57
menunjukkan model memiliki predictive relevance; sebaliknya jika nilai Q- Square ≤ 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance.
Perhitungan Q-Square dilakukan dengan rumus: Q
2
= 1 – 1 – R
1 2
1 – R
2 2
... 1- R
p 2
dimana R
1 2
, R
2 2
... R
p 2
adalah R-square variabel endogen dalam model persamaan. Besaran Q
2
memiliki nilai dengan rentang 0 Q
2
1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik. Besaran Q
2
ini setara dengan koefisien determinasi total
2 m
R
pada analisis jalur path analysis.
7. Langkah Ketujuh: Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis β, γ, dan λ dilakukan dengan metode resampling
Bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t, dengan hipotesis statistik sebagai
berikut: Hipotesis statistik untuk outer model adalah:
H :
λ
i
= 0 lawan
H
1
: λ
i
≠ 0 Sedangkan hipotesis statistik untuk inner model: pengaruh variabel laten eksogen
terhadap endogen adalah H
: γ
i
= 0 lawan
H
1
: γ
i
≠ 0
58
Sedangkan hipotesis statistik untuk inner model: pengaruh variabel laten endogen terhadap endogen adalah
H :
β
i
= 0 lawan
H
1
: β
i
≠ 0 Penerapan metode resampling, memungkinkan berlakunya data
terdistribusi bebas distribution free, tidak memerlukan asumsi distribusi normal, serta tidak memerlukan sampel yang besar direkomendasikan sampel
meinimum 30. Pengujian dilakukan dengan t-test, bilamana diperoleh p- value
≤ 0,05 alpha 5 , maka disimpulkan signifikan, dan sebaliknya. Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outter model signifikan, hal ini
menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten. Sedangkan bilamana hasil pengujian pada inner
model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna variabel laten terhadap variabel laten lainnya.
Sampel bootstrap disarankan sebesar 500, hal ini didasarkan beberapa kajian yang ada pada berbagai literatur, bahwa dengan sampel bootstrap 500
sudah dihasilkan penduga parameter yang bersifat stabil. Sedangkan besar sampel pada masing-masing sampel bootstrap disarankan lebih kecil sedikit
dari sampel orisinal. Misal jika data yang dianalisis dengan sampel n = 40, maka sampel bootstrap sebesar 500 number of samples dan sampel pada
masing-masing sampel bootstrap sebesar 35 case per sample.
59
3. Asumsi PLS
Asumsi pada PLS hanya berkait dengan pemodelan persamaan struktural, dan tidak terkait dengan pengujian hipotesis, yaitu:
1. Hubungan antar variabel laten dalam inner model adalah linier dan aditif 2. Model srtuktural bersifat rekursif.
4. Sample Size
Dasar yang digunakan untuk pengujian hipotesis pada PLS adalah resampling dengan Bootestrapping yang dikembangkan oleh Geisser Stone.
Ukuran sampel dalam PLS dengan perkiraan sebagai berikut: 1
Sepuluh kali jumlah indikator formatif mengabaikan indikator refleksif 2
Sepuluh kali jumlah jalur struktural structural paths pada inner model. 3
Sample size kecil 30 – 50 atau sampel besar lebih dari 200.
60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT Smartfren Telecom
PT Smartfren Telecom, Tbk. adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA yang memiliki lisensi selular dan mobilitas terbatas
fixed wireless access, serta memiliki cakupan jaringan CDMA EV-DO jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G yang terluas di Indonesia. Smartfren
juga merupakan operator telekomunikasi pertama di dunia yang menyediakan layanan CDMA EV-DO Rev. B setara dengan 3,5G dengan kecepatan unduh-.
14,7 Mbps dan operator CDMA pertama yang menyediakan layanan Blackberry. PT Mobile-8 Telecom Tbk “Mobile-8” atau “Perseroan” didirikan pada bulan
Desember 2002. Pada tahun 2003, Perseroan mengakuisisi dua operator telepon selular berlisensi, yaitu Komselindo dan Metrosel, dan mulai beroperasi sebagai
penyelenggara jasa selular dengan menggunakan basis teknologi CDMA. Layanan yang pertama kali diluncurkan oleh Mobile-8 adalah Layanan Selular Prabayar
dengan brand “Fren” yang dioperasikan pada bulan Desember 2003 dengan berbasis jaringan CDMA 2000-1X.
Pada bulan April 2004, Mobile-8 meluncurkan Layanan Selular Fren Paskabayar pada jaringan yang sama. Lima bulan kemudian Perseroan mengakuisi
satu lagi operator telepon selular berlisensi, yaitu Telesera. Perseroan juga serta merta menyelesaikan peralihan sistem telekomunikasi yang dioperasikan ketiga
operator berlisensi yang diakuisi tersebut dari sistem selular analog menjadi sistem selular digital CDMA.
Pada tahun 2006, Mobile-8 memperkenalkan layanan 3G pada jaringan CDMA EVDO, serta melakukan pencatatan perdana saham pada Bursa Efek
Indonesia dahulu Bursa Efek Jakarta. Langkah-langkah Perseroan di pasar modal terus berlanjut, dimana pada tahun 2007 Mobile-8 berhasil menerbitkan
obligasi Rupiah pertamanya yang juga dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Kemudian, Perseroan juga turut meramaikan pasar modal regional dengan
penerbitan Eurobond pertamanya yang dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Pada bulan April 2008, Mobile-8 memperkenalkan fitur baru yaitu “World
Passport”, dimana Mobile-8 menjadi operator CDMA pertama di dunia yang bergabung dengan Asosiasi GSM sehingga memungkinkan pelanggan Mobile-8
melakukan PT Smartfren Telecom, Tbk. adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA yang memiliki lisensi selular dan
mobilitas terbatas fixed wireless access, serta memiliki cakupan jaringan CDMA EV-DO jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G yang terluas di
Indonesia. Smartfren juga merupakan operator telekomunikasi pertama di dunia yang menyediakan layanan CDMA EV-DO Rev. B setara dengan 3,5G dengan
kecepatan unduh s.d. 14,7 Mbps dan operator CDMA pertama yang menyediakan layanan Blackberry. Jasa dan layanan Smartfren memiliki nilai-nilai values yaitu
sebagai mitra yang terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas dalam layanan-layanan telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman hidup
pelanggan dalam berkomunikasi.