positive reappraisal.

2. Subjek II

Subjek II menyajikan regulasi pada emosi marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri. a. Marah Subjek memonitor emosi marahnya dengan menyadari dan memahami marahnya. Marah yang dirasakan subjek kuat dan cepat. Subjek menanggapi marahnya secara fisik dengan berkelahi. Penyebab subjek marah adalah merasakan ketidakadilan. Subjek sering merasa dianggap salah kalau membela yang benar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut ini: S2, W1 sb 595-618 T:Pernah nggak Rm merasa marah? J:Pernah nada bersemangat T:Nah, biasanya yang menyebabkan Rm marah apa? J:Ketidakadilan T:Ketidakadilan. Seperti apa itu, bisa diceritain nggak? J:Nggak T:Nggak? Terus kok ketidakadilannya seperti apa? Yang membuat Rm J:Kalo yang disekolah bisa T:Apa? J:Kalo yang disekolah bisa T:Yang nggak bisa yang dimana brati? J:Di rumah T:Yang di rumah nggak bisa? Kalo yang disekolah seperti apa? J:Kalo di sekolah tu, temen-temen. J:Pasti kesel Kalo aku ngebela yang bener, sering salah. Tapi aku lebih enak ngebela yang bener, daripada yang salah. Heh..karena memang harus begitu kan, yang bener selalu yang… menang, yang tidak bener ya selalu yang kalah 72
 
 
 
 Subjek marah karena merasa temannya melakukan ketidakadilan di sekolah. Waktu itu ada beberapa orang teman yang nakal menjepret semua teman dengan pensil yang baru diruncing dan penggaris. Wajah subjek terkena jepretan pensil dan penggaris tersebut hingga berdarah. memukul kelima temannya yang nakal sampai masuk UKS. Hal tersebut membuat subjek dikira kesurupan. Subjek merasa sedih setelah marah dan mencoba melupakan kesedihannya. Hal tersebut dapat dilihat melalui pernyataan subjek berikut: S2, W1 sb 403-411, 660-666, dan 680 J: Waktu itu kan, itu anak-anak nakal. Dia tu jepretin semua orang, pake pensil yang baru diraut kalo penggaris baru dibeli. Cur… kenaklah aku, ke muka. Aduh sakit Berdarahlah di sini. T: Terus? J: Yang cewek juga, semuanya pokoknya. T: Heeh J: Terus kan dibaleskan sama semuanya itu, jadi dendam deh Karena sama Rm di pukul Kak Tisa T: O… Lima orang masuk, yang jelas kalo cerita, lima orang masuk J: UKS. UKS T: O… Sampe dibilang Rm kaya orang… J: Kesurupan J: Pas aku marah? Ya sedih, tapi udah dilupain. Subjek mengevaluasi marah dengan mengelola dan menyeimbangkan emosinya tersebut. Subjek menyeimbangkan marahnya dengan menggambar, membuat kertas lipat dan mengetuk-ketukan penghapus di meja secara perlahan sehingga ia bisa mengatur rasa marahnya menjadi lebih tenang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek: S2, W1, sb 617-626 T:Biasanya kalo Rm marah, apa yang Rm lakukan? J:Heh…Ya menahan emosinya heh…heh…heh…T:Menahannya dengan cara apa? J:Kalo lagi dirumah nanti gambar, terus bikin kertas lipet. Heh… kalo di sekolaaaahhh…. Mainin penghapus tiup…tiup…tiup…T:Mainin penghapusnya gimana? J:Gini, tuk… tuk… tuk… tuk… tuk… tuk… heh, diketuk-ketuk dimeja, tapi pelan kalo waktu yang… OS2, W1 sb 592-598 Rm yang akhirnya mulai bisa meredam marahnya, jadi pada saat dia mulai marah, dia harus tarik napas panjang, kemudian ada ritual meditasi sesaat, sehingga harus memfokuskan konsentrasi, itu lumayan membantu dia. 73
 
 
 
