2. Makna Referensial dan Makna Nonreferensial
Menurut Chaer 2002:63, perbedaan makna referensial dan makna nonreferensial adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila
kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Namun jika kata-kata
itu tidak mempunyai referen, maka kata tersebut merupakan kata bermakna nonreferensial. Kata “meja” dan “kursi” termasuk kata yang bermakna referensial
karena keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut “meja” dan “kursi”. Sebaliknya kata “karena” dan “tetapi” tidak
mempunyai referen, sehingga kedua kata tersebut termasuk ke dalam kelompok kata yang bermakna nonreferensial.
3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Chaer 2002:65 menyebutkan pengertian makna denotatif adalah pada dasarnya sama dengan makna leksikal dan referensial, sebab makna denotatif ini
lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, penasaran, atau pengalaman
lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, dan sering disebut dengan istilah ‘makna sebenarnya’. Sedangkan
menurut Kridalaksana 2008:149, makna denotatif adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa objek atau gagasan,
dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen. Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan [明示的意味 ‘meijiteki imi’] atau [外延 ‘gaien’].
Sedangkan makna konotatif menurut Chaer 2002:67 adalah makna
Universitas Sumatera Utara
tambahan yang sifatnya memberi nilai rasa, baik positif maupun negatif. Selanjutnya menurut Sutedi 2003:107, makna konotatif disebut [暗示的意味
‘anjiteki imi’] atau [内包 ‘naiyou’] , yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicaraan dan lawan bicaranya. Misalnya, pada kata [父
‘chichi’] dan [親父 ‘oyaji’] kedua-duanya memiliki makna denotatif yang sama, yaitu ayah, akan tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda. Kata ‘chichi’ terkesan
lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata ‘oyaji’ terkesan lebih dekat dan akrab. Contoh lainnya adalah kata [化粧屋 ‘keshou-shitsu’] dan [便所 ‘benjo’].
Kedua kata tersebut juga merujuk pada hal yang sama, yaitu kamar kecil, tetapi kesan dan nilai rasanya berbeda. ‘keshou-shitsu’ terkesan bersih, sedangkan
‘benjoi’ terkesan kotor dan bau.
4. Makna Umum dan Makna Khusus
Chaer 2002:71 mengemukakan bahwa kata dengan makna umum memiliki pengertian dan pemakaian yang lebih luas, sedangkan kata dengan
makna khusus mempunyai pegertian dan pemakaian yang lebih terbatas. Misalnya dengan deretan sinonim besar, agung, akbar, raya, dan kolosal. Kata besar adalah
kata yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih luas dibandingkan dengan kata yang lainnya. Kita dapat mengganti kata agung, akbar, raya, dan kolosal
dengan kata besar secara bebas. Frase ‘Tuhan yang maha Agung’ dapat diganti dengan ‘Tuhan yang maha Besar ’ ; frase ‘rapat akbar’ dapat diganti dengan
‘rapat besar’ ; frase ‘hari raya’ dapat diganti dengan ‘hari besar’ ; dan ‘film kolosal’ dapat diganti dengan ‘film besar’. Sebaliknya, frase ‘rumah besar’ tidak
dapat diganti dengan ‘rumah agung’, ‘rumah raya’, ataupun ‘rumah kolosal’.
Universitas Sumatera Utara
5. Makna Konseptual, Asosiatif dan Idiomatik