DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA

(1)

commit to user

DESAIN INTERIOR

MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA

DI SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh: HARUN ARROSYID

C 0806013

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

DESAIN INTERIOR

MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji Di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh : HARUN ARROSYID

C 0806013

Pembimbing I Pembimbing II

Anung B Studyanto, SSn, MT Mulyadi,SSn,M.Ds NIP. 19710816 200501 1 001 NIP. 19730702 200212 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1001


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Selasa, Tanggal 18 Januari 2011

Penguji

1. Ketua : Drs. Ken Sunarko. M.Si

NIP. 19511128 198303 1 001 ( ... )

2. Sekretaris : Drs. IF. B. Sulistyono. Sk, MT.arch

NIP. 19621125 199303 1 001 ( ... )

3. Pembimbing I : Anung B Studyanto, SSn, MT

NIP. 19710816 200501 1 001 ( ... )

4. Pembimbing II : Mulyadi,SSn, M.Ds

NIP. 19730702 200212 1 001 ( ... )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Soedarno, M.A


(4)

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Harun Arrosyid

NIM : C0806013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir

berjudul “Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia ” adalah benar-benar

karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh.

Surakarta, 25 Januari 2011 Yang membuat pernyataan,

Harun Arrosyid NIM. C 0806013


(5)

commit to user

MOTTO

“ Jangan pernah menyerah. “

(Penulis)

“ Doa Orang tua adalah salah satu kunci kesuksesan. “


(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu yang senantiasa tulus

memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta perjuangannya untukku.

2. kakak-kakaku dan adiku yang selalu

memotifasi supaya selalu semangat dalam mengerjakan TA ini.

3. Dosen pembimbing maupun dosen pengajar di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih untuk semua bimbingan dan nasehat yang telah diberikan kepada penulis.

4. Sahabat-sahabatku Interior 2006 yang selalu mengiringi langkahku dan menceriakan hariku selama 4.5 tahun ini.


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas

Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior ”Museum sepak bola

Indonesia”

Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Anung B Studyanto, SSn, MT selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas

Akhir.

4. Mulyadi,SSn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir. 5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir.

6. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikannya Tugas akhir ini.

7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa, motifasi dan segalanya kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar.


(8)

commit to user

8. Kakak-kakaku dan adiku yang selalu memberi doa dan dorongan kepada penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Sahabatku Interior 2006 (Erlin dan Fahmi yang dari awal bersama-sama dalam

melaksanakan konsultasi dan awal-awal perjuangan saat mengerjakan tugas akhir), (Didik,Arkhi, yang telah banyak membantu penulis ketika persiapan pendadaran sampai selesai...terimakasih untuk semuanya teman berkat kalian pendadaran ku bisa berjalan lancar...!!!), (Ginar, Hafid, Putri, Inung, Hesti, Adek, Maya, Kartika, Rosi, Mbak Nita, Anik, Nanik, Nur ,Putu, Ari dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) terimakasih untuk semua kerjasama kita selama 4 tahun ini,kalian semua telah menerima penulis sebagai sahabat dan juga terimakasih untuk segala bantuannya selama ini. Terimakasih semuanya...Bravo Interior 2006....

10.Mas Brew’02, Mas Cimi’03, Mas ragil 03, Mas Thom’04, Agus’08 dan semua

teman-teman yang telah membantu penulis dalam menempuh tugas akhir sampai selesai. Terimakasih untuk semua bantuannya.

11.Mas Candra yang selalu siap setiap waktu buat ngeplot. Terimakasih buat semua bantuanya .

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini.

Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga

Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin.

Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.


(9)

commit to user

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surakarta, Januari 2011 Penulis,

Harun Arrosyid C 0806013


(10)

commit to user

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA

DI SURAKARTA

Harun Arrosyid1,

Anung B Studyanto, Ssn.MT2 Mulyadi, Ssn, M.Ds3

ABSTRAK

Harun Arrosyid. C0806013 2011. Perencanaan dan Perancangan Interior Museum

Sepak Bola Indonesia Di Surakarta . Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

”Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di

Surakarta merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu cara merencanakan ruangan yang dapat dijadikan wadah memamerkan,merawat dan menyimpan yang bersifat mendidik dan menghibur. Lokasi perencanaan ini berada di eks Karisidenan kota Surakarta yang tepatnya berada di kawasan Sriwedari.

”Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di

Surakarta ini dibatasi pada elemen interior terutama pada segi penataan ruang dan memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan modern dan sesuai dengan tema. Dimana dari semua pertimbangan tersebut di fungsikan sebagai pengembangan dari ide dasar yang di tuangkan ke desain yang ingin di ciptakan pada

”Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini.

Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana merancang interior Museum Sepak Bola Indonesia yang dapat merancang tema yang sesuai dengan gaya Modern selain itu merancang interior museum sebagai tempat pendidikan, dan hiburan.

Tujuan dari karya ini adalah merencanakan museum sepak bola yang berada di Kota Solo yang ditujukan bagi masyarakat penggemar sepak bola yang belum memiliki tempat kusus untuk menampung,memamerkan koleksi persepak bolaan indonesia , oleh karena itu dengan adanya perancangan ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan tersebut.

Sasaran desain sebagai wadah berkumpul bagi para penggemar sepak bola di indonesi dan menambah ilmu mengenai maupun sejarah dari sepak bola terutama yang masuk ke Indonesia bagi para pengunjung yang datang.

Perancangan interior Museum Sepak Bola Indonesia ini bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sepak bola Indonesia.

1

Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0806013 2

Dosen Pembimbing 1 3


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...

HALAMAN PERSETUJUAN ………...

HALAMAN PENGESAHAN ………...

PERNYATAAN ………...

MOTTO ... PERSEMBAHAN………...

KATA PENGANTAR ………... ABSTRAK ………... DAFTAR ISI ………...

DAFTAR GAMBAR ………...

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR SKEMA ………...

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ………...

B. BATASAN MASALAH...

C. RUMUSAN MASALAH …….……….………...

D. TUJUAN ……….………...

E. SASARAN ………...

F. MANFAAT ………...………...

G. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN... H. METODE DESAIN... I. SISTEMATIKA PENULISAN...

i ii iii iv v vi vii ix x xv xvii xviii 1 2 2 3 3 4 5 6 8


(12)

commit to user

BAB II KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Judul... ………...

B. Tinjauan Umum Museum ………….………...…...

1. Pengertian Museum... 2. Sejarah Perkembangan Museum...

a. Asal mula museum... b. Perkembangan Museum di Indonesia... 3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum...

a. Tugas Museum...

b. Fungsi Museum... 4. Jenis Museum...

a. Menurut koleksinya... b. Menurut tingkatan... c. Menurut Kedudukan Museum... d. Menurut Penyelenggaraannya... 5. Persyaratan Museum... C. TINJAUAN KHUSUS

1. Tinjauan Loby... a. Pengertian lobby... b. Fungsi lobby... c. Fasilitas lobby... 2. Tinjauan Ruang Pamer... a. Pengertian Ruang pamer... b. Tipe ruang pamer... c. Fasilitas Pendukung...

d. Tata ruang ... 3. Tinjauan Sirkulasi... a. Pengertian Sirkulasi... b. Sirkulasi umum...

