Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan, perubahan itu sangatlah kompleks, baik perubahan teknologi informasi yang semakin canggih, sistem informasi tradisional yang sudah di tinggalkan, maupun perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung menjadi konsumerisme. Demikian juga dengan bangsa Indonesia pada saat ini perubahanya sangatlah terlihat karena terpengaruh budaya luar seiring dengan perkembangan arus globalisasi tersebut. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sejarah panjang dan tentunya tidak mudah untuk mencapai kemerdekaan dan kemakmuran seperti saat ini. Perjuangan yang kuatlah yang membawa bangsa Indonesia mewuudkan cita-citanya. Kunci utama untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia adalah persatuan seluruh kalangan masyarakat Indonesia dan agar terjadi persatuan diperlukan sikap nasionalisme seluruh masyarakat Indonesia. Menurut H.A.R Tilaar 2007:25 beberapa faktor penting dalam menumbuhkan nasionalisme diantaranya :1 bahasa 2 budaya 3 pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan nasionalisme. Pendidikan yang tersentralisasi dalam pengertian tertentu dapat menjadi suatu alat pemersatu yang sangat kuat. Kita lihat misalnya pendidikan demokrasi di Amerika Serikat adalah penunjang dari kehidupan demokrasinya. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan salah satu pilar yang memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan dan keselamatan bangsa. Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menghasilkan output yang cerdas, kreatif, dan inovatif sehingga mampu mengikuti perkembangan arus globalisasi tanpa terpengaruh budaya barat yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Semangat nasionalisme, heroisme, patriotisme dan sejenisnya sekarang ini sepertinya sudah jarang dijumpai lagi di berbagai kalangan masyarakat.Sebaliknya nilai-nilai seperti individualisme, konsumerisme, dan sejenisnya yang masih mudah merasuki sendi-sendi dasar kebudayaan nasional kita. Hal ini didukung dengan berkembangnya teknologi yang dikarenakan semakin berkembangnya era globalisasi yang semakin pesat. Teknologi yang semakin canggih memungkinkan masyarakat memperoleh berbagai informasi dengan cepat, jelas, dan lengkap. Dunia semakin penuh dengan Informasi dari segala penjuru untuk segala macam keperluan dan sasaran melalui berbagai cara dan saluran. Ali Masyur Musa 2011:150 mempertanyakan bahwa “adakah yang masih tersisa dari nasionalisme jika sekumpulan anak muda, nongkrong di café Starbuck, mengenakan kaos dan arloji bermerk impor, menggenggam blackberry, asyik membicarakan mode dan trend musik dunia mutakhir, menyelingi bahasa dengan bahasa asing, berselera makan pizza dan sejenisnya, apa kira-kira presepsi mereka tentang nasionalisme? Jika istri pejabat lebih suka belanja di Singapura atau para pengusaha merasa lebih aman menyimpan uangnya di bank-bank luar negeri. Seorang warga pedalaman di kepulauan paling ujung negri hanya mengenal Indonesia dari siaran radio dan tidak tahu guna negara bagi hidupnya. Seorang pemeluk agama yang saleh menggangap negara penghambat pengamalan keberagamaanya, apa kira-kira tanggapan mereka tentang nasionalisme?” Derasnya arus globalisasi yang tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang rasa cinta tanah air atau nasionalisme sebagai sarana bertindak atau filterisasi diri juga akan meruntuhkan nilai - nilai moral dan sosial serta tatanan kemasyarakatan yang dianggap telah mapan di masyarakat dari generasi kegenaresi. Gaya pergaulan yang kebarat-baratan, perilaku seks bebas, narkoba, tawuran, dan perilaku menyimpang lainya dikalangan anak muda adalah sedikit contoh sikap yang terpengaruh oleh budaya asing yang tidak baik sehingga memudarkan nilai- nilai semangat nasionalisme pada diri para peserta didik. Menurut M.’azzam manan dan Thung Jul Lan 2011:14, nasionalisme Indonesia di masa depan hanya mampu bertahan jika seluruh warga dan para penyelenggara negara bisa mengelola dengan baik perbedaan dan keanekaragaman etnik, budaya dan juga bahasa daerah menjadi asset brsama bagi persatuan yang kokoh dalam satu ban gunan bersama yang bernama “Negara Bangsa Indonesia”. Persoalanya tidak berhenti sampai disitu menurut Azyumardi Azra dalam M.’Azzam manan dan Thung Jul Lan 2011:14 , akhir-akhir ini kita bisa melihat adanya perkembangan dari Nasionalisme Indonesia, yaitu: pertama, melalui penerapan otonomisasi dan desentralisasi sejak 1999 yang cenderung menonjolkan “semangat kedaerahan”, tidak jarang berimplikasi teradinya konflik dan kekerasan antar etnik pada lokalitas tertentu. Kedua, adanya kecenderungan meningkatnya arus dan gerakan Islam transaksional yang menolak bukan hanya nasionalisme Indonesia, melainkan negara Indonesia, dan sebagai gantinya menawarkan „khilafah’ atau entitas politik