lokasi penelitian bervariasi mulai dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Namun, secara umum C-org di lokasi penelitian didominasi oleh kelas sedang sampai
rendah. Kadar N-total bervariasi dari sangat rendah sampai tinggi, yang didominasi kelas rendah sampai sedang. Kadar P-tersedia Bray I bervariasi dari
sangat rendah sampai rendah, yang didominasi kelas sangat rendah. Nilai KTK tanah di lokasi penelitian bervariasi dari rendah sampai sangat
tinggi, namun didominasi oleh kelas rendah sampai sedang. Kejenuhan basa di lokasi penelitian berkisar antara sangat rendah sampai sangat tinggi, yang
didominasi kelas sangat rendah sampai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa basa- basa tanah sudah banyak yang tercuci oleh curah hujan yang tinggi melalui proses
erosi. Nilai Ca-dd berkisar antara sangat rendah sampai tinggi, yang didominasi oleh kelas sangat rendah sampai rendah, Mg-dd berkisar antara sangat rendah
sampai tinggi, yang didominasi oleh kelas rendah sampai sedang. K-dd berkisar antara sangat rendah sampai tinggi, yang didominasi oleh kelas rendah sampai
sedang. Na-dd berkisar antara sangat rendah sampai tinggi, yang didominasi oleh kelas rendah sampai sedang. Kejenuhan Al berkisar antara sangat rendah sampai
tinggi, yang didominasi oleh kelas sangat rendah sampai rendah. Dari gambaran sifat fisik tanah yang ada di lokasi penelitian, terlihat
bahwa tanah lapisan atas didominasi oleh struktur granular, bulk density rendah, dan permeabilitas cepat. Hal ini menunjukkan bahwa tanah mampu meloloskan
air dengan baik dan bersifat gembur sehingga mudah diolah. Namun demikian, dengan kondisi curah hujan yang tinggi maka sifat-sifat tanah tersebut
menyebabkan proses pencucian di lokasi penelitian berlangsung secara intensif, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas sifat kimia tanah yang
intensif pula.
4.5. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 menurut hasil Sensus Daerah SUSDA sebanyak 4.215.585 jiwa dan pada tahun 2007 telah mencapai
4.237.962 jiwa, atau 10 dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat 40.737.594 jiwa. Dalam lingkup Propinsi Jawa Barat, jumlah penduduk tersebut menempati
urutan kedua setelah Kabupaten Bandung 4.399.128 jiwa. Laju Pertumbuhan
Penduduk LPP Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 adalah 1, lebih rendah dibandingkan dengan LPP tahun 2005-2006 yang mencapai 3. Sementara LPP
selama periode 2000-2007, rata-rata mencapai 4 atau masih berada di atas 2 per tahun. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan alami dan
migrasi masuk ke Kabupaten Bogor. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata 1.417 jiwa km²,
sementara tingkat kepadatan penduduk terendah adalah 306 jiwakm², terdapat di Kecamatan Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu 7.854 jiwakm²,
terdapat di Kecamatan Ciomas. Data ini menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat kepadatan penduduknya lebih tinggi dibandingkan dengan
wilayah pedesaan, terutama yang berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kota Bogor BAPPEDA, 2008.
Jumlah penduduk di tiga Kecamatan terpilih disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 tersebut terlihat bahwa Kecamatan Babakan Madang
mempunyai tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dua kecamatan lainnya, yaitu sebesar 991 jiwakm
2
. Berada pada urutan kedua adalah Kecamatan Cigudeg dengan 756 jiwakm
2
dan Kecamatan Sukamakmur dengan 517 jiwakm
2
. Tabel 7. Jumlah penduduk, luas kecamatan dan kepadatannya di lokasi penelitian
Tahun 2009.
No Kecamatan
Luas km
2
Jumlah penduduk jiwa
Laki-laki jiwa
Perempuan jiwa
Kepadatan jiwakm
2
1 Sukamakmur
144 74.376
37.707 36.669
517 2
Babakan Madang
99 98.121
50.625 47.496
991 3
Cigudeg 153
115.681 59.493
56.188 756
Jumlah 396
288.178 147.825
140.353 2264
Sumber : Monografi Kecamatan Sukamakmur 2009
Laporan Bulanan Kecamatan Babakan Madang 2009 Profil Kecamatan Cigudeg 2008, dan Monografi Cigudeg 2009.
Jumlah penduduk yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan kebutuhan akan lahan pertanian semakin besar dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Pada kondisi ini biasanya penduduk tidak berdaya dan cenderung kurang mengindahkan kaidah-kaidah konservasi dalam pemanfaatan
lahannya. Lahan-lahan yang tadinya tidak sesuai untuk pertanian terpaksa diusahakan sehingga beresiko tinggi terhadap kerusakan lahan. Hasil penelitian
Irawan et al. 1993 di wilayah Bopunjur Bogor-Puncak-Cianjur, menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kepadatan penduduk sebagai penyebab utama terjadinya
penyimpangan penggunaan lahan dari rencana yang telah ditetapkan. Dari tingkat kepadatan penduduk pada lokasi penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 7, maka
Kecamatan Babakan Madang berpotensi paling tinggi terhadap kerusakan lahan dibanding kecamatan yang lain karena memiliki tingkat kepadatan penduduk
paling tinggi. Tabel 8 menunjukkan Sebaran jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di lokasi penelitian Tahun 2008-2009.