 Subjek melakukan kegiatan tersebut di atas setiap kali subjek marah sampai sekarang. Hal tersebut membuat subjek merasa tenang dan bertahan dari permasalahan yang dihadapi. Modifikasi marah yang dilakukan subjek belum tergali. Strategi regulasi emosi marah yang dilakukan subjek ketika marah adalah melakukan kegiatan fisik yang menenangkan dengan menggambar, membuat kertas lipat dan mengetuk-ngetukkan penghapus di meja. b. Sedih Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, subjek memonitor emosi sedih melihat kembali penyebab kesedihannya. Penyebab subjek sedih adalah merasa tidak dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan sebagai berikut: S2, W1 sb 360-361 Nggak mau pada ngerti Udah di kasi tau berapa kali ga mau pada ngerti. Subjek tertutup dengan kesedihannya, ia tidak menyatakan dengan terbuka perasaan sedihnya pada saat wawancara. Kesedihan juga dirasakan subjek ketika ia sedang marah karena merasa badannya sakit. Subjek menangis jika merasakan kesedihan yang dalam. Kesedihan subjek tampak pada pernyataan berikut ini: S2, W1 sb 675-686 T:Kenapa kok sedih waktu marah? J:Nggak, nggak mau diceritain T:Nggak mau diceritain. Karena? J:Nggak papa J:Sangking sedihnya malah nangis T:e… kalo marah justru malah Rm sedih terus nangis gitu? Iya Rm? J:Heemmm… T:Kenapa kok marah kok terus sedih, terus nangis kenapa? J:Badannya sakiiiittt…. 74
 
 
 
 OS2, W1 sb 1128-1129 Sedih, he eh betul, pasti nangis, kalau udah marah pasti nangis. Subjek melakukan evaluasi terhadap emosi sedihnya dengan menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek berusaha menyeimbangkan emosi sedihnya dengan menahan emosi tersebut, sehingga subjek tidak terbawa sedih yang mendalam. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: S2, W1, sb 357-364 T;Terus rasanya gimana? J;Ya sedih sih, tapi kan ditahan ya dek ya? T:Terus… ditahannya gimana? Hehe… kenapa ditahan? J:Ya harus Harrr…rrus Dung…dung…oh nene…neng… Subjek belum terlihat melakukan memodifikasi dan strategi regulasi emosi sedih dalam wawancara. c. Cemas Subjek memonitor emosi cemasnya dengan menyadari dan memahami emosi cemas yang dirasakan. Kecemasan yang dirasakan subjek kuat. Subjek merasa cemas waktu menghadapi UTS ujian tengah semester. Kecemasan yang dirasakan subjek membuatnya tidak yakin mampu mendapatkan nilai yang bagus. Subjek berdoa di dalam hati agar memperoleh nilai seratus. Subjek mengevaluasi kecemasannya dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek meyeimbangkan kecemasannya dengan berdoa dan terus mengerjakan soal-soal UTS-nya. Subjek takut memperoleh nilai yang jelek. Bagi subjek nilai tujuh puluh dalam ujian 75
 
 
 
 dapat menyebabkan raportnya menjadi jelek. Subjek tidak dapat membayangkan kalau itu benar-benar terjadi. Subjek berusaha untuk meyakinkan dirinya dapat menyeselaikan UTS dengan kemampuannya. Subjek memodifikasi kecemasannya secara kognitif pikiran. Subjek mengubah kecemasannya menjadi semangat untuk mengerjakan soal-soal UTS supaya berhasil. Hal tersebut membuat subjek optimis dan tidak putus asa sehingga membuahkan hasil sesuai dengan harapannya. Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah: S2, W1, sb 827-838 T:Terus yang Rm… lakuin waktu cemas menghadapi UTS itu apa? J:Saya terus berusa- ha. T:Usahanya apa? J:Saya kerjain soal itu, yang sangat… Saya terus kerjain, tak boleh menyerah Jadi terus berjuang harus tetep, tetep, tetep… kuat, kuat, kuat. Mau dapet nilai yang terbaik yah… kaya gitulah Ibu subjek menyatakan: OS2, W1 sb 602-607 Mencoba mensugestikan dirinya itu positif. Saya lupa itu yang diajarkan oleh Dr. Erwin, jadi pada saat dia emosi tidak terkendali, dia harus mensugestikan dirinya. Subjek melakukan strategi regulasi kecemasannya dengan berdoa terus sampai berhasil positive reappraisal, terus berusaha mengerjakan soal tidak boleh menyerah harus tetap kuat, dan tidak putus asa berbicara pada dirinya sendiri untuk menenangkan diri. d. Malu-rasa bersalah Subjek memonitor perasaan malu-rasa bersalah dengan menyadari dan memahami emosi tersebut. Berdasarkan pernyataan dalam wawancara subjek tidak pernah merasa malu tetapi ia pernah merasa bersalah. Rasa bersalah yang dirasakan subjek kuat dan berlangsung lama. Subjek merasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
 