10 12 12 12 12 14 15 15 15 16 16 16 17 17 18 23 23 24 24 25 25 25 26 27 28 28 29


(13)

commit to user

c.Penerapan sirkulasi... d. Arus sirkulasi... e. Sirkulasi koleksi...

f. Sirkulasi khusus... g. Hubungan sirkulasi dengan ruang pamer... h. Orientasi... i. Pemilihan rute... j. Alur lintasan... k. Kejenuhan terhadap objek... l. Luas pergerakan manusia dalam ruang pamer ... m. Penarikan perhatian... 4. Tinjauan organisasi ruang... D. Komponen pembentuk ruang

1. Lantai... 2. Dinding... 3. Ceiling... E. Interior Sistem

1. Sistem Pencahayaan... 2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan... 3. Sistem Penghawaan... 4. Sistem Akustika... 5. Sistem Keamanan... 6. Sistem display... 7.Furniture... 8.Pertimbangan desain... 9.Tinjauan tentang sepak bola... 10.Tinjauan tentang Solo...

29 31 32 33 34 36 39 41 42 43 44 45 47 48 49 50 53 59 61 63 68 74 76 80 91


(14)

commit to user

BAB III. STUDY LAPANGAN

A. Museum POLRI... B. Taman Pintar... C. FX Mall... D. Museum sepak bola... BAB IV. PEMBAHASAN

A. ANALISA EXISTING

1. Asumsi Lingkungan... 2. Asumsi lokasi... 3. Analisa interior...

B. PROGRAMING

1. Status Kelembagaan... 2. Struktur Organisasi... 3. Sistem Operasional... 4. Program Kegiatan... a. Kegiatan Museum... b. Kegiatan Manusia... 5. Benda Koleksi... 6. Fasilitas Ruang... 7. Besaran Ruang... 8. Furniture... 9. Sistem organisasi ruang... 10.Program ruang... 11.Sistem sirkulasi... 12.Hubungan antar ruang... 13.Zoning dan Grouping...

98 99 101 104 106 106 107 108 108 109 109 109 109 112 112 113 114 117 119 121 122 122


(15)

commit to user

C. KONSEP DESAIN

1. Ide Dasar... 2. Tema Desain... 3. Aspek Suasana... 4. Aspek Penataan Ruang/Layout... 5. Pembentuk Ruang...

a. Lantai... b. Dinding... c. Ceiling... 6. Aspek bentuk dan warna... 7. Interior Sistem...

a. Pencahayaan... b. Akustik... c. Penghawaan... 8. Sistem Keamanan... 9. Aksesbilitas... BAB. IV PENUTUP

A. KESIMPULAN... B. SARAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

124 125 126 126 128 129 130 130 131 133 133 134 135 137 138

139 139 140


(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail... Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer... Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer... Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer... Gambar II.5. Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya

Alami untuk Penerangan dalam Vitrin... Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang... Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas

ruangan... Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang

berfungsi sebagai pembagi cahaya... Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan... Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang

vertikal... Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D... Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh

refleksi cahaya... Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical... Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal.... Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik... Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical... Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati

Materi Koleksi... Gambar II.18. Penyajian Display Film...

35 38 39 39 52 53 55 55 58 57 58 58 59 59 68 69 79 72


(17)

commit to user

Gambar II.19. Penyajian Display Komputer... Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu... Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin... Gambar II.22 Logo PSSI... Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno... Gambar II.23 Peta Kota Solo... Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo... Gambar III.1 Foto bagian depan... Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai... Gambzr III.3 Foto Interior Museum... Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif... Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan... Gambar III.6 Foto flooring FX mall... Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall... Gambar III.8 Foto ceiling FX mall... Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior... Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior... Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1...

72 72 74 89 89 92 93 98 98 99 100 101 101 102 103 104 105 124


(18)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer... Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi... Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer... Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung... Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute... Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute... Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer... Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung... Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer... Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang... Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi

ruang pamer... Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang... Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta... Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta... Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta... Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta... Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta... Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta.. Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta... Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta... Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang...

28 33 34 38 38 40 41 43 44 45 46 53 112 114 115 116 116 117 118 118 119


(19)

commit to user

Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung... Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta... Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)... Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)... Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)... Tabel IV.16 analisa bentuk... Tabel IV.17 analisa sifat warna... Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta... Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan... Tabel IV.20 Sistem keamanan...

121

128 129 130 131 131 132 137 137 138


(20)

commit to user

DAFTAR SKEMA

Skema I.1 Pola Pikir Desain... Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta... Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah... Skema II.3 Struktur organisasi museum secara umum... Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum... Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum... Skema IV.1 Struktur Organisasi... Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta... Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum

Sepak bola indonesia di Surakarta... Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Sepak

bola indonesia di Surakarta... Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta... Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola Indonesia

di Surakarta... Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola

Indonesia di Surakarta... Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus... Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang...

5 21 22 22 31 32 107

108

109

109

109

110

110 110 122


(21)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sepak bola merupakan cabang olah raga yang paling populer di dunia saat ini. Sepak bola berasal dari daratan cina, dalam sebuah dokumen militer disebutkan, sejak tahun 206 SM, pada masa pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan sepak bola yang disebut Tsu Chu. Tsu mempunyai arti menerjang bola dengan kaki. Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya. Merekapun bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang. Seiring perkembanganya sepak bola terus berkembang hingga dikenal dengan sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya.

Sepak bola masuk ke Indonesia dibawa oleh para penjajah dan pedagang yang berasal dari Cina. Seiring perkembangan zaman sepak bola di Indonesia sepak bola belum seperti di Eropa atau benua lainnya. Untuk di Indonesia, tim nasional Indonesia juga pernah merasakan puncak kejayaan di tahun 1938 dengan mengikuti putaran final piala dunia, tetapi di hanya sampai babak 1. Tahun 1950 Indonesia ikut olimpiade di Melbourne Australia. Setelah itu di era 90-an Indonesia mengalami kemunduran karena tidak ada regenerasi dalam tim nasional PSSI.

Solo merupakan salah satu kota yang bersejarah dalam perkembangan Olah raga di Indonesia antara lain: Merupakan salah satu kota pendeklarasian PSSI tahun 1930.Pernah menjadi tempat Konggres olahraga pada Januari 1946 dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga Republik Indonesia (OORI).Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV atau pekan Olah Raga Cacat pada tahun 1986.


(22)

commit to user

Dari penjabaran diatas maka perlu dibangun sebuah tempat yang dapat memberikan penghargaan kepada insan sepak bola dan dapat memberikan pendidikan, pengetahuan dan hiburan tentang sepak bola yaitu Museum sepak bola Indonesia.

B. BATASAN MASALAH

Dari penjabaran yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan perancangan interior museum sepak bola yang meliputi berbagai fasilitas. Untuk dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung yang sudah tentu mengutamakan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang, maka perancangan interior museum sepak bola dibatasi pada :

1. Membatasi pada perancangan interior ruang yang ruang pamer, lobby,

dan sarana pendukung lainnya.

2. Perancangan interior yang diterapkan pada ruang-ruang utama yang berhubungan langsung dengan publik sebagai pengunjung.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior museum sepak bola

sebagai sarana edukasi dan entertaimen yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut ?

