Perilaku Seksual Remaja Kajian Teori Mengenai Remaja 1. Definisi Remaja

24 c. Testis Testis atau buah zakar ada dua buah yang terletak dalam sebuah kantung scrotum yang tergantung di bawah penis batang kemaluan. Testis memproduksi hormon androgen dan testoteron yang sejak remaja menyebabkan tumbuhnya tanda-tanda kelaki-lakian seperti kumis, jakun, otot kuat, suara yang berat, bulu kemaluan dan ketiak. Testoteron juga menyebabkan timbulnya birahi nafsu seks dan libido. Spermatozoa di produksi beratus ratus juta setiap harinya sampai orang yang bersangkutan berusia lanjut 60-70 tahun. d. Indung Telur Ovarium Indung telur terletak di dalam rongga perut perempuan, tepatnya di bagian bawah dekat rahim uterus. Indung telur memproduksi 1 hormon progesteron yang bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur ovum sehingga siap untuk dibuahi. Jika sel telur telah dibuahi, progesteron ini yang mengembangkannya lebih lanjut menjadi janin. 2 hormon estrogen yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang payudara membesar, pinggul membesar, suara halus, dan lain- lain. Hormon ini juga mengatur siklus haid.

4. Perilaku Seksual Remaja

Menurut Robert Havighurst dalam Sarlito, 1989: 154 seorang remaja menghadapi tugas-tugas perkembangan developmental tasks sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu antara lain adalah menerima kondisi fisiknya 25 dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin yang mana pun, menerima peranan seksual masing-masing laki-laki atau perempuan dan mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga Jensen dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154. Dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapatkan motivasinya dengan cara meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut Freud dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154, libido ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Sementara itu, menurut Anna Freud dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 15 , fokus utama dari libido ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek seksual dan tujuan- tujuan seksual Jensen dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154. Dalam kaitanya dengan kematangan fisik Sanderowitz Paxman dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 154- 155 mencatat bahwa di berbagai masyarakat sekarang ini ada kencederungan menurunya usia kematangan seksual seseorang. Pada tahun 2008 di Jawa Barat menunjukan 57 remaja usia 15-24 tahun merupakan pekerja seks komersial Tetty Rina Aritonang, 2015: 63. Menurut Simkins dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155, di negara- negara maju rata-rata usia menstruasi menurun 4 bulan setiap sepuluh tahun dan akan mencapai titik stabil pada usia 12 tahun 9 bulan. Menurunya usia kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatkanya aktivitas seksual pada masa puber. Gejala ini di ungkap oleh Fury dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155 yang membandingkan hasil survei Kinsey dalam 26 Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155 dengan temuanya sendiri pada akhir 1970-an. Dalam penelitian Kinsey tercatat 2 anak perempuan dan 10 anak laki-laki dibawah usia 16 tahun telah melakukan hubungan seks. Penelitian Fury yang dilakukan 25-30 tahun kemudian ternyata angka tersebut sudah menjadi 33 untuk anak perempuan dan 50 untuk anak laki- laki dibawah usia 16 tahun. Di Indonesia beberapa hasil penelitian juga menunjukan adanya penurunan batas usia hubungan seks pertama kali Hanifah dalam Sarlito Wirawan Sarwono, 1989: 155, antara lain: a. Sebanyak 18 responden di Jakarta berhubungan seks pertama di usia 18 tahun dan usia termuda 13 tahun. b. Remaja Manado yang sudah aktif secara seksual, melakukan hubungan seks pertama pada usia dibawah 16 tahun. Sebanyaknya 56,8 pada remaja pria dan 33,3 pada remaja putri.

5. Proses Perubahan pada Masa Remaja