Tabel 8. Sebaran jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di lokasi penelitian Tahun 2008-2009.
No Uraian
Kecamatan Sukamakmur
Babakan Madang
Cigudeg Jiwa
Jiwa Jiwa
1. Belum Sekolah
6.906 9,3
7.974 10,1
81.860 70.8
2. Tidak Tamat SDSederajat
13.450 18,1
31.323 31,9
2.189 1.9
3. Tamat SD
38.320 51,5
38.911 39,7
20.961 18.1
4. Tamat SLTP
6.624 8,9
12.340 12,6
6.383 5.5
5. Tamat SLTA
1.382 1,9
3.727 3,8
3.932 3.4
6. Tamat Akademik
245 0,3
310 0,3
139 0.1
7. Tamat Perguruan Tinggi
58 0,1
705 0,7
217 0.2
8. Buta Huruf
7.391 9,9
930 1,0
- Jumlah
74.376 100
98.121 100
115.681 100
Sumber : Monografi Kecamatan Sukamakmur 2009 Laporan Bulanan Kecamatan Babakan Madang 2009
Profil Kecamatan Cigudeg 2008, dan Monografi Kecamatan Cigudeg 2009
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa SDM di Kecamatan Sukamakmur lebih baik jika dibandingkan dengan Kecamatan Babakan Madang dan Cigudeg.
Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase orang yang tamat SD, SLTP, Diploma dan Perguruan Tinggi, dimana Kecamatan Sukamakmur sebesar 63,
Kecamatan Babakan Madang sebesar 57, dan Kecamatan Cigudeg sebesar 27. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memungkinkan seseorang bekerja
lebih produktif dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya lebih rendah, sehingga tingkat pendidikan masyarakat yang rendah akan mengakibatkan pada
rendahnya produktivitas tenaga kerja. Pada sektor pertanian, rendahnya SDM berpengaruh terhadap efisiensi usahatani di pedesaan. Rendahnya SDM tersebut
berpengaruh terhadap tingkat penyerapan aplikasi dan alih teknologi tepat guna, serta akan menyulitkan kegiatan penyuluhan. Akibatnya teknologi budidaya
kurang terserap dengan baik, penerapan teknik konservasi kurang memadai sehingga berpengaruh terhadap kerusakan lahan.
Mata pencaharian penduduk di lokasi penelitian sebagian besar masih bergerak di sektor pertanian, yaitu di Kecamatan Cigudeg sebanyak 14.820 KK
52 dari 52.852 KK, di Kecamatan Babakan Madang sebanyak 26.425 45 dari 59.212 KK, dan di Kecamatan Sukamakmur sebanyak 6.837 KK 43 dari
15.878 KK Tabel 9. Jumlah rumah tangga yang bermatapencaharian dibidang pertanian tersebut di Kecamatan Sukamakmur merupakan petani pemilik
sekaligus penggarap dan sebagaian kecil sebagai buruh tani. Di Kecamatan Babakan Madang sebaliknya sebagian besar rumah tangga bermatapencaharian
sebagai buruh tani hampir 50, sisanya merupakan petani pemilik-penggarap dan penggarap masing-masing 25, sedangkan di Kecamatan Cigudeg tidak ada data
mengenai status rumah tangga taninya. Tabel 9. Sebaran jumlah penduduk menurut mata pencaharian di lokasi
penelitian Tahun 2008-2009.
No. Mata pencaharian
Kecamatan KK Sukamakmur
Babakan Madang Cigudeg
1. Petani
6.837 26.425
14.820 -
Petani Pemilik Tanah 4.511
13.200 -
- Petani Penggarap Tanah
1.874 12.500
- -
Buruh Tani 452
21.725 -
2. Pengusaha besar, menengah, kecil
890 11.944
1.025 2.
Buruh perkebunan, pertambangan, industri, bangunan
3.485 13.154
8.027 3.
Pedagang 4.043
6.954 1.991
4. PNSTNIPOLRI
161 370
501 5.
Lain-lain pengrajin, industri kecil, pertukangan, pengemudijasa,
pensiunanpurnawirawan 462
365 26.488
Jumlah 15.878
59.212 52.852
Sumber : Kecamatan Sukamakmur Dalam Angka 2008a, dan Monografi Kecamatan Sukamakmur 2009 Laporan Bulanan Kecamatan Babakan Madang 2009
Kecamatan Cigudeg Dalam Angka 2008b, dan Monografi Kecamatan Cigudeg 2009
Selain di bidang pertanian, penduduk di lokasi penelitian juga sangat menggantungkan hidupnya sebagai buruh di perkebunan, pertambangan, industri
dan bangunan dengan persentase di atas 20. Di Kecamatan Babakan Madang yang lokasinya dekat dengan Kota Bogor, penduduknya banyak yang
bermatapencaharian sebagai pengusaha dengan persentase di atas 20. Penduduk
di Kecamatan Sukamakmur selain sebagai petani, banyak juga yang bermatapencaharian sebagai pedagang, dengan persentase kurang lebih 25.
4.6. Pertanian