 
 
 bersalah karena marah kepada ibunya. Subjek merasa dalam posisi yang benar sedangkan ibunya yang salah, tetapi subjek merasa sangat bersalah karena marah pada ibunya. Perasaan itu masih sering muncul sampai sekarang dan membuat subjek menangis bila mengingatnya. Rasa bersalah subjek yang muncul sekarang memang tidak sekuat dulu tetapi perasaan tersebut membuatnya sedih. Hal tersebut tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut: S2, W1 sb 887-892 J: Waktu itu kan aku marah sama bunda, aku merasa salah Biarpun bunda yang salah aku yang bener, tapi aku merasa salah T: Kenapa kok merasa salah? J: Ah nggak mau ah nanti jadi sedih Menurut ibu subjek, subjek jarang merasa bersalah karena setiap tindakannya dia tahu kalau nanti akan membuat ibunya marah. OS2, W1 sb 875-877 kalau merasa bersalah kayaknya enggak ya, menghilangkan sesuatu barang miliknya aja dia tidak merasa bersalah kok Subjek mengevaluasi rasa bersalahnya dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi yang dialami. Subjek merasa bersalah sekali terhadap ibunya. Subjek berusaha menggambarkan perasaannya waktu itu, menurutnya perasaan bersalahnya memunculkan perasaan yang berbeda. Perasaan tersebut membuat subjek merasa sedih dan tidak bisa menahannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini: S2, W2 sb 16-19, 29-33 T: Perasaan itu, yang kaya kemaren, perasaan yang e… malu terus berakibat e… memunculkan rasa bersalah itu? Biasanya Rm? J: Nangis. T: Yang Rm rasain waktu itu. J: Ya sedih, terus… ya pokoknya ya beda… ya gitu lah. T: Nggak bisa… J: Huuuffff…huuufff… nggak bisa nahan. 77
 
 
 
 Subjek menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan subjek pada kejadian yang memunculkan perasaan bersalahnya. Pada saat wawancara subjek tiba-tiba menangis mengingat peristiwa yang membuatnya merasa bersalah dengan ibunya. Subjek tidak mau menceritakan detil peristiwa tersebut. Sebelum menangis subjek sempat berusaha mengatur emosinya dengan mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Tetapi ia tetap menangis meskipun hanya sebentar. Subjek terus berusaha mengatur nafasnya sampai akhirnya dapat kembali tenang. Subjek memodifikasi rasa bersalahnya dengan mengubah perasaan tersebut sedikit demi sedikit dan memotifasinya untuk berjuang menyetabilkan rasa bersalahnya. Regulasi rasa bersalah yang dilakukan subjek belum berhasil karena subjek masih menangis ketika mengingat kejadian yang memunculkan emosi tersebut. Subjek melakukan strategi reguasi rasa bersalahnya dengan mengalihkan perhatian dari objek yang membangkitkan rasa bersalahnya tidak mengingat-ingat kejadian yang membuat muncul rasa bersalah dan melakukan aktifitas yang menenangkan mengetuk-ngetukkan jari di meja. Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah: S2, W2, sb 35-43 T:Terus caranya Rm, menenangkan diri Rm gimana? J:Jangan inget-inget itu. T:Kenapa? J:Jangan inget-inget itu. T:Jangan inget-inget itu? Biasanya dengan cara apa? J:Saya nggak tau…T:Kalo yang waktu itu, biasanya? J:Jangan inget-inget itu deh, itu dah hal yang lalu. 78
 
 
 
 S2, W2, sb 58-66 T:Mencoba jangan inget itu, terus akhirnya, perasaannya gimana? J:Stabil. T:Lebih stabil gitu? J:Heeh. T:Udah. E… itu kan yang sudah terjadi, apa baru-baru ini e… perasaan e… Rm, gimana? J:Biasa aja sih, udah nggak kaya waktu itu e. Iri Subjek memonitor emosi irinya dengan memahami perasaan irinya. Subjek merasa iri kerena ia merasa adiknya selalu dibela oleh neneknya sedangkan subjek tidak. Perasaan iri tersebut berlangsung lama. Bg, adik subjek selalu dianggap golden boy oleh neneknya. Terkadang ketika berkelahi adiknya yang salah tetapi subjek harus siap untuk mengalah dan disalahkan. Hal tersebut tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut: S2, W2, sb 69-80 T: nah sekarang, kalo misal, kalo… iri Rm pernah nggak merasa iri? J:Pernah. T:Pernah. Biasanya yang menyebabkan Rm iri apa? J:Kalo Bg tu ya selalu dibela terus sama…itu, Nien. Nah, kalo aku nggak. OS2, W1 1040-1044 Oh ya, kadang-kadang dengan adiknya kan, kenapa saya diperlakukan tidak adil, kenapa butuh banyak orang yang sayang dengan Bg dan percaya dengan Bg, tapi tidak dengan saya, katanya gitu. Subjek mengatakan dalam wawancara bahwa iri membuatnya kesal. Kekesalan subjek diimajinasikan dengan mukanya merah dan keluar asapnya lalu otaknya terasa mengkerut-kerut. Subjek memiliki keinginan meninju orang yang membuatnya iri tetapi subjek berfikir bahwa tindakan tersebut tidak baik dilakukan. Subjek mengevaluasi rasa irinya dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek mengelola rasa irinya dengan menahan keinginan menonjok orang yang membuatnya iri. Hal tersebut tampak pada pernyataan berikut ini: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
 