2. Bagaimana mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat

memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola ?

3. Bagaimana merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas museum sepak bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung secara maksimal ?


(23)

commit to user D. TUJUAN

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka Museum Sebak Bola ini mempunyai tujuan :

1. Merencanakan dan merancang interior museum sepak bola sebagai sarana promosi, informasi, hiburan, pendidikan, dan kebudayaan yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut.

2. mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat

memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola.

3. Merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas Museum Sepak Bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung secara maksimal.

E. SASARAN

1. Sasaran pengunjung:

Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara) Pelajar dan Mahasiswa

Penggemar sepak bola. 2. Sasaran perancangan desain:

Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan fungsional sesuai dengan aktifitas di dalam museum sepak bola.

Memperhatikan dengan menyelesaikan kebutuhan fisik bangunan, dengan memperhatikan keamanan, pengamanan dan kenyamanan. Memperhatikan Museum Sepak Bola dan menyelesaikan kebutuhan

estetis, menyangkut tema sebagai ungkapan citra dan karakter yang tercipta dari bentuk perencanaan dan perancangan interior museum sepak bola.

Sarana penelitian bagi para penggemar sepak bola atau masyarakat yang berminat tentang sepak bola.

Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk mengetahui dan belajar memahami sepak bola dan sejarah sepak bola Indonesia.


(24)

commit to user

Sarana rekreatif bagi masyarakat untuk dapat melihat koleksi sepak bola Indonesia secara langsung dari dekat dengan terpenuhinya faktor keamanan dan kenyamanan.

F. MANFAAT

1. Bagi Penulis/ Desainer

a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam

“Museum Sepak Bola di Solo ”.

b. Mendapatkan pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah

yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior

“Museum Sepak Bola di Solo” dengan menerapkan ide, gagasan serta analisa yang ada.

2. Bagi pesebak bola/ penggemar sepak bola

a. Dapat memberikan inspirasi untuk lebih berprestasi lagi seperti para pemain sepak bola jaman dulu.

b. Mengetahui sejarah perkembangan tim nasional Indonesia.

3. Bagi Dunia Akademik

a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Museum Sepak

Bola di Solo”.

b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam

dunia akademik. 4. Bagi Masyarakat

a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Museum

Sepak Bola di Solo”.

b. Menjadi sebuah sarana hiburan yang mampu dijadikan tempat rekreasi, menjalin hubungan sesama komunitas, berbagi informasi dan pengalaman dikalangan penggemar sepak bola dan fans club


(25)

commit to user G. Skema Pola Pikir.

Skema I.1 Pola Pikir Desain

DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA

Studi Literatur Studi Lapangan

Analisis

Konsep Desain

Norma Desain: 1. Fungsi 2. Bahan 3. Teknik 4. Estetik

Alternatif Desain

Skesta Desain


(26)

commit to user H. Metode Desain

1. Permasalahan

Desain Interior Museum Sepak Bola ini berdasarkan analisa permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan sehingga membutuhkan bahan pembanding/ referensi dalam rancangan Museum Sepak Bola di Surakarta.

Perancangan ini membutuhkan pembanding dengan studi lapangan, studi literatur, dan browsing internet sehingga permasalahan dalam perancangan semakin jelas terlihat. Permasalahan dalam perancangan Museum Sepak Bola ini adalah penyediaan ruang-ruang terapi yang kondusif bagi pengunjung museum. Berdasar dari analisa permasalahan yang ada dikembangkan menjadi konsep desain yang didukung oleh aspek-aspeknya.

2. Bentuk Perancangan

Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta

menggunakan pendekatan modern, hal ini dianalogkan dari perkembangan pesat sepak bola terjadi pada jaman modern. Pendekatan modern dirasa diperlukan karena bagi pengunjung dan pengelola Museum Sepak Bola hal yang simple, menarik, dan edukatif akan mempermudah pengunjung dapat menikmati dan mengelola sarana dan prasarana museum. Tetapi ruangan yang mereka gunakan harus memperhatikan kebutuhan mereka. Dari studi lapangan dan literatur dihasilkan analisa desain yang sesuai dengan ide gagasan yaitu menciptakan ruang-ruang museum yang nyaman, aman, menarik, dan edukatif tetapi tetap modern. Organisasi ruang menyesuaikan perancangan, pencapaian antar ruang mudah dengan tidak mengenyampingkan interior system yang aman dan nyaman.

3. Lokasi Penelitian

a. Museum POLRI di Jakarta

b. Taman Pintar di Yogyakarta


(27)

commit to user

d. Museum Sepak Bola di Inggris

4. Bentuk Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam penelitian yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif (uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada

hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan

suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang

sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).

5. Sumber Data

Sumber-sumber data yang digunakan adalah: 1) Data Primer

Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung.

2) Data Sekunder

Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet. 6. Tehnik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data diperoleh melalui tehnik :

1) Wawancara

Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya tidak terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan

struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin

memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup

mendalam” ( H.B.Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).

2) Observasi

Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif. Observasi ini dilakukan secara formal


(28)

commit to user

dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, kamera serta alat pendukung lainnya.

3) Kontek Analisa ( Analisa Dokumen )

Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi penelitian.

7. Metode pembahasan

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu :

1) Data reduction

Yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. 2) Data display

Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

3) Concluting Drawing

Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi-proporsi (Sutopo HB, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, skema pola pikir dan metode desain, dan sistematika penulisan.


(29)

commit to user BAB II KAJIAN LITERATUR

Mengemukakan hasil proses pengumpulan data dan studi literatur. Teori-teori ini kemudian digunakan sebagai dasar dan pedoman perancangan. yang meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan.

BAB III STUDI LAPANGAN

Data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan proyek interior yang akan dikerjakan sehingga menjadi pembanding dan acuan untuk merancang konsep desain. Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta

BAB IV ANALISA DESAIN

Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan Interior Museum Sepak Bola di Surakarta. B. Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(30)

commit to user

10

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. Pengertian Judul

Pengertian judul perancangan dan perencanaan Museum Sepak Bola di Surakarta adalah sebagai berikut :

Desain : Proses, pembuatan, cara, merencanakan atau merancangkan

(KamusBesar Bahasa Indonesia, 1995, hal : 741)

Interior : Ruang dalam suatu bangunan (Ensiklopedia, 1989 :195)

Museum : 1) Museum awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal

dari kata museion yang berarti sebuah gedung tempat pemujaan para muse, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi pelambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan pengetahuan ilmu dan kesenian. (Moh.Amir Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum , 1983) 2) Adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk

kepentingan umum, dengan tujuan untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya, khususnya memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan dan pendidikan, kumpulan-kumpulan objek dan barang-barang yang berharga bagi kebudayaan, koleksi barang-barang kesenian, sejarah, ilmiah dan teknologi, kebun raya, kebun binatang, akuarium, perpustakaan umum lembaga-lembaga arsip untuk umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap akan dianggap museum pula (Moh Amir Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum ,1983).

