Lahan Kering Degradasi Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan Kering

Terminologi lahan kering memiliki beberapa pengertian, di dunia internasional ada yang menyebut dengan istilah: dryland, upland, dan unirrigated land. Menurut World Atlas desertification, dryland adalah zona iklim dengan rasio PETp antara 0,05 - 0,65 yang berada pada daerah arid, semi-arid dan dry sub-humid Dregne, 2002. Literatur lain menyatakan bahwa dryland adalah daerah dengan presipitasi tahunan kurang dari 250 mm. Upland adalah keadaan lahan yang berkaitan dengan pengatusan alamiah lancar bukan rawa, dataran banjir, lahan dengan air tanah dangkal, dan lahan basah alamiah lain, sedangkan Unirrigated land adalah lahan pertanaman yang diusahakan tanpa penggenangan atau juga lahan yang tidak memiliki fasilitas iriga si. Pengertian “lahan kering” di Indonesia umumnya sama dengan pengertian upland dan unirrigated land ini Notohadiprawiro, 1989.

2.2. Degradasi Lahan

Barrow 1991 mendefinisikan degradasi lahan sebagai hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi lahan untuk mendukung kehidupan. Kehilangan atau berkurangnya fungsi tersebut tidak dapat digantikan oleh yang lain Sitorus, 2009. Menurut UNFAO dalam Stocking dan Murnaghan 2000, degradasi lahan adalah kemunduran permanen atau sementara kapasitas produktif suatu lahan. Penurunan produktifitas tersebut termasuk penggunaan- penggunaannya pertanian, padang penggembalaan, hutan, dll, sistem usaha taninya, dan nilai ekonomis dari lahan tersebut. Penurunan produktivitas ini dapat disebabkan oleh perubahan secara alami maupun buatan, seperti hard-setting, laterization, leaching, compaction, crusting, erosi, penurunan keanekaragaman hayati tanah, penurunan kandungan hara, penurunan karbon organik tanah, dan lain sebagainya, sehingga kemudian dikenal dua golongan degradasi yaitu, degradasi geologi atau yang terjadi secara alami dan degradasi dipercepat atau degradasi yang disebabkan karena pengaruh aktivitas manusia Lal et al., 1998; ESCWA, 2007. Degradasi karena pengaruh aktivitas manusia ini lebih disebabkan karena penggunaan lahan yang kurang tepat sehingga mengakibatkan produktivitas lahan menjadi menurun dengan lebih cepat dan menuju pada keadaan yang disebut kritis. Lahan kritis merupakan istilah spesifik yang digunakan di Indonesia, dimana istilah ini lebih spesifik digunakan untuk mengkaji degradasi lahan non-alamiah atau akibat pengaruh adanya campur tangan manusia.

2.3. Lahan Kritis