bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Dilihat dari sikap, banyak generasi muda yang tingkah lakunya tidak mengenal sopan santun dan
cenderung memiliki rasa tidak peduli terhadap lingkungan. Pengaruh- pengaruh tersebut memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap
nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang.
Arti penting dari implementasi terhadap penanaman nilai-nilai nasionalisme adalah menjaga tiap-tiap individu dari pengaruh luar yang
semakin mudah seiring berkembangnya era globalisasi saat ini. Tidak semua kemajuan di era globalisasi sekarang ini membawa dampak positif bagi
bangsa Indonesia. Sebagai bangsa yang memiliki sikap nasionalisme, tentunya semua lapisan masyarakat tidak menginginkan pengaruh negatif
masuk ke dalam diri generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dari bangsa Indonesia sendiri untuk berpegang teguh pada
nilainilai nasionalisme. Kesadaran dalam berperilaku atau bersikap dalam kehidupan sehari-hari
yang jarang ditemui tersebut menjadi beberapa kendala yang dialami oleh pendidik dalam penanaman nilai nasionalisme. Maka dari itu dalam
pengembangan strategi penanaman nilai nasionalisme harus diupayakan seoptimal dan sedini mungkin.
c. Sikap Nasionalisme
Sikap nasionalisme yaitu respon oleh seseorang terhadap paham kebangsaan karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan
untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta
cita-cita bersama guna mencapai, memelihara, dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran dan kekuatan atau kekuasaan negera dan bangsa
yang bersangkutan yang terdapat dalam Ensikopledi Nasional Indonesia 2011:3.
Berdasarkan teori dan nasionalisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap nasionalisme yaitu suatu respon seseorang
yang timbul dari diri terhadap rasa rela berkorban untuk kepentingan bersama maupun kepentingan bangsa yang berupa semangat patriotik
sebagai perwujudan kesetiaan serta rasa cinta terhadap tanah air.
d. Paham Nasionalisme Indonesia
Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono 2008,108 masyarakat Indonesia bersifat prural yang diikat dalam sesanti Bhineka Tunggal Ika.
Kemajemukan marupakan modal kebesaran bangsa dan negara Indonesia, Asalkan dijalin erat dan dibalu dengan wawasan kebangsaan yang utuh lahir
dan batin. Bangsa dan negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila UUD 1945 menjadi landasan
ideologis dan konstitusional bagi berkembangnya paham nasionalisme. Berdirinya negara Indonesia merupakan perwujudan dan persamaan
kesadaran dan cita-cita masyarakat Indonesia melalui wawasan kebangsaan yang telah lama tumbuh dan berkembang di bumi Nusantara.
Motivasi dan gerakan nasionalsime pada awal abad ke-20 yang melahirkan Kebangkitan Nasional itu, sekalipun masih bersifat majemuk,
tersebar dan terpisah-pisah, namun secara mendalam telah mengisyaratkan adanya konsepsi yang berwawasasn persatuan dan kesatuan. Hal seperti
itulah yang mengilhami gerakan kemersekaan Indonesia. Melalui janin gerakan yang dimotori oleh founding fathers, paham nasionalisme kita
tumbuh sebagai identitas diri dari pengalaman sejarah yang bersifat mejemuk, tetapi tetap dalam kesatuan Bhineka Tunggal Ika.
Sejarah perkembangan paham nasionalisme Indonesia berbeda dengan paham nasionalisme di Eropa. Nasionalisme Eropa tumbuh sebagai gejala
dan reaksi dari revolusi industri: sebuah gejala yang lahir akibat adanya transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Sedangkan paham nasionalisme Indonesia lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan kolonial. Dalam ungkapan Bung Karno dalam buku Sri
Sultan Hamengkubuwono 2008, 109 nasionalisme merupakan kekuatan bagi bangsa-bangsa terjajah yang kelak akan membuka masa gemilang bagi
bangsa tersebut. Sistem kewarganegaraan Indonesia mengalami perubahan. Jika
sebelumnya kewarganegaraan didasarkan atas kelahiran, ikatan perkawinan, dan sistem kekerabatan, maka dengan pembentukan bangsa Indonesia
kewarganegaraan dibentuk berdasarkan pada kehendak untuk hidup bersama di tanah air sebagai satu bangsa.Inilah karakteristik baru kewargaan di tanah
air sebagai satu bangsa. Inilah karakteristik baru kewarganegaraan dalam negara-bangsa. Sebenarnya bangsa dan negara merupakan dua konsep
berbeda, namun nasionalisme telah menyatukan keduanya dalam satu wadah negara-bangsa. Terkait berbedaan megara dan bangsa. Harsya W Bachtiar
1976:8 menyatakan. negara adalah suatu organisasi politik, suatu struktur politik. Para warga
negara adalah anggota organisasi politik. Keanggotaan dalam organisasi negara atau kewarganegaraan seseorang diatur oleh aturan-aturan hukum.
Jadi, undang-undanglah yang menyatakan apakah seseorang adalah warga negara Indonesia atau bukan. Akan tetapi nation adalah suatu kesatuan
solidaritas kebangsaan. Kebanyakan anggota nation Indonesia adalah warga negara
Indonesia. Akan
tetapi, mungkin
saja seseorang
yang berkewaganegaraan negara lain, memiliki paspor negara asing, dalam
kenyataan adalah bagian dari nation Indonesia, merasa diri orang Indonesia. Sebaliknya, seorang warga negara Indonesia yang memiliki paspor
Indonesia, dapat saja dalam kenyataan tidak merasa dirinya sebagai orang
Indonesia dan oleh sebab itu dalam kenyataan tidak merupakan bagian dari nation Indonesia atau bangsa Indonesia.
