buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.
Contoh : 高い’takai’ tinggi 低い ‘hikui’ rendah
3. Homonimi, Homofon, Homografi
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berarti “Nama” dan homo yang artinya “Sama”. Secara harfiah homonimi dapat diartikan
sebagai “Nama sama untuk benda atau hal lain”. Homonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan dan lafal yang sama namun memiliki makna yang
berbeda. Misalnya, kata “Bisa” dapat diartikan dua makna, yakni “Bisa” yang berarti “Dapat” dan “Bisa” yang berarti “Racun”.
Homofoni homo berarti sama, fon berarti bunyi adalah dua kata atau lebih yang memiliki lafal yang sama walaupun ejaan dan maknanya berbeda.
Misalnya, kata “Bang” dan “Bank”. Homograf homo berarti sama, grafi berarti tulisan adalah dua kata atau lebih yang memiliki ejaan yang sama namun
memiliki lafal dan maka yang berbeda. Misalnya, “Tahu” baca “Tahu” bermakna salah satu produk makanan yang berasal dari kedelai, sedangkan kata
“Tahu” baca “Tau” bermakna mengetahui.
4. Hiponimi dan Hipernimi
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno , yaitu onoma berarti “Nama” dan hypo berarti “Di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “Nama yang
termasuk di bawah nama lain”. Hiponimi dan hipernim berhubungan satu sama lain, hiponimi merujuk pada kata yang lebih khusus yang merupakan subordinat
Universitas Sumatera Utara
dari hipernimi. Misalnya, kata “Tongkol” dan “Ikan”, kata “Tongkol” merupakan hiponim dari kata “Ikan” sedangkan kata “Ikan” merupakan hipernim dari kata
“Tongkol”.
5. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa terutama kata, bisa juga frase yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala dalam
bahasa Indonesia memiliki makna 1 bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan; 2 bagian dari suatu yang terletak di sebelah
atas atau depan dan merupakan hal yang penting atau ter utama seperti kepala susu, kepala meja, dan kepala kereta api; 3 bagian dari suatu yang berbentuk
bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum; 4 pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun; 5 jiwa
atau orang seperti pada kalimat setiap kepala menerima bantuan Rp. 5000 ; dan 6 akal budi seperti dalam kalimat, badannya besar tetapi kepalanya kosong.
6. Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti, kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan
gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat, dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya, frase buku sejarah
dapat ditafsirkan sebagai 1 buku sejarah itu baru terbit, atau 2 buku itu berisi sejarah zaman baru.
Universitas Sumatera Utara
7. Redundansi
Istilah redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat
Bola di tendang Si Udin, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh si Udin. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap
sebagai sesuatu yang redundansi, yang berlebih-lebihan, dan yang sebenarnya tidak perlu.
2.4 Adverbia Kata Keterangan Toutou dan Yatto 2.4.1 AdverbiaKata Keterangan