19
c. Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Pengharapan adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat harapan dan
penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu
memiliki harapan yang rendah. Harapan yang rendah menyebabkan individu tidak memiliki motivasi yang tinggi.
6. Sumber-Sumber Konsep Diri
a. Diri fisik dan citra tubuh Belajar mengenai apa yang merupakan diri dan apa yang bukan melalui
pengalaman langsung, dan mengenai persepsi terhadap dunia fisik tanpa satupun mediasi sosial marupakan langkah awal anak didalam perjalanan
hidupnya. Istilah citra tubuh digunakan untuk menyampaikan konsep tentang tubuh fisik yang dimiliki individu. Citra tubuh merupakan hal yang
fundamental terhadap perkembangan citra diri individu. Konsep diri pada mulanya adalah citra tubuh, sebuah gambaran yang dievaluasikan mengenai
diri fisik Burn, 1993: 190. Diri fisik diterima sebagai sebuah unsur yang vital dari konsep diri William James dalam Burns, 1993: 198.
b. Bahasa dan perkembangan konsep diri Perkembangan bahasa membantu perkembangan konsep diri, karena
penggunaan „me‟, „he‟, dan „them‟ digunakan untuk membedakan diri self
dengan orang lain. Kebanyakan anak-anak memulai menggunakan kata ganti seperti
„me‟, „yours‟, „mine‟, dan lain-lain dengan cara yang tidak tepat. Hal tersebut membuat perkembangan bahasanya menjadi lambat Gesell Iig
20
dalam Burns, 1993: 200. Banyak anak kecil yang mengalami kesulitan untuk mempelajari penggunaan kata ganti orang dengan tepat. Konsep diri
yang benar timbul bagi banyak bayi pada saat mereka menangkap kenyataan bahwa mereka mempunyai sebuah nama. Pengetahuan anak tentang dirinya
bergantung pada pemisahan diri dari orang-orang lainnya. c. Umpan balik dari orang lain
Semua manusia membutuhakan kasih sayang, rasa aman dan perasaan yang diterima. Penerimaan kasih sayang itu sangat menyenangkan namun,
untuk mengetahui apakah ada penerimaan kasih sayang tersebut seorang individu harus mengamati wajah, isyarat-isyarat, verbalisasi, dan sebagainya
dari orang lain. Dalam masa kanak-kanak, anak mempercayai persepsi tentang dirinya sendiri dan juga tentang diri fisiknya.
Guthrie dalam Burns, 1993: 208 memberi contoh bahwa ada beberapa siswa laki-laki yang memainkan sebuah lelucon kepada seorang siswa
perempuan yang bodoh dan tidak menarik. Mereka memperlakukan wanita tersebut untuk sementara waktu, seakan-akan ia sangat populer dan menarik.
Siswa laki-laki tersebut terkejut karena di dalam waktu satu tahun ia mengembangkan sikap yang santai, percaya diri dan popularitas. Sikap yang
seperti itu meningkatkan hal yang positif dari orang lain. Hal tersebut merupakan umpan balik dari orang lain mengenai konsep diri dan pola
tingkah laku seseorang.
21
B. Kajian Teori Mengenai Remaja 1. Definisi Remaja