Keanggotaan disuatu kesatuan sosial lain, seperti nation Indonesia tidak berarti bahwa orang yang bersangkutan melepaskan keanggotaanya di
kesatuan sosial lain, seperti Bangsa Aceh. Keanggotaan dalam nation Indonesia tidak harus diartikan sebagai terlepasnya keanggotaan dalam
nation lama. Seseorang dapat berbicara baik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Jawa, tergantung pada bahasa yang dipelajarinya. Hal ini berarti ia
juga dapat bertindak, baik mengacu pada kebudayaan nation Indonesia maupun pada kebudayaan suku bangsa atau daerah tertentu. Tentu saja
semua ini berlangsung dalam keadaan, dan berhubungan dengan kepentingan yang berbeda-beda.
Dengan demikian, antara nation Indonesia dengan pruralitas agama, etnis, dan bahasa tidak dapat dipisahkan, bahkan harus berjalan secara
bersama-sama. Meskipun seseorang mempunyai agama, etnis, dan bahasa yang berbeda, tetapi jika ia mempunyai pemikiran Indonesia, maka
seseorang tersebut adalah bagian dari bangsa Indonesia. Heterogenitas harus berjalan dengan subur di tengah-tengah perlunya memelihara persatuan dak
kesatuan bangsa. Yang terpenting, seseorang tersebut harus mempunyai cara berpikir, berperilaku, perasaan, dan jatin diri bangsa Indonesia. Berbicara
tentang orang Indonesia pada dasarnya hanya membicarakan aspek-aspek tertentu saja dari orang tertentu dalam kenyataan, dan tidak berbicara
tentang keseluruhan orang yang bersangkutan. Sebab, orang yang sama dapat mempunyai jati diri sebagai anggota kesatuan sosial tertentu yang
lain. Keterikatan dan kepatuhan seseorang pada agamanya juga tidak harus
mengurangi rasa nasionalisme yang bersangkutan. Para tokoh kemerdekaan dan perumus UUD 1945 kendatipun menganut gagasan sekuler, tetap
mengakui pentingnya agama dalam mempengaruhi kehidupan bernegara.
Negara yang diidamkan para pendiri republik bukanlah negara yang didasarkan pada agama, melainkan, dalam ungkapan Soepomo, “Negara
kebangsaan yang memperhatikan dan memberi peluang kepada agama- agama”.
Di Indonesia nasionalisme juga tercermin dari ideologi bangsa yang dimiliki yakni pancasila. Menurut Arif Rohman 2009: 42 mengemukakan
“ idiologi Pancasila memiliki lima prinsip nilai yang bersifat dasar staat fundamental norms yang merupakan ajaran dasar yang dipedomani oleh
seluruh warga bangsa baik dalam tataran individu maupun kelompok. Kelima nilai dasar itu adalah sebagai berikut.
1 Ketuhanan Yang Maha Esa Pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan keyakinan pada Tuhan. Pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari misalnya saling menghormati, memberi kesempatan dan
kebebasan menjalankan ibadah, serta tidak memaksakan atau kepercayaan pada orang lain. Melalui pelaksanaan sila yang pertama ini
bangsa Indonesia menghendaki keutuhan dan kebersamaan dengan cara saling menghormati.
2 Kemanusiaan yang adil dan beradab Pada sila kemanusiaan yang adil dan beradab bangsa Indonesia
mengakui, menghargai dan memberikan hak dan kebebasannya yang sama pada tiap warganya, akan tetapi dalam pelaksanaannya harus tetap
menghormati hak-hak orang lain untuk menjaga toleransi.
3 Persatuan Indonesia Pada sila persatuan Indonesia bangsa Indonesia lebih mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara. Pelaksanaannya dalam kehidupan dengan cara mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dari pada
kepentingan golongan, suku, atau individu. Sila yang ketigaini menegaskan
komitmen dan
pendirian warga
negara untuk
mengutamakan, memperhatikan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.
4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
` Pada sila yang keempat bangsa Indonesia mengakui untuk mengambil keputusan yang menyangkut orang banyak dilaksanakan dengan cara
musawarah mufakat. Pelaksanaan musawarah mufakat ini untuk menghargai perbedaan pendapat.
5 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada sila yang kelima bangsa Indonesia mengakui dan menghargai warganya untuk mencapai kesejahteraan sesuai dengan Menumbuhkan
rasa senasib dan sepenanggungan. ”
Selain itu Sunarso, dkk, 2008: 39 mengungkapkan bahwa nasionalisme Indonesia disebut juga dengan nasionalisme Pancasila, yaitu
paham kebangsaan yang berdasar pada nilai-nilai Pancasila. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nasionalisme bangsa Indonesia
tercermin dalam dasar negara yaitu Pancasila yang terdiri dari lima nilai dasar yaitu ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Semangat nasionalisme bangsa Indonesia dituangkan dalam pancasila
sila ketiga yaitu persatuan Indonesia, yang menggambarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam
suku, ras, budaya, agama, adat istiadat dan kepercayaan yang berbeda-beda tetapi tetap satu sebagai bangsa, yaitu bangsa Indonesia yang bersemboyan
“Bhineka Tunggal Ika”.
e. Revitalisasi Nasionalisme