tunggal bagi seluruh umat Islam di dunia. Dalam hal ini pendidikan sangat diperlukan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme pada peserta didik agar nasionalisme tidak hilang dan pudar dimasa depan, Dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Tujuan penddikan nasional menurut Wiji Suwarno 2006: 32 untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan nasional di dalam UU No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Nilai-nilai nasionalisme dapat ditanamkan melalui pendidikan di sekolah, dalam melaksanakan penanaman nilai nasionalisme di sekolah ada 2 cara yang bisa dilakukan yaitu melalui kegiatan pembelajaran dan melalui kegiatan diluar pembelajaran. Penanaman sikap dan nilai nasionalisme di luar pembelajaran dapat ditanamkan dengan pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah dengan pembiasaan dalam kehidupan keseharian di sekolah. Pembiasaan dalam kehidupan keseharian disekolah dapat dilakukan dengan cara kegiatan rutin, kegiatan spontan dan keteladanan. Selain itu bisa juga dilakukan dengan mengintegrasikan kedalam kegiatan ekstrakulikuler, misalnya kegiatan pramuka, latihan tari, karawitan, dan olahraga pencak silat. Semua kegiatan tersebut akan terlaksana apabila guru ikut berperan serta dalam kegiatan- kegiatan tersebut. sehingga guru dapat menjadi teladan dalam bersikap dan berprilaku bagi para siswa-siswanya. Tentu saja sikap dan prilaku guru harus mencerminkan nilai-nilai naionalisme yang ada supaya proses pelaksanaan penanaman nilai nasionalisme bisa berjalan dengan baik. Selain diluar kegiatan belajar mengajar penanaman nilai nasionalisme dan sikap nasionalisme dapat dilakukan didalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran, Mulyasa 2003:100 mengatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Sedangkan menurut Syaiful Sagala 2006:61 mengatakan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa atau murid. Pendidik yang baik akan melakukan komunikasi dua arah atau timbal balik dan memancing siswa untuk belajar secara aktif sehingga dapat terjadi proses komunikasi yang diinginkan. Masih dalam bukunya Syaiful Sagala 2006:61 pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Salah satu mata pelajaran di sekolah menegah yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan untuk mencetak manusia yang cerdas dan bermoral adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Melaui Pendidikan Kewarganegaraan peserta didik dipupuk dengan nilai-nilai, sikap, dan kepribadian yang sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, menumbuhkan sikap cinta tanah air, serta berwawasan kebangsaan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Sutoyo 2011: 6 bertujuan untuk menumbuhan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap, serta perilaku yang cinta tanah air, bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan tatanan nasional kepada siswa, mahasiswa, calon ilmuwan warga negara Republik Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang dijiwai nilai-nilai pancasila. Dengan demikian mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang banyak membahas tentang sikap, perilaku, dan nilai-nilai luhur yang berlandaskan Pancasila untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat menumbuhkan sikap nasionalisme pada siswa. Sikap nasionalisme dapat diwujudkan dengan tindakan yang dilakukan siswa sebagai wujud sikap nasionalisme di sekolah dan di rumah. Contoh tindakan yang dilakukan siswa sebagai wujud sikap nasionalisme di sekolah antara lain dengan mengikuti upacara bendera, mengikuti kegiatan Pramuka, dan lain sebaganya. Tindakan yang dapat dilakukan siswa sebagai kegiatan pramuka, dan lain sebagainya. Tindakan yang dapat dilakukan siswa sebagai wujud sikap nasionalisme di rumah atau masyarakat antara lain mencintai produk dalam negeri, tetap menghargai dan bangga akan budaya Indonesia, dan sebagainya. Saat ini terdapat ciri-ciri yang menunjukan bahwa remaja Indonesia mengalami penurunan dalam mengembangkan rasa nasionalisme kepada negara Indonesia. Ciri-ciri dari penurunan rasa nasionalisme remaja tersebut seperti, lebih menyukai gaya hidup bangsa Barat, misal mereka selalu ingin hidup bebas tanpa batas atau sekehendanya sendiri untuk melakukan hal yang melanggar norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat. Selain itu ciri-ciri yang lain adalah mereka bersikap apatis terhadap lingkungan atau merasa acuh tak acuh pada lingkungan masyarakat. Ciri-ciri yang terakhir adalah mereka kurang berpartisipasi dalam kehidupan sosial seperti saat ada sebuah acara di dalam masyarakat mereka tidak pernah mau untuk mengikuti acara-acara tersebut, misal kegiatan kerja bakti, organisasi remaja Karang Taruna dan kegiatan-kegiatan yang lain yang mereka anggap tidak penting. Sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib meningkatkan rasa nasionalisme kita. Dengan begitu, maka akan banyak manfaat bagi pribadi, masyarakat, dan negara. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA N 1 Pengasih banyak dijumpai perilaku siswa yang bertolak belakang dengan sikap nasionalisme. Diantaranya, masih sering dijumpai siswa yang lebih menyukai gaya hidup bangsa Barat, misal mereka selalu ingin hidup bebas tanpa batas atau sekehendanya sendiri untuk melakukan hal yang melanggar norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat, teknologi yang masuk pada para peserta didik sehingga siswa mudah terpengaruh budaya asing yang bisa melunturkan rasa nasionalisme, selain itu ciri-ciri yang lain adalah mereka bersikap apatis terhadap lingkungan atau merasa acuh tak acuh pada lingkungan masyarakat. Di dalam mata pelajaran PKn yang merupakan mata pelajaan yang bertujuan untuk mendidik siswa menjadi warga negara yang baik, membahas tentang sikap nasionalisme dan hal-hal yang dapat menumbuhkan sikap nasionalisme tersebut. Hal ini di tunjukan pada silabus PKn Kelas X semester 1 KD 1.4 tentang menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di dalam KD tersebut dibahas tentang semangat kebangsaan, makna nasionalisme, makna patriotisme, tata cara penerapan patriotisme dalam kehidupan. Untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pada siswa tentunya tidaklah mudah dan dibutuhan media pembelajaran yang tepat supaya dalam tujuan dari Indikator pada KD tersebut dapat terpenuhi. Menurut Nana Sudjana 2002:102 Pemanfaatan film sebagai media pembelajaran untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pada siswa sangatlah tepat karena penggunakan film dalam pendidikan dan pengajaran di kelas sangat berguna atau bermanfaat terutama untuk: 1. Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 2. Menambah daya ingat pada pelajaran. 3. Mengembangkan daya fantasi anak didik. 4. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar. Untuk membuat pembelajaran yang efektif maka film yang digunakan haruslah cocok dan mempunyai bobot supaya siswa dapat termotivasi dan sikap nasionalisme itu muncul dengan sendirinya. Salah satu film yang cocok untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah “Tanah Surga Katanya” Film ini sangat layak untuk dijadikan media pembelajaran untuk meningkatkan sikap nasionalisme pada siswa karena unsur kepahlawananya sangat kental dalam film ini. Sikap nasionalisme ditunjukkan oleh tokoh utama dalam film ini yaitu Salman serta kakeknya Hasyim yang diceritakan sebagai mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965. Didalam film ini diceritakan, setelah meninggalnya istri tercinta, Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia tahun 1965, memutuskan tidak menikah. Ia tinggal bersama anak laki-laki satu-satunya yang juga menduda, dan dua cucunya: Salman dan Salina. Hidup di perbatasan Indonesia dan Malaysia merupakan persoalan tersendiri bagi mereka, karena keterbelakangan pembangunan dan ekonomi. Astuti, guru sekolah dasar di kota, datang tanpa direncanakan. Ia mengajar di sekolah yang hampir rubuh karena setahun tidak berfungsi. Tak lama berselang datang pula dr. Anwar, dokter muda yang datang karena tidak mampu bersaing sebagai dokter professional di kota. Haris mencoba membujuk ayahnya untuk pindah ke Malaysia dengan alasan di sana lebih menjanjikan secara ekonomi dibandingkan tetap tinggal di wilayah Indonesia. Hasyim bersikeras tidak mau pindah. Baginya kesetiaan pada bangsa adalah harga mati. Persoalan semakin meruncing ketika Hasyim tahu bahwa Haris ternyata sudah menikah dengan perempuan Malaysia dan bermaksud mengajak Salman dan Salina. Salman yang dekat dengan sang kakek memilih tetap tinggal di Indonesia. Hasyim sakit. Dr Anwar berusaha memberikan perawatan dan obat yang lebih rutin. Namun, keterbatasan sarana dan obat, membuat kondisi Hasyim memburuk. Dr Anwar memutuskan untuk membawa Hasyim ke rumah sakit kota. Dengan uang hasil kerja Salman, Hasyim dibawa pakai perahu. Mereka berangkat ditemani oleh Astuti dan dr. Anwar. Di tengah perjalanan nyawa Hasyim tidak tertolong. Dari cerita tersebut diharapkan siswa dapat terketuk hatinya sehingga rasa nasionalisme pada diri siswa dapat tumbuh setelah melihat perjuangan tokoh utama dalam film tersebut yaitu Hasyim dan Salman. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengkaji sejauh mana peran mata pelajan Pendidikan Kewarganegaraan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme pada peserta didik. Penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Pemanfaatan Film “Tanah Surga Katanya” Sebagai Media Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme dalam Film Tanah Surga, Katanya (Studi Semiotik Roland Barthes Mengenai Representasi Nasionalisme dalam Film Tanah Surga,Katanya)

