Strategi Regulasi Emosi Regulasi Emosi

16 perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi Goleman, 2007 dan Thompson, 1994.

3. Strategi Regulasi Emosi

Strategi regulasi emosi menyajikan strategi regulasi emosi secara umum dan strategi regulasi pada anak secara khusus. a. Strategi Regulasi Emosi Strategi-strategi untuk meregulasi emosi menurut Garnefski, Kraaij dan Spinhoven 2001 adalah: 1 Selfblame mengacu kepada pola pikir menyalahkan diri sendiri. Beberapa peneliti menemukan bahwa self blame berhubungan dengan depresi dan pengukuran kesehatan lainnya. 2 Blaming others mengacu pada pola pikir menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa dirinya. 3 Acceptance mengacu pada pola pikir menerima dan pasrah atas kejadian yang menimpa dirinya. Acceptance merupakan strategi coping yang memiliki hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan. 4 Refocus on planning mengacu pada pemikiran terhadap langkah apa yang harus diambil dalam menghadapi peristiwa negatif yang dialami. Perlu diperhatikan, kalau dimensi ini hanya pada tahap kognitif saja. Refocusing on planning merupakan strategi coping yang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan. 5 Positive refocusing adalah kecenderungan individu untuk lebih memikirkan hal-hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakan daripada memikirkan situasi yang sedang terjadi. Berfokus pada hal-hal yang positif bisa dianggap membantu pada jangka pendek, namun pada jangka panjang bisa bersifat maladaptif. 6 Rumination or focus on thought adalah apabila individu cenderung selalu memikirkan perasaan yang berhubungan dengan situasi yang sedang terjadi. Rumination cenderung berasosiasi dengan tingkat depresi yang tinggi. 7 Positive reappraisal adalah kecenderungan individu untuk mengambil makna positif dari situasi yang sedang terjadi. Positive reappraisal berasosiasi dengan optimisme dan penerimaan diri serta berkorelasi negatif dengan kecemasan. 8 Putting into perspective adalah kecenderungan individu untuk bertindak acuh tidak perduli atau meremehkan suatu keadaan. Konsep ini belum pernah dimasukan dalam pengukuran coping. 
9 Catastrophizing mengacu pada pemikiran yang menekankan ketakutan dari peristiwa yang sudah dialami. Secara umum gaya catastrophizing tampaknya terkait dengan maladaptasi, penderitaan emosional dan depresi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 b. Strategi Regulasi Emosi pada Anak Anak melakukan beberapa strategi penyesuaian emosional untuk membuat mereka lebih nyaman. Anak-anak mungkin melakukan strategi- strategi yang secara umum dilakukan oleh orang dewasa seperti selfblame, blaming others, acceptance, refocus on planning, positive refocusing, rumination or focus on thought, positive reappraisal, putting into perspective dan catastrophizing, meskipun secara khusus anak melakukan strategi regulasi emosi yang khas. Strategi emosi yang biasa dilakukan anak- anak Berk, 2008 adalah: 1 Membatasi rangsangan yang masuk. Contoh tindakan yang dilakukan anak adalah memejamkan mata atau menutup telinga. 2 Berbicara dengan dirinya sendiri. Anak menenangkan dirinya dengan berbicara pada dirinya sendiri seperti contoh berikut ini, ibu mengatakan bahwa ibu akan pulang sebentar lagi. 3 Mengubah tujuannya. Contoh tindakan yang dilakukan anak adalah anak menginginkan sebuah mainan tetapi orang tuanya tidak bisa memenuhi, kemudian anak mengubah permintaannya, dengan harapan permintaan yang baru dapat terpenuhi. Perilaku regulasi emosi yang digunakan oleh anak-anak menurut Bridges, Denham, dan Ganiban 2004 adalah: 1 Mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya stress displacement. 19 2 Melakukan aktifitas fisik yang menenangkan misalnya: menghisap jempol. 3 Mencari kenyamanan dari pengasuh. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi regulasi emosi yang dilakukan anak-anak adalah membatasi rangsangan yang masuk, berbicara dengan dirinya sendiri, mengubah tujuannya, mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya stress, melakukan aktifitas fisik yang menenangkan serta mencari kenyamanan dari pengasuh.

4. Faktor Regulasi Emosi