Sepak bola : 1) Merupakan salah satu cabang sepak bola yang di mainkan 2 tim setiap tim terdiri dari 11 pemain dan

dipimpin 1 wasit dan 2 hakim garis


(31)

commit to user

2) Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya umur. (www.kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-bola)

Solo : 1) Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah nama sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Kota ini dulu juga tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta di masa awal kemerdekaan. Posisi ini sekarang dihapuskan dan menjadi "daerah

pembantu gubernur". Kota Surakarta memiliki

semboyan BERSERI yang merupakan akronim dari Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah.

2) Solo juga memiliki slogan pariwisata Solo the Spirit of

Java yang diharapkan bisa membangun pandangan

kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.

(http://www.wikipedia.com)

Jadi pengertian Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk kepentingan umum, dengan tujuan untuk memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan dan pendidikan tentang sepak bola, yang mana koleksi dari museum ini adalah koleksi dari pemerintah dan dari para mantan pemain atau para kolektor sepak bola yang ingin disampaikan oleh museum agar masyarakat sepak bola lebih mudah dipahami oleh masyarakat (pengunjung museum).


(32)

commit to user B. Tinjauan Umum Museum

1. Pengertian Museum

Pengertian museum yang dikenal sekarang ini, awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal dari kata “museion” sebuah gedung tempat

pemujaan para “muse”, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi

perlambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan ilmu pengetahuan dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1987:7).

Arti kata museum yang dapat dianggap resmi secara internasional adalah pengertian yang ditemukan oleh International Council of

Museum (ICOM), yaitu badan dalam lingkungan UNESCO, seperti

yang dibacakan dalam Statutes of ICOM, setelah sidang umumnya ke-11, di Kopenhagen pada tahun 1974, yang mengungkapkan :

“Museum” adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap, tidak

mencari keuntungan dalam pelayanannya kepada masyarakat tetapi untuk kemajuan masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk umum. (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 23)

2. Sejarah dan Perkembangan Museum

a. Asal Mula Museum

Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda adalah merupakan hal yang lama (Collecting Instinct). Hal ini dapat dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa bahwa naluri ini sudah ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000 tahun yang lalu, dan bukti-bukti berupa koleksi kepingan-kepingan oker (jenis batuan berwarna) yang didapatkan didalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia Neanderthal ini.

Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (Curiosities)

dalam bidang permuseuman merupakan “Curio Cabinet” atau

bentuk tata pamer yang tertua. Naluri pengumpulan benda aneh ini terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pamer tersendiri


(33)

commit to user

Museum-museum pada permulaannya memang merupakan koleksi pribadi para bangsawan, para pangeran (Princces) serta pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian orang-orang tersebut.

Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada orang-orang lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat dekat atau para relasi yang dipercaya untuk menunjukan kelebihannya, sehingga benda-benda tersebut merupakan “ajang prestise” dari pemiliknya.

Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curion cabinet yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda-benda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing yang telah dilakukannya sendiri atau mereka yang memiliki kemampuan untuk mengirimi utusan-utusan guna untuk melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda tersebut.

Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam

sebuah “trophy room” (ruang khasanah) dan memamerkanya pada

lemari-lemari khusus. Pameran seperti ini terus “membeku”, tidak berkembang merupakan pameran isi gudang istilah masa kini membeku dalam bentuk animasi peragaan sampai pada ahir tahun 1700. Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai memikirkan bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat umum, sehingga benar-benar dapat dinikmati serta ada manfaatnya.

Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang etalase toko, di mulai pada abad ke-20 dan telah dicari bentuk peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan bentuk dunia pendidikan. Sejak itulah museum menjadi salah satu lambang kedaulatan rakyat di bidang kebudayaan, seni dan ilmu


(34)

commit to user

pengetahuan tidak lagi menjadi monopoli kaum bangsawan dan cendikiawan saja, melaikan sudah menjadi milik umum. Dalam perkembangan selanjutnya, museum juga munuju pada fungsi rekreasi yang lebih menonjol dari pada fungsi edukatif.

(Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral

Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta,

1993/1994 : 1)

b. Perkembangan Museum di Indonesia

Sejarah permuseuman di Indonesia dimulai ketika

pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan Bataviaasch

Genoochop Van Kunstenan Wetenschappen (sekarang dikenal

dengan Museum Nasional), di Batavia pada tanggal 24 April 1778. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan di bidang bahasa dan ilmu bumi. Selanjutnya berkembang dan banyak didirikan museum-museum lain, seperti:

1) Hartus Botanicus Bogorience pada tahun 1817, yang sekarang

dikenal dengan Nama Kebun Raya Bogor.

2) Herbarium Bogorience pada tahun 1884.

3) Setedelijk Historisch Museum (Museum Empu Tantular) pada

tahun 1922 di Surabaya.

4) Museum Bali di Denpasar pada tahun 1932.

5) Museum Sonoboedoyo di Yogyakarta pada tahun 1935.

Setelah Indonesia merdeka para ilmuwan dan usahawan Belanda pulang kenegerinya, hal ini menyebabkan kondisi permuseuman di Indonesia mengalami kemunduran, sampai dengan akhirnya Indonesia masuk dewan museum International (ICOM), yang pada akhirnya mulai diadakan pembinaan museum.


(35)

commit to user 3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum

a. Tugas Museum

Museum mempunyai tugas yaitu:

1) Menghindari bangsa dari kemiskinan kebudayaan.

2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.

3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara

massal.

4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.

5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara

kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke museum.

6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan

ilmiah. b. Fungsi Museum

Museum mempunyai tujuan, yaitu:

1) Tujuan Fungsional

Memberi pengertian pada bangsa Indonesia melalui generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan Indonesia sangat agung juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai. 2) Tujuan Institusional

Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh ialah:

a) Kepentingan objek

Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang disebabkan antara lain oleh iklim, alam, biologia dan manusia.


(36)

commit to user

b) Kepentingan umum

Mengumpulkan penemuan-penemuan benda,

memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat:

(1) Menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan

tanggung jawab.

(2) Di pelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.

(Moh Amir Sutaarga, 1989: 26)

4. Jenis Museum

Jenis museum ada bermacam-macam dan dapat ditinjau dari berbagai sudut, baik itu menurut koleksinya, menurut kedudukannya maupun menurut status penyelenggaraannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta membagi jenis-jenis museum berdasarkan:

a. Menurut koleksinya jenis museum dapat dibagi dalam beberapa bagian, tetapi secara garis besar dibagi dalam :

1) Museum Umum, adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.

2) Museum Khusus, adalah museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan bukti dari material manusia atau kumpulannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

b. Menurut tingkatnya, museum khusus dapat digolongkan atas:

1) Museum Khusus Tingkat Nasional

2) Museum Khusus Tingkat Regional

3) Museum Khusus Tingkat Lokal

4) Museum Situs

Adapun museum khusus ini dapat di klasifikasikan lagi menjadi 6 museum khusus:


(37)

commit to user

1) Museum Ilmu-ilmu Hayat (Natural Hitory).

2) Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and

Tecnology).

3) Museum Ilmu Purbakala (Archeology).

4) Museum Ilmu Antropologi dan Etnografi (Antropological). 5) Museum Sejarah Seni Rupa (Art History).

6) Museum Sejarah (Historical).

c. Menurut Kedudukan Museum dapat dibagi dalam

1) Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

2) Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah Provinsi dimana museum itu berada.

3) Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum itu berada.

d. Menurut Penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi :

1) Museum Pemerintah, museum yang diselenggarakan dan

dikelola oleh pemerintah. Museum ini juga dapat dibagi lagi dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan oleh Pemerintah Daerah.

2) Museum Swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan


(38)

commit to user 5. Persyaratan Sebuah Museum

Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah, sbb:

a. Persyaratan Lokasi Museum

1) Lokasi harus Strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum. 2) Lokasi harus sehat, yang dimaksud sehat yaitu berada di daerah

industri, tidak berada di daerah berawa atau berpasir dan elemen-elemen yang mempengaruhi lokasi, seperti kelembaban udara antara 55 – 65 %

b. Persyaratan pembagian ruang

Persyaratan ruang secara fungsional untuk museum minimal terdiri atas:

1) Bangunan Pokok, meliputi:

a) Pameran Tetap

b) Pameran Temporer

c) Auditorium

d) Kantor Administrasi dan Perpustakaan

e) Laboratorium konservasi

f) Storage

2) Bagian Penunjang, meliputi :

a) Keamanan / pos jaga

b) Ghif Shofdan Kafetaria

c) Ticket box dan penitipan barang d) Lobby/ ruang istirahat

e) Toilet

f) Tempat parkir, pertamanan, pagar

c. Persyaratan koleksi museum

Untuk meninjau pengertian koleksi dan objek museum tersebut oleh Amir Sutaarga dalam bukunya Museografi dan museologi memberi pengertian sebagai berikut: “Koleksi museum adalah sebagai objek museum ayng disimpulkan menurut sistematika dam metode-metode ilmiah atau cabang-cabang ilmu


(39)

commit to user

pengetahuan yang mempunyai kepentingan atas obyek yang terhimpun dalam koleksi tertentu”.

Adapun istilah teknis yang dipergunakan oleh kalangan ahli museologi bagi koleksi museum adalah:

1) Natural materials, untuk segala benda yang masih murni, yang masih merupakan bagian dari lingkungan hidup.

2) Cultural material, atau benda-benda budaya, seperti archeologi,

ethnographica, numismatika, heraldika, intinya segala macam buatan manusia, yang kadang-kadang disebut juga tangibel

kultural properties, kekayaan dalam artian abstrak, yang sering

diungkapkan dalam definisi tentang kebudayaan sebagai suatu sistem nilai, sistem gagasan, sistem ungkapan hidup, yang diajarkan dari generasi kegenerasi berikutnya (Moh Amir

Sutaarga, 1989: 35).

Adapun persyaratan koleksi museum, adalah:

1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetis).

2) Dapat diintensifikasikan mengenai wujudnya (morfologo),

tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara histories dan geografis, genusnya (dalam orde biologi) atau priodenya dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah dan teknologi.

3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya ( realita dan eksistensi) bagi penelitian ilmiah.

4) Dapat dijadikan suatu momen atau bakal jadi momen dalam sejarah alam dan budaya.

5) Benda asli (realita), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan museum.

Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:

1) Etnogarafika, yaitu kumpulan banda-benda hasil budaya suku-suku bangsa.


(40)

commit to user

2) Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda sejarah.

3) Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkheologi.

4) Numismatika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda alat

tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.

5) Naskah-naskah kuno.

6) Keramik asing.

7) Buku atau majalah antikuariat. 8) Karya seni atau seni kriya

9) Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap reproduksi yang dijadikan dokumentasi.

10)Diorama, yaitu gambar yang berbentuk tiga dimensi.

11)Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan maupun mineral.

12)Benda-benda wawasan nusantara, benda asli (realita) atau reflica yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah nusantara.

13)Reflika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya

14)Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun

diperkecil.

15)Koleksi hasil abstraksi.

Sedangkan Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi museum sbb:

1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi)

2) Social prestige collection (koleksi kepercayaan magis)

3) Magic collection (koleksi kepercayaan magis)

4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai

sebuah pernyataan kesetiaan kelompok)

5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi


(41)

commit to user

6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni

yang memencing pengalaman emosional) (Moh Amir sutaarga,

1989: 77)

Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan:

1) Penemuan / penggalian.

2) Pembelian.

3) Hadiah / hibah.

4) Titipan dari perorangan atau badan hokum. d. Persyaratan organisasi

Agar fungsi museum dapat dioptimalkan dengan semaksimal mungkin untuk masyarakat, maka diperlukan adanya struktur organisasi museum, khusus di Indonesia di atur oleh Keputusan Presiden RI no. 45 tahun 1974 dan Keputusan Mentri P dan K no. 079/0/1975. Dari dua keputusan tersebut, kemudian lahirlah Direktorat Museum, yang terdiri atas dua unsur yaitu: unsur pembina adalah Direktorat Museum dan unsur objek pembinaan adalah museum-museum. Struktur Organisasi Museum ditetapkan berdasarkan keputusan menteri P dan K.

Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1987: 37)

BADAN PENDIRI

MUSEUM BADAN PENGURUS

BADAN PENGAWAS BADAN


(42)

commit to user

Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989: 40)

Skema II.3 :Struktur organisasi museum secara umum Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989 : 43)

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

1) Pembidangan tata usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi ketertiban / keamanan, kepegawaian dan keuangan.

2) Pembidangan pengelolaan koleksi yang meliputi kegiatan yang

berhubungan dengan identifikasi, klsifikasi, kalatogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi.

BADAN PEMERINTAH

BADAN PEMERINTAH TEKNIS PERMUSEUMAN

M,USEUM M,USEUM M,USEUM M,USEUM

KEPALA MUSEUM

TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN KEPALA MUSEUM

KURATOR KOLEKSI

KONSERVATOR PERPUSTAKAAN

PREPARATOR STUDIO

EDUKATOR PEMBIMBING


(43)

commit to user

3) Pembinaan pengelolaan koleksi yang meliputi konservasi

preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium koleksi

4) Pembidangan preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi.

5) Pembidangan bimbingan dan publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.

6) Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi kegiatan

penanganan kepustakaan/referensi.

Setiap pembidangan tersebut diatas dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada kepala museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat kedudukan dan status museum.

C. Tinjauan Khusus Museum. 1. Tinjauan Lobby

a. Pengertian Lobby

Hall atau lobby merupakan ruang kontrol dalam

pengorganisasian ruang pada sebuah fasilitas umum, sehingga dalam perancangan harus cukup lapang, menarik, baik dari segi sistem interior maupun komponen pembentuk ruangnya. Penataan dan perlakuan pada dinding hall ini dibuat sedemikian rupa sehingga bila dipergunakan tidak terlihat kosong. Pencahayaannya merupakan perpaduan antara sinar matahari yang diperoleh dari media kaca dan ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaan yang

mengikuti tata pencahayaan pada ruang pamer


(44)

commit to user b. Fungsi Lobby

1) Sebagai Fungsi Ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan

fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus pergi ke tempat lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya.

2) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta karyawan.

3) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata. c. Fasilitas Lobby

1) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi, ruang pengecekan berada di kanan pintu masuk, dekat pintu tetapi tidak menutupi lalu lintas. Meja informasi ada di kiri masuk, karakter meja ini tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya dapat digantikan dengan papan bulletin atau kalender peristiwa. 2) Tersedianya fasilitas telepon.

3) Tersedianya counter penjualan (bisa dilakukan di meja

informasi) jika menjual kartu pos dapat disediakan meja untuk menulis.

4) Tersedianya pula tempat display buku dan barang – barang cetakan.

5) Tersedianya fasilitas pameran pendahuluan (menampung apa yang menarik dari museum), mungkin dalam minggu ini, susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan dan sirkulasi pengunjung. (Fred Lawson, 2000 : 114).


(45)

commit to user 2. Tinjauan Ruang Pamer

a) Pengertian Ruang Pamer

1) Ruang Pamer (Show Room) Room Used For The Display Of

Good Merchandise, artinya adalah ruangan yang dipergunakan

untuk kepentingan pemajangan benda koleksi atau barang dagangan. (Ernest Neufrest, 1980 : 359).

2) Ruang Pamer merupakan tempat untuk mewujudkan

komunikasi antara benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer

dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang kekayaan dari koleksi. (Hadisutjipto,1998: 34).

b) Tipe Ruang Pamer

Ruang pamer dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :

1) Ruang Pamer Sementara

Untuk memamerkan materi pameran seperti lukisan, patung dan materi koleksi yang dapat dipindahkan atau diganti-ganti di lantai pameran utama, di lantai bawah dekat Lobby.

2) Ruang Pamer Permanen, dibagi dua :

(a) Ruang Pameran Umum (obyek dasar, ruangan

pengklasifikasian berdasarkan urutan pembuatan,

informasi tentang kain, pameran kerja). (b) Pameran Penelitian (obyek kecil).

Skala dan proporsi ruang pamer berubah seiring dengan waktu. Ruangan dengan ukuran sedang paling lazim untuk bangunan-bangunan masa kini, sedangkan untuk bangunan dengan ruangan besar banyak ditunjukkan pada bangunan kuno.

Tipe-tipe ruang pamer berdasar ukuran, yaitu :

1) Kamar Sederhana berukuran sedang merupakan bentuk yang paling lazim.

2) Aula dengan balkon, merupakan bentuk ruangan yang sudah lazim dan salah satu yang tertua.


(46)

commit to user

3) Aula Pengadilan (Ciere Story Hall) merupakan ruang yang paling umum dalam museum seni.

4) Galeri lukis terbuka (Sky Lighting Picture Galeri), merupakan tipe ruangan yang paling umum.

5) Koridor pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang

sesungguhnya bukan ruangan, tetapi jalan. Dipergunakan untuk display supaya tidak tampak kosong.

6) Tipe ruangan yang bebas dibagi – bagi saat ada pameran, ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka untuk cahaya alami. (Setyawan, 2001 : 35)

c) Fasilitas Pendukung Ruang Pamer

1) Ruang Kerja Teknis Administrasi

Merupakan ruang yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pemrosesan bahan pustaka, administrasi, tata usaha, dsb. Ruang ini meliputi :

(a) Ruang Sekretaris (b) Ruang Staff

(c) Ruang Kepala dan Wakil Bagian

(d) Ruang Administrasi (e) Ruang Arsip

(f) Ruang Gudang

2) Ruang Khusus

(a) Ruang Seminar

(b) Cafetaria

(c) Ruang Audio Visual (d) Ruang Konsultasi

3) Ruang Penunjang Teknis dan Operasional

(a) Lobby (b) Lavatory (c) Ruang Pantry (d) Mushola


(47)

commit to user

(e) Storage

(f) Refreshment Room

(g) Ruang control listrik.(Mastini Harjoprakoso, 1991 : 5)

d) Tata Ruang

1) Area Pameran

(a) Pengertian Pameran

Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang

bertujuan untuk menstimulir/meningkatkan omzet

penjualan dengan cara memperlihatkan (display),

memperagakan (demo workshop) materi produk secara langsung kepada masyarakat atau konsumen. (William J Stanton, 1989).

(b) Lay Out

Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas. (1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama.

(2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap aktivitas.

(3) Kapasitas ruang, formasi antrian.

(4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan.

(5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan.

(6) Keamanan dan perlindungan.

Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif lay-out pada ruang pamer adalah sebagai berikut :


(48)

commit to user

Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada pameran berskala besar.

Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana bagian tengah menjadi inti pameran dan dikelilingi oleh display dengan alur tematik.

Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan rangkaian area display dalam rute tertentu.

Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik namun sirkulasinya bebas.

Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan tipe display dan bangunan yang digunakan.

Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)

3. Tinjauan Tentang Sirkulasi a) Pengertian Sirkulasi

Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau

tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan

kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 4).


(49)

commit to user

b) Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang pamer) Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer, polanya berdasarkan lay out bangunan, namun ada kemungkinan tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Arah sirkulasi yang umum, pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah pergerakan ke kiri, sering menimbulkan kebingungan.

Penggunaan tangga sebagai penghubung antar lantai, serta untuk memperlambat pergerakan pengunjung. Yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak

menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan bagi penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula kemudahan untuk memindahkan barang-barang.

Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari vestibule ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer. Untuk penanggulangan kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat.

Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup. Elevator juga merupakan alternatif pilihan, pada umumnya memiliki dua elevator. Sebagai alternatif pengganti tangga dan elevator, dapat dipergunakan jalur landai (ramp) dan eskalator yang banyak dipergunakan pada bangunan modern.

c) Penerepan Sistem Sirkulasi pada Bangunan 1) Sirkulasi Eksternal Bangunan

(a) Sistem Pencapaian Bangunan

Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang mendukung kondisi tersebut, pencapaian berputar juga


(50)

commit to user

sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut.

(b) Pengolahan Sistem Eksternal

Karena bangunan yang direncanakan merupakan bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site

tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan

service.

2) Sirkulasi Internal Bangunan (a) Sirkulasi Vertikal

Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi

bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga, eskalator dan lift.

(b) Sirkulasi Horizontal

(1) Sistem Memusat

Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat

entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai

diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada diagram berikut :

(2) Sistem Jalur Tunggal

Sistem dengan menggunakan koridor sebagai penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang pertemuan.


(51)

commit to user d) Arus Sirkulasi Pengunjung

Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)


(52)

commit to user e) Sirkulasi Koleksi

Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)

A B C D

Kolektor

Ruang Penerimaan barang Ruang

Ruang

Ruang Reproduksi Ruang Restorasi

Gudang/Storage

Ruang Pameran Tetap R.Pameran

Temporer

R.Ekspedisi Pameran/Keliling

Museum Lain Gedung Lain

E


(53)

commit to user

f) Sirkulasi Khusus Pengunjung (Sirkulasi Ruang Pamer)

Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :

Tipe Sirkulasi Gambar

Langsung (straight), alur lintasan pengunjung di arahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi lainnya.

Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung biasanya memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama.

Terbuka (Open), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen di dalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar-benar menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung.

Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarah pengunjung untuk mengintari pusat ruang tersebut, seperti courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain. Membentuk cabang (branch, lobby-foyer), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang kemudian menyebar menuju arah ruang pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi.