1 14 72

KONSTRUKSI NASIONALISME PADA FILM TANAH SURGA KATANYA (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran PPKn) Konstruksi Nasionalisme Pada Film Tanah Surga Katanya (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran PPKn).

0 3 20

PENDAHULUAN Konstruksi Nasionalisme Pada Film Tanah Surga Katanya (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran PPKn).

0 2 6

KONSTRUKSI NASIONALISME PADA FILM TANAH SURGA KATANYA (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran PPKn) Konstruksi Nasionalisme Pada Film Tanah Surga Katanya (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran PPKn).

0 2 12

REPRESENTASI NASIONALISME DAN PATRIOTISME Representasi Nasionalisme dan Patriotisme dalam Film Tanah Surga Katanya.

0 2 15

PENDAHULUAN Representasi Nasionalisme dan Patriotisme dalam Film Tanah Surga Katanya.

0 3 41

REPRESENTASI NASIONALISME DAN PATRIOTISME Representasi Nasionalisme dan Patriotisme dalam Film Tanah Surga Katanya.

0 1 16

PENGARUH FILM TANAH AIR BETA TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA Film Tanah Air Beta Dan Sikap Nasionalisme (Studi Eksperimen Pengaruh Film Tanah Air Beta Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa-Siswi kelas VIII di SMP N 4 Surakarta).

0 0 14

PENERIMAAN KHALAYAK TERHADAP NILAI NASIONALISME DALAM FILM “TANAH SURGA KATANYA” | Linadi | Jurnal e-Komunikasi 1781 3440 1 PB

0 0 7

MAKNA NASIONALISME MASYARAKAT PERBATASAN DALAM FILM TANAH SURGA KATANYA (Analisis Semiotik pada FIlm "Tanah Surga Katanya" tentang Nasionalisme Masyarakat di Perbatasan) - UNS Institutional Repository

0 0 15