 
 
 S2, W2 sb 104-146 T:Nah, ketika Rm iri itu apa yang ada dipikiran Rm?J:diam sesaat Keseeellll Otaknya mengkerut-mengkerut gitu, eh dipause, dipause, dipause T:terus?J:Bug... mempraktekan gerakan meninju-ninju sambil mengungkapkan kekesalannya dengan menggerutu kesel, kesel, kesel.T:Itukan yang dirasakan Rm kesel.J:Mukanya, itu pingin merah terus keluar asabnya dari telinga kanan sama kiri.T:Apa yang Rm ingin lakuin?J:….. MenonjokT:Apa yang ingin Rm lakukan, apa yang ada dipikiran Rm tadi, dilakukan nggak?J:Ng….gak…No way T:Terus yang dipikirin pingin nonjok la atau apalah, tapi Rm kan nggak ngelakuin itu kan? E… kenapa Rm tidak melakukan itu, apa yang ada dipikiran Rm?J:Tunggu, nggak, nggak etis kalo ngelakuin itu, ya udah aku tahan.T:Yang menahan Rm untuk melakukan itu apa?J:Nggak mau kasih tau Subjek juga menyeimbangkan emosi irinya dengan tidak melihat orang yang menjadi sumber iri, pergi ke kamar, jalan-jalan, main, berbagi cerita kepada ibunya dan tetap menjalankan nasehat ibunya. Subjek tidak sekedar mencurahkan perasaan kepada ibunya tetapi ibunya juga memberikan nasehat-nasehat untuk subjek. Ibu subjek membantu subjek dalam mengevaluasi emosi iri subjek dan mampu memberikan ketenangan kepada subjek melalui nasehat yang diberikan. Pernyataan yang memuat hal tersebut adalah: S2, W2 sb 87-98 dan 205-210 T: Ketika, rasa, irinya, Rm itu muncul, biasanya apa yang Rm lakuin? J: Emmm…. Jangan ngeliat orang yang aku iriin. T: Pergi. Terus, apa yang Rm lakuin? J: Ke kamar. Nonton T: Apa? J: Nonton. T: Nonton. Terus selain nonton? J; Udah. T: Rm mengatasinya dengan apa? Mengatasi perasaan… J: Jalan-jalan… pergi ke kamar…. Nonton TV… main…. Fuh. Nah terus, kalo udah di kasih tau, saya jangan liat dia, jauhin dia, saya cuekin dia, saya pergi ke kamar. S2, W2 sb 205-208 Ya pokoknya saya tetep jalanin apa yang bunda suruh, heh dengan cara saya minta bunda, “bun, gimana-gimana caranya supaya aku nggak iri lagi ma dia.” Ibu subjek mengatakan biasanya ketika iri subjek akan mencurahkan perasaan dan meminta nasehat dari ibu atau akinya. OS2, W1 sb 1087-1094 Iya dengan saya, karena mungkin yang bisa mengerti saya ataupun Akinya. Kalau pagi sarapan dia akan ngobrol, jadi mungkin ee.. ayah saya yang banyak me.., apa, banyak kasih masukan, pada waktu pagi, kenapa dia harus begini, kenapa dia harus 80
 
 
 
 begitu, sesuai dengan yaa biasanya kita masukan juga kultur, ada, kultur ada kebiasaan kita seperti apa gitu. saya bilang dalam hidup itu seperti ini kenyataannya Rama, jadi kamu harus menerima. Awalnya berat sekali dia terima, tapi lama-lama dia terima. Subjek memodifikasi iri dengan mengubah emosi tersebut menjadi sikap optimis subjek untuk tetap menjalani nasehat ibunya supaya subjek tidak merasa iri lagi. Strategi regulasi emosi iri subjek berdasarkan mengalihkan perhatian dari objek yang membuat iri meninggalkan adiknya, jalan-jalan, nonton TV, dan pergi ke kamar dan meminta kenyamanan pengasuhnya ibu.

C. Pembahasan