Membentuk cabang (branch, gallery-lobby), membentuk cabang (branch, linear).

Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi Sumber : (D. A Robbilard, 1982)


(54)

commit to user

g) Hubungan Sirkulasi dengan Ruang Pamer

Beberapa pola keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi, Menurut D. A. Robillard antara lain :

Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi

Gambar

Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutmya.

Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor to room) . Memungkinkan pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki suatu ruang pamer maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.

Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer (nave to room), di sini pengunjung dapat melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer, sehingga memudahkan pengunjung untuk memilih memasuki ruang pamer yang disukai.

Sirkulasi terbuka (open), sirkulasi pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dapat dipajang dapat terlihat secara langsung oleh pengunjung dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati.

Sirkulasi Linier, dalam suatu ruang pamer terdapat sirkulasi utama yang membentuk linier dan menembus ruang pamer tersebut.

Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982 : 47)

Pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik bergerak mengunjungi ruang pamer, antara lain :

1). Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh penglaman yang berbeda


(55)

commit to user

2). Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama, sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama yang dirasakaan cepat.

3). Peta-peta dan tanda-tanda pada jalan masuk ruang pamer.

4). Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan menciptakan

kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar.

5). Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom-kolom

bangunan.

6). Laurence Vail Colemen membahas tentang tingkah laku

pengunjung dalam mengamati pameran. Ada yang mengamati benda yang sepintas saja, tetapi ada yang mengamati secara cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan satu sistem yang sesuai dengaan tuntutan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mendalami melihat pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hanya melihat secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruangan yang lebih luas dan lebih banyak peralatannya.

Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail.


(56)

commit to user

Dalam buku Exhebition a Survey of International Design

mengemukakan ada tujuh cara untuk mengarahkan gerak pengunjung pameran, ketujuh cara tersebut adalah :

1). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.

2). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.

3). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang terpisah.

4). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau dua arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar yang sama.

5). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama. 6). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang

saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.

h) Orientasi

Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda–tanda

dan peta-peta pada titik–titik lintasan utama seperti tangga, elevator, escalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.


(57)

commit to user

o Terlalu banyak pilihan

membingungkan pengunjung

o Kebanyakan pengunjung bingung

terhadap posisi arah di dalam ruang pamer seperti barat, timur, utara dan selatan

o Pengunjung menghendaki petunjuk

arah untuk membantu mereka dalam menentukan arah.

o Kebanyakan pengunjung

menemukan peta denah yang sulit untuk diikuti

o Kebanyakan pengunjung kembali

mengikuti jalur semula selama mengunjungi ruang – ruang pamer

o Pengunjung menggunakan peta

untuk mencapai semua tempat mengikuti petunjuk–petunjuk yang dianggap menunjukkan arah yang menyenangkan dan menetukan jalur khusus

o Pengunjung lebih cenderung

tertarik dengan petunjuk arah daripada membaca peta.

o Pengunjung yang memanfaatkan

buku pedoman, membaca petunjuk arah daan menanyakan kepada penjaga cenderung tinggal lebih lama daripada yang tidak sama sekali.

o Pengunjung yang tidak terarah

cenderung cepat merasa bosan dan langsung cepat meninggalkan ruang pamer.

o Petunjuk yang tidak memadai

merupakan penyebab utama timbulnya kelelahan pengunjung

o Alat petunjuk biasanya berupa peta

dan denah, buku pedoman, tanda– tanda staf informasi dan isyarat– isyarat penting lainnya.

o Pengunjung memerlukan sistem

orientasi fisik yang menunjukkan arah yang akan dikunjungi baik jenis koleksi maupun jalur pencapaian yang mudah dan cepat.


(58)

commit to user

Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (Vocal Point), pemandangan (Vista), dan perubahan suasana. Selain itu harus menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan mudah dan cepat dapat memetakan ke dalam pemikirannya seluruh konfigurasi jalur – jalur yang ada di ruang pamer.

Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.

o Pengunjung mencari titik utama

sebagai acuan arah seperti foyer, penyeberangan, pertemuan koridor dan lainnya.

o Beberapa pengunjung cenderung

mengikuti suatu rangkaian sesuai maksud dari merancang ruang pamer


(59)

commit to user

Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah

yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest), tentu tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihat-lihat yang lain.

Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)

i) Pemilihan Rute

Pemilihan rute pengunjung lebih cenderung pada ruang yang memiliki fungsi pasti, seperti halnya berusaha mencari Lobby dan ruang pameran utama.

Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek di antara pintu masuk dan pintu keluar.


(60)

commit to user

 Setelah memasuki ruang pamer kebanyakan pengunjung akan belok ke kiri membentuk rute pengamatan berlawanan dengan arah jarum jam.  Faktor yang mempengaruhi

pengunjung untuk belok ke kanan setelah memasuki ruang pamer adalah posisi pintu keluar ruang pamer, arah petunjuk pada pintu masuk

 jarak dinding dari pengunjung pada titik pintu masuk, ukuran luas ruangan galeri dan kebiasaan berjalan pengunjung.  Faktor yang mempengaruhi

pencarian sebuah rute adalah lokasi pintu masuk dan keluar, jalur dari pintu masuk ke pintu keluar yang dianggap dapat memberikan suatu hal – hal baru, landmark dan ruang pamer yang menarik, lebar dan keteraturan jalur yang dilalui  Pengunjung tidak akan memasuki ruang pamer yang tidak memiliki pintu keluar atau yang pintu keluarnya tidak terlihat dengan jelas.  Pengunjung cenderung

melalui jalur yang searah dari pintu ke pintu.

 Kebanyakan pengunjung tidak memulai untuk memasuki ruang pamer secara sistematis (seperti lantai pertama, kedua dan ketiga).

Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)


(61)

commit to user j) Alur Lintasan

Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung.

Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih sering dilakukan pengunjung daripada dari kiri ke kanan

Pengelompokan sculpture, tempat duduk dan lainnya letaknya di tengah ruangan akan menggangu alur lintasan.

Peletakan kelompokan koleksi benda di tengah ruang pamer cenderung mempercepat alur lintasan pengunjung.

Ruang pamer yang memberikan pengontrolan terhadap alur lintasan pengunjung adalah lebih baik dibanding yang tanpa kontrol

Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute. Sumber : (D. A Robbilard, 1982)


(1)

commit to user

-

Ceilling

Mounted

light

, adalah teknik penempatan lampu

di dalam plafond untuk mengurangi udara panas dan

mengurangi efek kerusakan terhadap koleksi untuk

menciptakan ruangan yang terang.

-

Cornices

, adalah type

valance

yang melekat pada plafond,

dimana seluruh cahayanya langsung dipancarkan ke bawah

menerangi bagian ruang koleksi digunakan pada ruang

pemer karya 3D (patung).

2)

Sistem Akustik

a)

Dasar Pertimbangan

(1)

Sistem akustik mampu menyerap energi dan gelombang bunyi

yang dapat menimbulkan kebisingan.

(2)

Sistem akustik harus dapat mengurangi tingkat kebisingan

yang berasal dari dalam dan luar ruangan.

b)

Penerapan Sistem Akustik

(1)

Sistem pengorganisasian ruang yang harus dijauhkan dari

sumber bising terutama yang berasal dari keramaian lalu lintas

dan sumber bising lainnya yang berasal dari luar ruangan.

(2)

Penggunaan bahan-bahan ringan dan berongga seperti panel

plywood,

gypsum board

,

fiber

dan lain-lain yang diterapkan

pada ruang museum khusunya

ruang pamer tetap dan quiete

room pada lounge library

.

(3)

Pengguaan bahan karpet pada sebagian besar ruang

lounge

library

untuk mereduksi bising yang berasal dari langkah

kaki, gesekan kursi dan lain sebagainya.

3)

Sound

system

Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar music ke

seluruh bagian ruang publik kecuali pada

quiteroom ruang

perpustakaan. Selain itu,

sound system

digunakan juga sebagai alat

informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada

pihak pengunjung museum.


(2)

commit to user

4)

Sistem Penghawaan

a)

Dasar Pertimbangan

(1)

Sistem penghawaan mengendalikan tingkat kelembaban dan

suhu dalam ruang.

(2)

Sistem penghawaan dapat mengendalikan dan mengatur suhu

ruangan agar sesuai dengan kondisi lingkungan.

(3)

Pengendalian suhu dan kelembaban dengan alat pengatur

penghawaan akan mengurangi serangan jamur dan serangga,

serta menambah secara nyata unsur kimia kertas dari serangan

asam yang lengket.

(4)

Penghawaan ruang perpustakaan harus mempunyai cukup

ventilasi lainnya sehingga pertukaran udara dapat terjamin.

b)

Penerapan Sistem Penghawaan

(1)

Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner

(AC)

Window

dan

Split

.

(2)

Penggunaan

exhaust

untuk menyerap udara dalam keluar

ruang.


(3)

commit to user

b.

Analisa khusus

RUANG

CAPAIAN KEBUTUHAN

ALTERNATIF SISTEM

INTERIOR

Lobby

Pencahayaan (uk. Ilum 50 -100 lux) :

Merata

Tidak menimbulkan panas Berfungsi sebagai penunjuk arah

Mengandung unsur decorative

Sifat Fleksibilitas pada ruang pamer temporer dalam pemasangan karena sifatnya yang berubah-ubah

Sistem alami :

Dengan sinar matahari yang masuk melalui pintu dan jendela

Sistem buatan :

Penggunaan lampu tabung fluorescent berefisiensi tinggi dengan sistem difused lighting, pemakaian armature.

Dengan pencahayaan langit (down light),

Fleksibilitas menggunakan track lampu spot dinding (wall lamp), dan setempat (spot light).

Fleksibilitas dicapai dengan pemakaian rel penyambungan dengan stop contact.

Penghawaan : Nyaman / standart

sistem alami :

udara masuk melalui pintu dan

ventilasi

sistem buatan :

dengan menggunakan AC Akustik :

Mendukung fungsi ruang

Diterapkan melalui pemakaian material pada komponen pembentuk ruang.

A

rea

pa

m

er

corniches lighting, pencahayaan distribusi langsung dengan sumber cahaya ditempatkan secara jelas pada langit-langit dan direfleksikan ke bawah.

Recessed in ceiling, yaitu pencahayaaan distribusi langsung dengan sumber cahaya yang ditempatkan secara tersembunyi masuk ke dalam langit-langit.

Pencahayaan (uk ilum 50-100 lux) :

Merata

Penciptan efek khusus untuk menonjolkan materi Tidak menimbulkan silau dan panas

Sistem alami :

Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor. Kerusakan materi diatasi dengan menyerap kadar radiasi UV melalui pemantulan pada bidang yang dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide

Sistem buatan :

Pencahayaan umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent

Pencahayaan khusus dicapai dengan menggunakan spotlight, wall lamp, lampu dengan efek warna, misalnya; Lampu fluorescent jenis colour matching/nor light

Lampu pijar dalam armature dengan filter warna.

Panas yang ditimbulkan lampu diatasi dengan pemverian lubang ventilasi yang cukup pada etalase/ Sistem display lainya.

Penghawaan :

Merata dan nyaman (kestabilan kelembaban

Sistem alami :


(4)

commit to user

udara dalam ruang), meredam panas

apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup

Sistem buatan :

Dengan menggunakan AC jenis central untuk menetralisir panas Akustik :

Tidak merusak materi pamer,

Mendukung fungsi ruang.

Diterapkan melalui pemakaian material komponen pembentuk ruang.

Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.

8.

Sistem Keamanan

Cara pengamanan

benda-benda koleksi dilakukan dengan cara:

a)

Pengamanan Umum.

Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi dilakukan oleh

para petugas keamanan.

b)

Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.

T a b e l 4 . 1 9

Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

Lobby

Dapat bekerja secara otomatis.

Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian.

Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.

CCTV (Close CircuitTelevision) Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan, yang rekaman ini nantinya dapat diputar kembali untuk keperluan (sebagai bukti dalam suatu kasus)

Heavy duty door contact

Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam.

Alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.

Shock sensor /vibrationsensor

Ruang Pamer

Dapat bekerja secara otomatis.

Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian.

Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.

CCTV (Close Circuit Television) Heavy duty door contact


(5)

commit to user

c)

Pengamanan terhadap kebakaran

Tabel IV.20 Sistem keamanan

9.

Aksesbilitas

a)

Akses masuk museum menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan

ramp untuk penyandang cacat.

b)

Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (

aisel

) dan koridor.

Untuk ramp minimal lebar 25 inc (63,5 cm) sesuai standard

(Chairbound people, Barrier free design,1977)

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

Lobby (ruang pamer

temporer)

dapat mendeteksi api dan bekerja secara otomatis.

dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang luas. dapat dengan segera memadamkan api yang besar.

dapat diletakkan di ruang mana saja.

Pendeteksi panas (thermal detector). Sprinkle

Emergency lighting and fixture

Multipurpose dry – cremical extinguisher Ruang Pamer

tetap

dapat mendeteksi api dan bekerja, secara otomatis.

dapat memadamkan api dalam pencapaian area yang luas. dapat dengan segera memadamkan api yang besar.

dapat diletakkan di ruang mana saja.

tidak merusak koleksi karya

Pendeteksi asap (smoke detector). Multipurpose dry – cremical extinguisher Emergency lighting and fixture


(6)

commit to user

139

BAB V

KESIMPULAN

A.

Kesimpulan

Mempelajari dari uraian

uraian yang tertulis dari bab sebelumnya

penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1.

Museum Sepak Bola diharapkan mampu memberikan pendidikan dan

hiburan kepada masyarakat sehingga mampu memberikan inspirasi

untuk memajukan sepak bola Indonesia

2.

Dalam desain ini menerapkan konsep modern, dimana konsep tersebut

dirasa sesuai dengan perkembangan sepak bola saat ini.

B.

Saran

Pada dasarnya keberhasilan desain dapat ditinjau dari :

1.

Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai

2.

Penggunaan bahan dan material yang sesuai dengan fungsi dan

kebutuhan

3.

Tema yang mendukung perancangan

4.

Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis

Untuk itu perlu partisipasi dari semua masyarakat untuk

menciptakan keberhasilan desain.